Seulgi
Sudah sebulan sejak aku memutuskan hubungan ini. Hatiku hancur, hatiku sakit. Perasaanku yang sesungguhnya tidak menginginkan ini, semua tertulis jelas tapi aku harus menyangkalnya.
Kita terlihat sama namun tetap berbeda bagaimanapun juga. Aku tau kau selalu mempertahankan hubungan ini, tapi maafkan aku. Aku juga ingin tau apakah kau merasakan hal yang sama denganku? Apa hatimu hancur seperti hatiku?
Tidak ada harapan lagi namun aku tetap menginginkannya, aku menginginkan dirimu. Setelah ini, setelah hari, bulan, dan tahun berlalu kita akan tinggal dalam kehidupan yang berbeda. Mungkin kau menemukan seseorang yang lebih baik.
Jika kau tanya bagaimana keaadanku? Jawabannya tidak. Aku tidak baik.
Aku tidak berpikir itu akan mudah untukku. Kamu tetap mengisi hari-hariku seperti dulu, saat kita masih bersama. Candaan ringanmu, obrolan tidak pentingmu semua terekam jelas di memoriku. Aku tak bisa menghentikan pikiran tentang kenangan terakhir kita.
Aku terlihat baik-baik saja di keramaian. Aku pura-pura baik-baik saja dengan senyuman di wajahku. Aku mencoba untuk tak memikirkan bayang-bayangmu. Tapi hari ini aku melihatmu berdiri dipanggung yang sama denganku. Hatiku semakin sakit melihat senyummu, tolong jangan tersenyum seperti itu.
Kau berlari kearah yang sama denganku, sesekali menatapku. Aku merasa dunia seakan milik kita berdua jika kau terus menatapku, aku akan jatuh lebih dalam pada manik matamu yang gelap itu.
Tidak, aku tidak bisa.
Aku memilih untuk menghindarimu sejauh yang aku bisa. Tolong jangan ikuti aku, aku tak bisa menahannya untuk lari kedalam pelukanmu lagi. Kau terus tersenyum seperti tidak ada yang terjadi diantara kita.
Akhirnya selesai sudah. Aku lebih memilih meninggalkan panggung terlebih dahulu dari pada harus melihatmu. Tapi terlambat. Tangan kekar menahan dan menarik tubuhku kesudut ruangan. Dimana tidak ada orang yang bisa melihat kita.
Mata gelap yang selama ini kuhindari menatapku sendu. Ia tak tampak baik-baik saja. Sama sepertiku.
"Kembalilah padaku Kang Seulgi, mari kita mulai semuanya dari awal"
Ia menghela nafasnya kasar dan mulai menatapku lagi. Kami berdiam diri menikmati kesunyian, sampai pada akhirnya sesuatu yang basah menyentuh bibirku.
Bibir kami bertemu, saling menyesap satu sama lain melepas kerinduan yang tertahan. Dan ia tersenyum di sela-sela ciuman kami.
Akupun sama sepertinya, sama seperti Park Jimin yang merindukan sentuhan satu sama lain.
wkwkwk
oiya kalian bisa cek work baru aku. makasih💕
