Lea menggigit bibir bawahnya dan mengetuk-ngetukkan jarinya di meja setelah membaca pesan dari ibu Dean yang mengajaknya bertemu, ia sedang berpikir apakah ia mau menerima ajakan tersebut atau tidak. Lea mengira jika semuanya sudah selesai, namun ternyata itu semua belum berakhir, ia lupa jika orangtua Dean adalah sahabat orangtua nya yang kini telah tiada.
"Belum pulang ? " Tanya Siena ketika melihat Lea yang masih terduduk di salah satu bangku kafe. 30 menit yang lalu kafe sudah tutup, tapi Lea masih termenung dengan ponselnya.
Lea menggeleng, " Aku belum selesai, kau duluan saja "
" Nanti jangan lupa kau kunci pintunya, aku duluan " . Lea mengangguk pelan dan membalas lambaian tangan Siena.
***
" Sudah lama menunggu ? " Lea mendongak saat sebuah suara menginterupsinya, kemudian menggeleng pelan dan tersenyum.
" Aku baru saja selesai " . Pria itu kemudian merangkul bahu Lea dan mengajaknya masuk ke dalam mobil. Pria itu adalah kekasih Lea, namanya Bryan, mereka berpacaran sejak kelas 3 SMA hingga sekarang.
Mobil yang dikendarai Bryan melaju pelan meninggalkan kafe tempat Lea bekerja. Rintik hujan mulai turun, Bryan melajukan mobilnya lebih cepat dan membelah ramainya jalanan malam. Bryan menoleh menatap Lea yang lebih banyak diam tidak seperti biasanya.
" Kau sedang tidak enak badan ? ". Lea hanya menggeleng pelan dan tersenyum.
" Aku baik-baik saja "
" Baguslah "Bryan menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
" Emm...Bryan.. "
" Ya ? "
" Sepertinya tahun depan aku akan kuliah "
Mata Bryan melebar dan ia tampak bersemangat, " Benarkah ? ", tapi ekspresinya berubah saat ia mengingat sesuatu.
" Tapi.. bagaimana dengan kakakmu ? "Bryan bertanya dengan hati-hati, ia tahu betul masalah apa yang dialami kekasihnya.
" Sebenarnya aku belum memberitahu kakakku, tapi aku yakin ia akan mendukungku. " Bryan mengangguk mendengar jawaban Lea.
Bryan adalah mahasiswa semester satu jurusan tehnik arsitektur di salah satu perguruan tinggi ternama, walaupun Lea bukanlah seorang mahasiswi dan menjadi pelayan di sebuah kafe bukan berarti hubungan keduanya harus berakhir. Bryan menganggap Lea adalah gadis yang mandiri dan kuat, itulah salah satu alasan mengapa Bryan menyukai Lea. Saat awal Bryan masuk kuliah Lea sempat khawatir, dunia perkuliahan membuat Bryan bertemu dengan banyak gadis cantik dan pintar tapi Bryan masih tetap berada di sampingnya.
Bryan membantu Lea melepas seatbelt ketika mereka sudah sampai di depan rumah Lea.
" jangan tidur terlalu larut, besok kau harus bekerja " Ucap Bryan sambil mengusap pucuk kepala Lea yang dibalas senyuman dan anggukan oleh gadis itu, " Kau juga harus istirahat ".
Lea membalas lambaian tangan Bryan sebelum memasuki rumah. Lea mendapati rumahnya dalam keadaan gelap, Leon pasti sedang pergi, lantas ia segera masuk ke kamar dan kemudian mandi.
Setelah membersihkan diri dengan rambut masih setengah basah Lea melangkah menuju ranjangnya dan merogoh ponselnya dari dalam tas. Gadis itu mengernyit kemudian tampak berpikir setelah membaca pesan Bryan. Laki-laki itu mengajaknya hang out. Ibu Dean juga mengajaknya bertemu di waktu bersamaan dengan ajakan Bryan.
' Aku akan menyuruh Dean menjemputmu jika kamu tidak datang '. Lea merebahakan punggungnya sesaat setelah ia membaca pesan dar ibu Dean. Lea hanya menghela nafas kasar dan memilih memejamkan matanya, ia tidak peduli...

KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...