( Jangan lupa vote dulu sebelum baca yaa )
Waktu sudah berjalan selama tujuh hari Lea menjadi seorang istri. Tiga hari yang lalu, Sarah yang kini menjadi ibu mertuanya, menemuinya di rumah Dean. Sarah nampak sangat antusias dan senang sekali saat bertemu menantu kesayangannya itu. Sarah juga memberikan wejangan-wejangan untuk Lea yang sedang hamil.
Lea menghela nafas ringan dan membaringkan tubuhnya diatas ranjang berniat untuk tidur. Ia merasa sangat lelah padahal ia tidak terlalu banyak melakukan aktivitas, mungkin bawaan bayi. Selama tujuh hari Lea juga merasa bosan dengan kegiatannya yang monoton. Ia hanya berdiam diri dirumah, membantu bibi Alice, menonton film, dan kegiatan lain yang tidak terlalu memakan banyak tenaga. Dean melarangnya untuk bekerja karena Lea sedang hamil muda dan Dean khawatir jika Lea akan kelelahan dan itu akan berpengaruh pada anaknya.
Lea membuka matanya yang baru 15 menit lalu terpejam, ia bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Entah mengapa, tiba-tiba ia ingin memakan apel hijau, sepertinya ia sedang mengidam.
Lea melangkah ke dapur lalu membuka kulkas. Ia tersentak ketika bibi Alice tiba-tiba berada di belakangnya.
" Apa nona menginginkan sesuatu ? " Lea sudah meminta bibi Alice untuk berhenti memanggilnya dengan embel-embel seperti itu tapi bibi Alice bersikeras sehingga Lea membiarkannya saja.
Lea mengangguk, " Ya bi, tiba-tiba aku ingin memakan apel hijau. Mungkin aku sedang mengidam "
" Nona duduk saja, biar saya yang mengupaskan apelnya "
Lea menggeleng cepat, " Tidak bi, aku ingin mengupasnya sendiri "
" Bibi istirahat saja, lagi pula ini sudah larut " tambah Lea setelah melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam.
" Baiklah kalau begitu, nanti kalau ada apa-apa panggil saya saja "
" Iya, bi "
Bibi Alice kembali ke kamarnya dan Lea mulai mengupas apel setelah mengambil dua buah dari dalam kulkas. Lea sudah menghabiskan beberapa potongan apel dan ketika akan memasukkan apel lagi kedalam mulutnya, gerakannya terhenti sejenak. Ia mendengar suara langkah kaki, mungkin Dean, pikirnya.
Dugaan Lea memang benar jika itu adalah Dean, namun ia mengernyit tiba-tiba tatkala melihat Dean yang datang dengan seorang wanita dengan pakaian berupa dress ketat seperempat paha dan bagian atasnya yang cukup terbuka. Dua-duanya tampak dalam keadaan mabuk.
Lea tahu jika Dean seorang player, namun baru kali ini ia mendapati Dean bersama wanita lain. Awalnya ia tidak peduli dengan Dean, namun entah mengapa hatinya tiba-tiba terasa tercubit ketika melihat Dean mulai berciuman dengan wanita itu. Mungkin karena status Lea yang kini sudah menjadi istri Dean, perasaan sakit ketika melihat pria yang berstatus sebagai suaminya tengah melakukan hal seperti itu kepada wanita lain itu tiba-tiba muncul.
Namun Lea cepat-cepat menepis rasa sakit itu dan melangkah cepat menuju kamarnya. Ia mencoba untuk tidak memikirkan kejadian itu, namun ingatan tentang Dean dengan wanita itu terus berputar-putar diotaknya.
Lea menghirup napas dalam dan menghembuskannya perlahan lalu mengecek ponselnya yang berada di meja nakas. Ia menelfon kakaknya dan mengajaknya untuk bertemu.
***
" Apa Lea sudah bangun ? " Tanya Dean pada bibi Alice yang baru saja mengantarkan kopi yang biasa Dean minum setiap pagi.
" Pagi-pagi sekali nona Lea sudah pergi dengan kakaknya, tuan "
" Dengan kakaknya ? "
" Ya, tuan. Tapi tadi nona Lea berpesan sebelum petang akan kembali "
Dean manggut-manggut dan bibi Alice kembali lagi ke dapur.
Lea langsung berjalan cepat ketika melihat kakaknya sudah berdiri didekat pintu mobil dan menghambur ke pelukan kakaknya. Leon mengelus pelan rambut adiknya kemudian keduanya masuk ke dalam mobil. Lea sangat merindukan Leon, satu-satunya anggota keluarga yang ia miliki dan juga orang yang akan berdiri paling depan untuk melindunginya ketika ia disakiti.
Tujuan utama mereka adalah rumah. Belum genap sepuluh hari tetapi Lea merasa seperti sudah lama tidak pulang ke rumah, ia juga merindukan kamarnya, tempat yang paling nyaman menurutnya.
Begitu sampai di rumah, Lea masuk ke kamarnya dan duduk di tempat tidurnya. Ia menghirup napas dalam dan menghembuskannya perlahan lalu matanya memperhatikan sekeliling kamarnya. Tatapannya terhenti pada satu objek, pigura besar berisi fotonya yang merupakan hadiah dari Bryan.
Sedih, sakit, dan rasa bersalah adalah hal yang langsung ia rasakan ketika matanya menangkap foto itu. Lea beranjak dan berjalan keluar dari kamarnya.
Lea mendapati kakaknya yang tengah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Lea sengaja pergi pagi-pagi sekali karena ia ingin memakan sarapan yang biasa dibuat Leon untuknya.
" Menginaplah jika kau ingin tidur dirumah, biar aku yang bilang pada Dean " Leon membuka percakapan.
Lea menggeleng, " Lain kali saja "
" Jika Dean menyakitimu langsung beritahu aku "
Lea tersenyum tipis, " Iyaaa, kau tidak usah khawatir ".
" Kak, nanti siang bisa antar aku bertemu Siena ? ". Leon mengangguk kemudian mereka melanjutkan makannya.
Lea datang 15 menit lebih dulu dari Siena. Mereka duduk berhadapan si sebuah kafe lalu mulai mengobrol dengan menanyakan kabar masing-masing.
" Apa kau juga mau menemui Bryan ? " .Selama perbincangan mereka, pertanyaan ini membuat Siena tertegun sejenak.
Siena yang menyadari Lea yang tampak diam sejenak tidak menjawab langsung cepat-cepat mengganti topik permbicaraan.
Namun sebelum Siena mengatakan sesuatu, Lea sudah lebih dulu berkata, " tidak ".
" Aku rasa belum saatnya " Ucap Lea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...