Seulgi pov.
Malam ini aku sudah janji dengan Wendy akan datang ke pesta tunangannya dengan Yoongi. Kulangkahkan kakiku masuk ke sebuah club malam yang sudah di pesan oleh Wendy sehingga malam ini hanya tamu-tamu Wendy dan Yoongi saja yang bisa masuk.
Sebenarnya aku malas untuk datang, hal ini mengingatkanku dengan laki-laki brengsek yang membatalkan pertunangan secara sepihak.
Im Jaebum. Laki-laki yang meninggalkan luka di hatiku sampai saat ini.
Wendy tersenyum dan memelukku, aku pun membalasnya."Selamat ya Wen" kataku
"Makasih Seul udah dateng"
"Masak acara sahabat sendiri gak dateng"
Kami mengobrol banyak sebelum Yoongi datang menghampiri Wendy dan mengajaknya pergi untuk menemui keluarga besarnya.
Aku duduk di sudut ruangan sambil menegak sedikit alkohol. Pikiranku masih belum bisa melupakan Jaebum yang meninggalkanku sendiri di malam musim dingin.
Tak terasa air mata menetes membasahi pipiku."Permisi, boleh aku duduk disini?"
Seorang lelaki berambut hitam menunduk menatapku. Aku tidak menanggapinya tapi pada akhirnya ia duduk di sebelahku.
"Kenapa kau menangis? Perempuan secantik dirimu tidak semestinya menangis"
Oh suaranya terdengar lembut dan manis di telingaku. Aku menatapnya dan dia menyeka air mataku.
Sorot matanya sangat mempesona, membangunkanku tanpa sadar.
Kami tidak mengobrol karena sejak tadi ia hanya menatapku tapi tatapan yang ia berikan sangat susah di jelaskan."Kau bisa bersandar padaku" katanya
"Eh tapi-"
Dia menarikku ke dalam pelukannya.
"Walaupun aku baru bertemu denganmu tapi aku tidak suka melihatmu sedih"
Aku cuma diam tapi dia mengelus rambutku. Perlahan aku merasakan sesuatu yang aneh, dia seperti membangunkan sesuatu yang tersembunyi dalam diriku. Bahkan saat bersama Jaebum aku tidak pernah merasakannya. Walaupun aku tidak mengenalnya tapi aku merasa nyaman bersamanya.
"Mmm namamu siapa?" tanyaku di sela-sela pelukannya
"Park Jimin, panggil saja Jimin"
Suara itu lagi, rasanya seakan aku mulai terobsesi dengan suaranya.
Dia melepaskan pelukannya dan menatapku. Kali ini tatapannya beda dengan yang tadi. Sedikit lebih intens.
Perlahan bibirnya mendekat kearah bibirku. Bibir kami bersentuhan dan dia melumatnya dengan lembut. Tanpa sadar aku terbuai dan mengalungkan tanganku di lehernya. Aku tidak peduli apa aku mengenalnya atau tidak.
Kami berciuman cukup lama.
Jimin mengakhiri ciumannya tapi dahinya masih menempel di dahiku.
Dengan mata masih terpejam dia tersenyum."Mau pergi ke apartemenku? Kau terlihat lelah"
"Bagaimana kau bisa tau kalau aku sedang lelah?"
"Semua terlihat di matamu"
Memang benar saat ini aku lelah sekali. Jimin menggenggam tanganku dan menuntunku menuju mobilnya.
Selama perjalanan aku dan dia mengobrol banyak hal, ternyata kami memiliki banyak persamaan membuatku semakin nyaman dengannya.Aku kaget saat masuk ke dalam apartemennya yang luas tapi Jimin cuma tersenyum.
Tiba-tiba ia menggendongku, menaruh tubuhku diatas tempat tidurnya. Menyelimutiku dan mengecup keningku."Tidurlah, aku akan tidur di sofa" kata Jimin
Aku menarik tangannya.
"Jangan. Tidurlah bersamaku"
Entah kenapa aku tidak ingin dia jauh-jauh dariku.
Ia tersenyum dan langsung tidur disebelahku.
Aku memainkan rambut hitamnya. Aroma tubuhnya, sorot matanya, suaranya benar-benar sudah membuatku terpikat."Kang Seulgi" panggil Jimin
"Ya?" aku masih memainkan rambutnya
"Menikahlah denganku"
Aku diam membeku mendengar ucapannya. Kami baru saja bertemu dan dia sudah mengajakku untuk menikah?
"Aku tau ini tidak pantas karena kita baru saja bertemu dan berkenalan. Tapi entah kenapa aku langsung nyaman jika berada di dekatmu"
Aku hanya diam. Ternyata dia merasakan apa yang aku rasakan sejak tadi. Rasa nyaman.
"Tapi jika kau tidak mau-"
"Aku mau" seruku
"Eh apa?" dia tampak bingung sesaat
"Ayo kita menikah" kataku
Kulihat senyum merekah di wajahnya.
"Aku juga nyaman saat berada di dekatmu. Dan aku juga bisa melupakan semua masalah saat bersamamu. Mungkin saat ini aku sangat terobsesi denganmu"
Dia tertawa mendengar penuturanku. Setelah itu dia menciumku, kali ini dia menciumku dengan lebih bergairah. Membuatku mendesah tiap kali dia menggigit bibir bawahku.
Bibirnya mulai mencium leherku, meninggalkan bekas merah disana."Aku tidak akan melakukannya sebelum kita menikah jadi tenang saja" kata Jimin
Jimin memelukku erat seakan tak ingin kehilanganku.
Entah kenapa rasa sukaku pada Jaebum tiba-tiba hilang.
Dia menatapku, mencium keningku lagi sebelum aku tertidur di pelukannya.
Aku beruntung bertemu dengannya malam ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Fin?______________________________________
Gak tau kenapa aku ngetik ini cerita pengen ketawa 😂😂 apa gara" ga jelas kali yaaa 😂
Yaudah lah gakpapa udh terlanjur haha..Tetep voment yaaa