( Jangan lupa untuk vote sebelum baca yaa )
Kehidupan Lea telah berubah. Ia sudah menjadi seorang istri sekarang, hal yang tidak pernah ia bayangkan jika ia akan menikah diusia 18 tahun dan menikah dengan orang yang bukan dicintainya.
Lea sudah bangun sekitar sepuluh menit yang lalu, namun ia hanya diam tanpa melakukan apapun dan hanya menatap langit-langit kamar. Lea menghela nafas pelan sebelum menyibak selimutnya dan beranjak dari tempat tidur. Kini ia tinggal di rumah Dean. Walaupun status mereka kini resmi menjadi suami istri dan tinggal satu rumah tetapi mereka tidak sekamar. Dan hal itu adalah kesepakatan keduanya.
" Selamat pagi, nyonya " ucap salah seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil bibi Alice yang merupakan salah satu pelayan di rumah Dean
Lea tersenyum tipis membalas sapaannya.
" Tuan Dean sudah pergi sekitar 30 menit yang lalu, nyonya ". Lea hanya mengangguk
Lea baru saja selesai mandi dan tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia keluar dari kamar dan pergi ke dapur untuk membuat sarapan.
" Sarapan anda sudah saya siapkan, nyonya "
Lea menghentikan pergerakannya yang sedang menyiapkan peralatan dapur untuk membuat sarapan.
" Anda tidak usah repot-repot saya sudah membuatkan sarapan "
" Oh, baiklah bi. Terima kasih "
Lea yang sedang berjalan menuju ruang makan memutar langkahnya dan menghampiri bibi Alice yang berdiri tidak jauh darinya.
" Jangan memanggilku nyonya lagi, bi "
" Tapi anda adalah- "
" Panggil namaku saja, bi " bibi Alice hanya mengangguk kecil
Selesai makan, Lea membawa piring kotor ke dapur dan hendak mencucinya tapi bibi Jung melarangnya, akhirnya ia pergi ke kamarnya untuk mengecek ponsel yang dari kemarin tidak ia sentuh sama sekali. Banyak pesan yang masuk dan juga beberapa panggilan tidak terjawab dari Leon, Siena, dan Bryan.
Lea menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan sebelum membuka pesan dari Bryan. Bayangan-bayangan kenangannya dengan Bryan terputar diotaknya. Lea tidak tahu bagaimana kabar Bryan setelah ia memutuskan untuk mengakhiri hubungannya malam itu. Hatinya mencelos mengingat perkataan Leon jika Bryan sempat menemuinya dirumah sebelum hari pernikahannya namun ia tidak ada disana.
Lean membaca beberapa pesan Bryan dengan seksama yang isinya menanyakan apa dirinya baik-baik saja, mengapa hubungan mereka harus berakhir, dan bahkan Bryan juga memintanya untuk memperbaiki hubungan mereka.
Lea menggigit bibir bawahnya menahan rasa pedih yang tiba-tiba menyiksa dadanya. Ia meletakkan ponselnya diranjang tanpa membalas pesan Bryan. Tanpa sadar airmatanya menetes dan Lea dengan cepat menghapusnya, ia tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya pada Bryan saat itu. Tetapi Lea bertekad suatu saat nanti ia akan mengatakannya pada Bryan.
***
Dean pulang hampir larut malam. Lea baru saja meminum segelas susu ibu hamil ketika Dean tiba dirumah. Dean meletakkan jasnya di sofa dan melonggarkan dasinya lalu melangkah menuju kamarnya. Mereka berpapasan ketika Lea juga akan kembali ke kamarnya.
Tatapan mereka bertemu dan mereka berhenti beberapa detik. Lea dapat mencium bau alkohol dari mulut Dean karena jarak mereka yang cukup dekat, namun Lea tidak terlalu mempedulikannya karena mereka memiliki kehidupan masing-masing dan itu semua sudah kesepakatan keduanya.
Lea tidak tahu harus menyapa atau tidak, dan akhirnya ia memilih diam saja karena seandainya menyapa ia tidak tahu apa yang harus ia katakan kemudian berlalu meninggalkan Dean. Kaki Lea terhenti dilangkah kedua ketika Dean tiba-tiba bersuara.
" Apa kau makan dengan baik ? "
Lea memutar tubuhnya menghadap Dean yang kini juga sedang menghadapnya.
" Karena kau sedang mengandung anakku aku hanya ingin memastikan anakku dalam kondisi yang baik juga " Tukas Dean sebelum Lea menjawab pertanyaannya.
Lea mengangguk, " Ya, aku makan dengan baik dan makan makanan sehat agar ia juga tumbuh menjadi bayi yang sehat, kau tidak perlu khawatir ".
" Baguslah " Dean manggut-manggut.
Merasa tidak ada yang perlu dibicarakan lagi Lea kembali ke kamarnya. Ia sudah berbaring ditempat tidurnya dan menarik selimutnya hingga sebatas dada. Ia menghela nafas kasar. Ini baru hari pertama ia menjadi seorang istri tapi rasanya waktu seakan tak berjalan karena rasanya sangat membosankan serta tidak menyenangkan dan ia akan mendengus geli jika mengingat statusnya sekarang.
Pikirannya menerang dan matanya menatap langit-langit dikamarnya. Lea tidak tahu apakah dirinya akan sanggup melalui semua ini atau tidak, tapi ia akan mencoba menjalaninya.
Malam sudah larut dan Lea merasakan matanya sudah berat karena rasa kantuk. Lea memejamkan matanya dan berharap esok dan seterusnya semuanya berjalan dengan baik.
~
Jujur, aku merasa cerita ini jadi nggak jelas. Dean dan Lea seolah menikah dua kali dan gimana para tamu undangan yang menyaksikan pernikahan mereka, meraka pasti mikir kenapa orang ini menikah dua kali dan dengan orang yang sama, aku jadi ngerasa aneh juga wkwkwk.
But, namanya juga cuma cerita dan fiksi lagi, jadi apapun bisa terjadi ya kan. Dan juga aku bakal nulis cerita ini sampai selesai. Aku juga lagi proses nulis cerita lain jadi mungkin updatenya bakal ngaret.
tapi tetep aku usahain untuk update cepet, tunggu chapter berikutnya yaa~
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...