Buat yang minta chapternya agak dipanjangin, chapter ini sedikit lebih panjang dari biasanya dan juga maaf kalau masih ada typo karena ini langsung aku publish dan cuma aku cek sekilas.
Jangan lupa untuk vote dan comment yaa
Happy Reading ~
Dean menghentikan mobilnya di halaman depan rumah Lea. Tanpa berlama-lama Lea yang duduk disebelah Dean langsung turun begitu sudah sampai didepan rumahnya. Dean mengekor dibelakang Lea. Setelah membuka pintu dan mendapati rumahnya dalam keadaan gelap ia menoleh kearah Dean yang masih berjalan dibelakangnya.
" Masuklah " Ucap Lea kemudian ia masuk mendahului Dean.
Sebelum bertandang ke rumahnya, Lea sudah terlebih dahulu memberi tahu kakaknya jika ia akan menginap dan ia akan datang bersama Dean. Sebagai seorang bartender, malam hari adalah waktu yang lebih banyak Leon gunakan untuk bekerja, jadi tidak heran jika Lea tidak mendapati kakaknya tidak berada di rumah pada malam hari.
Lea berjalan menuju saklar lampu lalu menyalakannya kemudian ia menyuruh Dean yang ada dibelakangnya untuk duduk terlebih dahulu.
Saat Lea masuk ke dalam kamarnya dan Dean sedang duduk di ruang tamu. Dean mengedarkan pandangannya disekeliling ruang tamu lalu berhenti disatu objek yang membuat matanya terpaku menatap pigura foto kecil di rak ruang tamu.
Dean beranjak dari duduknya dan melihat pigura foto itu dari jarak yang lebih dekat. Tangan kanannya terulur untuk mengambil foto itu.Pigura foto kecil yang menampilkan gadis kecil lucu yang Dean perkirakan berusia lima tahun dengan rambut dikuncir dua dan bando minnie mouse menghiasi kepalanya juga tangan kanannya memegang cotton candy dan gadis itu tampak sedikit cemberut.
Tanpa sadar sudut bibir Dean melengkung keatas, ia tersenyum tipis memperhatikan foto itu. Otaknya memutar ulang kejadian belasan tahun silam tatkala ia memperhatikan foto dipigura kecil itu.
Saat itu, Dean kecil yang berusia delapan tahun berlari-lari menuju wahana permainan yang ia inginkan bersama sepupunya yang datang dari Amerika. Mereka terlalu antusias dan tanpa sengaja Dean menabrak seorang gadis kecil hingga jatuh dan lututnya membentur permukaan tanah yang cukup keras, juga ice cream yang dipegang anak itu jatuh tak berbentuk diatas tanah. Dengan bibir mencebik gadis kecil itu menatap Dean dan tak lama kemudian seorang anak laki-laki yang lebih tua dari Dean datang dan membantu gadis kecil itu untuk berdiri.
Dean sempat melihat lutut gadis kecil itu yang terluka, Dean berniat untuk meminta maaf pada gadis kecil tersebut namun belum sempat ia melakukannya sepupunya sudah menarik pergelangan tangannya dan mengajaknya berlari.
Anak laki-laki yang merupakan kakak dari gadis kecil tersebut mencoba menenangkan adiknya yang hampir menangis kemudian membelikan cotton candy sebagai ganti ice cream yang sudah jatuh.
Setelah bertemu orang tuanya, kakak dari gadis kecil itu menceritakan apa yang terjadi pada adiknya, kemudian sang ibu membantu membersihkan dan mengobati luka di lutut putri kecilnya. Sang ayah datang lalu mengambil foto putrinya yang nampak cemberut kemudian mereka tertawa melihat ekspresi sang anak. Begitulah foto itu diambil.
Atensi Dean teralihkan dari foto itu ketika mendengar derap langkah kaki didekatnya, ia menoleh dan mendapati Lea sudah berdiri tidak jauh darinya.
" Kenapa kau melihat foto itu ? " Tanya Lea saat mendapati Dean tengah memperhatikan foto masa kecilnya.
" Apa kau masih ingat foto ini ? " Dean memutar tubuhnya menghadap Lea
Lea tampak berpikir sejenak, " Aku tidak terlalu mengingatnya, itu sudah lama sekali dan aku masih kecil sekali saat itu "
" Ternyata kita pernah bertemu dimasa lalu "
" Oh ya ? "
Dean mengangguk, " Tapi sayang sekali kau tak mengingatnya "
***
Lea berusaha memejamkan matanya namun tetap tidak bisa tidur. Ia membenahi selimut yang menggelungnya sampai sebatas dada kemudian merubah posisi berbaringnya kearah samping.
Lima menit Lea lewatkan hanya untuk mencari posisi nyaman untuk tidur, namun sepertinya penyebab utama yang membuatnya tidak nyaman bukanlah posisi tidur melainkan ia merasa canggung tidur dengan Dean. Status mereka memang suami istri namun hubungan mereka tidak seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Walaupun dalam keadaan remang-remang yang hanya bercahayakan lampu tidur kecil, Lea dapat melihat dengan jelas kala mendapati sepasang manik hitam Dean menatapnya intens yang membuatnya sempat tertegun sejenak.
Entah mengapa Lea seolah tersihir dengan tatapan Dean, manik matanya ikut menatap tajam manik mata Dean. Keduanya sama-sama bungkam dengan menatap intens satu sama lain.
Perlahan tangan besar Dean mengusap lembut puncak kepala Lea. Membuat Lea menatapnya dengan pandangan aneh. Tidak lama berselang pria itu memejamkan matanya, Lea juga ikut memejamkan mata walaupun ia belum sampai kealam mimpi.
Lea hanya sekedar memejamkan mata dan juga jangan lupakan posisinya yang berhadapan dengan Dean, tapi rasa kantuk tak kunjung datang. Tidak lama, dengkuran halus terdengar menyapa indra pendengarannya, rupanya Dean terlebih dahulu menuju alam mimpi. Dengan posisi yang masih berhadapan, Lea ikut memejamkan matanya mengikuti Dean yang sudah terlelap.
***
Sinar matahari masuk melalui celah kecil dari jendela kamar Lea yang gordennya sudah terbuka. Sepasang mata Lea yang masih terpejam perlahan terbuka kemudian menyipit karena cahaya matahari yang cukup menyilaukan matanya.
Perlahan Lea menggerakkan tubuhnya lalu kepalanya menoleh kesamping dan tidak mendapati Dean disebelahnya. Setelah mengumpulkan nyawa Lea beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi.
Lea tidak menemukan siapapun saat dirinya keluar dari kamar namun samar-samar ia mendengar suara seseorang sedang berbincang-bincang. Ia mengikuti arah suara itu yang sepertinya bersumber dari teras halaman depan.
Interaksi antara kakaknya dengan Dean yang mana mereka sedang berbincang-bincang tanpa ada perkelahian adalah hal yang tidak Lea duga. Lea tahu betul kakaknya adalah orang yang tidak menyetujui hubungannya dengan Dean walaupun akhirnya merelakan Lea untuk menikah dengan Dean.
" Jangan sampai kau menyakiti adikku " Ujar Leon kemudian menghembuskan asap rokoknya melalui mulut dan membiarkan asapnya membumbung diudara.
" Aku juga berpikir untuk memperbaiki hubungan, walaupun aku dan adikmu menikah bukan atas dasar keinginan masing-masing tapi setidaknya jangan sampai ada rasa benci diantara aku dan Lea, karena bagaimanapun ia tengah mengandung anakku " dan itu adalah alasan utama aku memperbaiki hubungan ini, lanjut Dean dalam hati.
" Aku tidak segan-segan memukulmu jika sampai aku tahu kau membuat adikku menangis karena tabiat playermu "
Dean terkekeh, " Pegang janjiku, aku tidak akan membuat adikmu menangis karena aku "
Tanpa sengaja Lea mendengar percakapan mereka berdua dan ia tahu sekarang jika bayi dalam kandungannya yang membuat Dean berbeda dan memberikan perhatian lebih akhir-akhir ini, lebih tepatnya menjadi alasan Dean untuk bertahan dalam pernikahan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Player
RomanceBagi Lea, pernikahan adalah hal yang belum perlu terlalu jauh untuk dipikirkan apalagi dilakukan bagi remaja 18 tahun seperti dirinya. Menikah dengan seorang player seperti Dean sama sekali belum pernah terlintas di benaknya. Namun, karena ulah kaka...