Truth

2.6K 234 10
                                    

9 November 2017

Malam ini kami berjanji untuk bertemu. Aku menunggunya sudah lebih dari lima belas menit.
Aku tidak marah. Aku tau ia punya kesibukan yang lebih dari pada diriku.

Dari jauh aku bisa melihatnya berlari menghampiriku. Memeluk tubuhku erat dan menggumamkan kata maaf berkali-kali.

Aku hanya tersenyum. Tidak menjawab. Entah kenapa ada keraguan di hatiku meski itu sedikit.

Ia melihat perubahan raut wajahku, kemudian tangannya menarik tanganku untuk duduk di salah satu bangku taman. Ia masih tetap menggenggam tanganku.

"I want to tell you something" katanya

Aku hanya memberikannya tatapan bertanya-tanya, masih tidak ingin berbicara.

"About us"

"Apa?"

"Aku selalu menyimpan ini di dalam hatiku karena aku ingin melihat bagaimana perasaanmu padaku. Dan mungkin sekarang waktu yang tepat"

Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkannya.

"Kau selalu membicarakan tentang komitmen. Aku selalu percaya pada semua yang kau katakan, dan aku selalu berpikir positif tentang hubungan kita"

Aku diam, entah mengapa rasanya dadaku sesak.

"Aku tau mungkin kau berpikir jika aku sekarang terlihat berbeda di matamu kan? semua perasaanmu mulai berubah dan mulai ada keraguan. Kamu pikir aku adalah pembohong karena semua komitmen yang aku buat hanya omong kosong belaka"

Ia menarik nafasnya dan menghela. Aku bisa merasakan lelaki yang ada di hadapanku ini sedang menanggung beban yang berat.

"Asal kau tau, sampai sekarang semua perasaan yang aku punya untukmu tidak sedetikpun hilang"

Ia meneteskan air mata. Seorang Park Jimin yang selalu ceria dan tidak pernah serius itu menangis. Jimin menggenggam tanganku erat seakan-akan ia takut aku pergi.

Aku melihat ketulusan dan keseriusan di matanya. Alasanku ragu dengan hubungan kami bukanlah aku sudah tidak mencintai laki-laki itu lagi. Aku bahkan sangat mencintainya, tapi karena aku takut.

Bagaimana jika ia bertemu dengan orang yang lebih baik dariku? Bagaimana ia jatuh cinta dengan perempuan lain? Bagaimana jika ia mulai bosan denganku? Semua pertanyaan itu selalu saja menghantuiku tapi Jimin sama sekali tidak pernah menunjukkan keraguan sekalipun.

Ia benar-benar mencintaiku. Dan bodohnya aku meragukan hal itu.

"Aku mencintaimu kang"

Ku lepas genggaman tangan kami lalu ku usap air mata yang membasahi pipinya. Aku menatap kedua manik matanya yang indah sambil tersenyum.

Bodohnya aku hampir saja menyia-nyiakan lelaki yang sudah memberikan seluruh hidupnya padaku.

Aku tidak pernah bisa mencari orang yang lebih baik dari pada Jimin. Jimin adalah yang terbaik.

"Maafkan aku" bisikku

Aku menangkup kedua pipinya.

"Aku juga mencintaimu Park Jimin"

Tak perlu banyak berpikir lagi ku kecup bibirnya. Bibir yang selalu membuatku kecanduan.

Jimin makin memperdalam ciuman kami. Dan kami berhenti mengecap bibir satu sama lain sepuluh menit kemudian.

Lelaki itu tersenyum. Ia lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dan membukanya.

Sebuah cincin.

"Aku tidak memintamu untuk menikahiku sekarang. Aku hanya ingin menunjukkan keseriusanku tentang hubungan kita, aku tau kau ragu apa mungkin aku mulai bosan denganmu. Jujur aku sudah jatuh cinta denganmu sejak awal aku bertemu denganmu dan itu tidak ada yang bisa merubahnya"

Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Pandanganku mulai kabur karena aku ingin menangis.

"Aku hanya ingin seorang Kang Seulgi saja yang menjadi istriku"

Jimin memakaikannya ke jari manisku. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis.

Keraguan yang awalnya ada kini sudah hilang. Aku tau Jimin akan mempertahankan hubungan kami dan aku juga akan mempertahankannya. Apapun yang terjadi.

.

Jimin terkekeh disebelahku. Sebelah tangannya melingkar di pinggangku. Ia membuat diriku sedekat mungkin dengannya.

Sekarang kami ada di flatku, duduk diatas sofa sambil membuka album lama fotoku.

"Kenapa kau bisa begitu sangat cantik sejak kecil?" tanya Jimin

Aku hanya menggeleng.

"Mungkin nanti kita bisa memiliki satu atau dua anak perempuan yang cantik sepertimu"

Ku pukul lengan Jimin dan ia hanya tertawa. Jimin membawaku kedalam pelukannya dan menciumi keningku berkali-kali.

Bagaimana bisa aku tidak mencintai seorang Park Jimin jika ia selalu seperti ini?

MADE WITH LOVE - pjm,ksgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang