Chapter 20

8.2K 296 5
                                        

Malam itu, kebahagiaan yang belum lama Lea rasakan sirna dalam sekejap. Dia terpaku ditempat dengan perasaan takut luar biasa saat menyadari sesuatu. Hal buruk itu menjadi tanda tanya besar yang berputar-putar diotaknya.

Dering ponsel Lea memecah keheningan, ia mengambil ponselnya yang ada didalam tas dan langsung mengangkatnya. Panggilan itu dari Bryan, laki-laki itu sudah berada didepan café tempat Lea bekerja untuk menjemputnya. Lea yang terlalu kalut, langsung pergi keluar tanpa mengatakan apapun dengan Siena, bahkan sekedar berpamitan. Pikirannya sedang kacau.

Sepanjang perjalanan ia lebih banyak diam dan sesekali menjawab pertanyaan Bryan sekenanya. Bisa jadi apa yang ia takutkan tidak benar-benar terjadi, masih ada kemungkinan itu tidak benar, pikir Lea.

" Aku mau ke apotek dulu, membeli vitamin ". Lea berbohong

Bryan yang sedang mengemudi langsung mengalihkan pandangannya pada Lea sejenak sebelum fokus kedepan lagi, " Kau sakit ? ". Tanyanya khawatir

" Hanya tidak enak badan "

" Kau menunggu disini saja ". Bryan mengangguk kemudian Lea keluar dan masuk apotek

Setelah membeli tespeck Lea langsung memasukkan benda itu kedalam tasnya lalu keluar dari apotek.

Pagi hari Lea mencoba untuk mengeceknya dengan tespeck yang sudah dibelinya tadi malam. Hatinya berdebar tidak karuan menunggu tespecknya yang sedang bereaksi. Setelah beberapa menit, Lea mengambil tespecknya tanpa melihat kearah benda itu yang tadi ia letakkan diatas wastafel.

Lea menggigit bibir bawahnya, perasaannya campur aduk, kepalanya pusing karena ia tidak tidur semalam bahkan juga tidak makan, ia terlalu banyak menangis. Lea mencoba tenang walaupun sebenarnya ketakutan sedang menguasai dirinya. Ia melihat benda kecil itu, nafasnya tercekat ketika melihat hasilnya menunjukkan dua garis. Lea menelan ludah yang entah mengapa terasa sangat sulit, kepalanya sangat pusing sekarang dan tubuhnya terasa lemas,pandangannya kabur dan tidak lama kemudian semuanya gelap. Lea tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.

***

Lea terbangun setelah beberapa saat Siena mencoba membangunkannya. Siena membantu Lea untuk duduk bersandar diatas ranjang lalu memberikan segelas air putih. Setelah meminum beberapa tegukan Lea bertanya apa yang terjadi, tapi Siena enggan untuk menjawab.

Siena meminta Lea untuk pergi ke dokter, awalnya Lea menolak, tapi setelah dibujuk ia akhirnya mau. Keadaan Lea masih terlihat mengkhawatirkan sehingga Siena ikut mengantarnya ke rumah sakit.

Lea beranjak dari tempat duduknya setelah salah seorang perawat memanggil namanya dan meninggalkan Siena yang menunggunya diluar. Setelah berbicara dengan dokter, Lea diminta berbaring lalu perutnya diolesi semacam gel untuk pemeriksaan usg.

Usianya baru menginjak tiga minggu sehingga janin dalam kandungannya belum terlihat. Meskipun begitu, ia dinyatakan positif hamil. Perasaannya campur aduk ketika pernyataan itu menimpa dirinya. Lea tidak tahu apa yang harus ia lakukan, hanya Siena yang mengetahui masalah ini.

Diluar,

Siena sedang menelfon seseorang. Ia meminta untuk bertemu dengan orang itu dan berencana membicarakan masalah Lea untuk mencari solusi. Sarah, adalah orang yang dihubungi Siena ditelefon. Siena mendapatkan nomor Sarah dari ponsel Lea saat sahabatnya itu belum sadarkan diri dari pingsan. Siena beharap semoga apa yang akan ia lakukan bukan tindakan gegabah, karena sebenarnya ia sendiri bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Bagaimanapun, Lea mengandung darah daging Dean, anak tunggal Sarah, begitulah pikir Siena.

***

Siena sangat merasa bersalah melihat Lea yang tampak murung dan kesedihan yang tidak bisa disembunyikan terlihat diwajah Lea. Perempuan itu tetap pergi bekerja, walaupun apa yang menimpanya sangatlah berat. Seandainya waktu itu aku tidak mengajaknya ke club dan meninggalkannya sendirian pasti hal ini tidak akan terjadi, pernyataan itu berputar-putar diotak Siena. Ia merutuki kebodohannya yang berakibat fatal.

Lea duduk disamping Bryan yang sedang mengemudi, laki-laki itu mengantarnya pulang kerumah setelah Lea selesai bekerja, seperti biasa. Saat sampai di depan rumah Lea, Bryan menatap perempuan yang sedang duduk di sebelahnya itu kemudian menggenggam tangannya lalu mencium keningnya, Bryan melakukan itu dengan tulus dan Lea dapat merasaka ketulusan itu.

Lea menahan tangisnya hingga bahunya bergetar lalu Bryan menarik perempuan itu kepelukannya. Lea ditelan rasa bersalah, ia merasa menjadi perempuan paling brengsek yang tidak tahu diri. Disaat kekasihnya mencintainya dengan tulus ia malah mengandung anak orang lain, ia merasa seperti seorang pendosa.


Married With PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang