Maaf kalau masih banyak typo, ini langsung aku up tanpa baca ulang dan semoga nggak terlalu membosankan karena terlalu banyak narasi
~
Pukul empat dini hari
Saat itu, Lea terbangun dan mengemasi baju-bajunya kedalam tas besar. Lea sudah memikirkan ini matang-matang dan percakapan Dean dengan Selia tempo hari tidak ia anggap serius. Lea sudah bertekad untuk pergi karena baginya ini semua sudah berakhir, tidak ada lagi yang perlu dipertahankan.
Terkadang rasa sakit kerap menghampiri Lea ketika ia melihat dirinya dan kehidupannya yang menurutnya antah berantah. Airmata seakan ingin keluar tanpa diminta ketika bayangan dirinya yang telah meninggalkan Bryan karena mengandung darah daging Dean, pria yang sama sekali tidak ia duga akan menikah dengannya dan kini janin itu telah tiada.
Lea terkadang juga tidak habis pikir dengan apa yang menimpanya, ia baru berusia 18 tahun, namun ia sudah mengalami hal-hal besar yang sama sekali tidak ia inginkan. Dan sekarang Lea tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan, ia merasa sendirian, dan kosong.
Bulir airmata Lea jatuh dan dengan cepat ia menghapusnya dengan punggung telapak tangan. Ia mempercepat gerakannya untuk mengemas baju-baju. Bayangan itu muncul lagi, membuat Lea semakin merasa hampa, perasaannya campur aduk, dan pikirannya berkecamuk.
Lea menarik resleting tasnya dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Ia meraih jaket tebal dan memakainya kemudian beranjak untuk keluar dari kamarnya dengan tangan kanan menenteng tas berukuran cukup besar.
Sebelum menutup pintu Lea memperhatikan kamarnya untuk yang terakhir kali, banyak hal yang sudah ia lalui di rumah ini dan juga kamarnya. Tetapi Lea sudah bertekad untuk pergi. Lea menutup pintu kamarnya lalu berjalan dengan cepat dan tanpa suara.
***
Dean menghentikan mobilnya didepan pagar rumah Lea. Ia bergegas turun dan berjalan masuk menuju rumah Lea. Berulang kali Dean memanggil nama Lea dan juga mengetuknya namun sama sekali tidak ada jawaban.
" Ah, sial ! Pergi kemana dia ? " Dean mengerang frustasi seraya mengusap wajahnya kasar. Lea tidak ada dirumah dan nomornya pun juga tidak aktif.
Dean menghela napas kasar, ia memejamkan matanya dan rahangnya mengeras. Kenapa Lea harus pergi darinya padahal Dean memintanya untuk tetap berada disisinya. Jika alasan Lea karena bayi dalam kandungannya yang sudah tiada dan tidak ada alasan lain untuk mempertahankan hubungnnya lalu untuk apa Dean memintanya agar tetap disisinya.
Tidak dapat dipungkiri jika Dean mulai menaruh hati kepada Lea. Entah sejak kapan, Dean sendiri juga tidak tahu. Tapi ia merasa mulai membutuhkan Lea dan hanya perempuan itu yang ada dalam pikirannya.
Dean berbalik dan berjalan menuju mobilnya. Ia memijat pelipisnya pelan sebelum menyalakan mobilnya dan meninggalkan rumah Lea.
Tidak lama berselang, sebuah mobil berhenti di depan mobil Dean. Tampak dua orang keluar dari mobil itu, dan perempuan yang sedang membuatnya kalut ada didepannya. Ada sedikit perasaan lega dihati Dean ketika melihat perempuan itu namun seketika sirna ketika menyadari perempuan itu sudah memilih untuk pergi.
Lea dan kakaknya masuk kehalaman rumah dengan Leon yang membawa beberapa kantong belanjaan tanpa memperhatikan mobil Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...