Park Jimin terlalu lama dalam menyadari perasaan cinta. Terlalu lama menyadari kepada siapa hatinya selalu mencari. Terlalu lama menyadari jika selama ini hatinya hanya menginginkan satu wanita.
Ia selalu melakukan hal bodoh. Tapi ini baru pertama kalinya ia menyadari jika dirinya bodoh.
Wanita itu akan menikah.
Bukan dengan Park Jimin, melainkan dengan pria lain karena hati Jimin terlalu sibuk mencari. Tidak ada yang bisa dilakukan sekarang selain merelakannya.
Jimin menegak alkoholnya sekali lagi, membiarkan cairan memabukkan itu melewati kerongkongannya yang kering. Sesekali ia meremas rambutnya karena rasa frustasi menguasai dirinya. Otaknya tidak bisa berfungsi dengan baik, itu karena sebentar lagi orang yang sangat dicintainya akan menikah dengan orang lain.
"Bodoh" seseorang duduk disebelah Jimin sambil menegak sisa alkohol dalam botol.
Jimin tidak bisa melihat dengan jelas, terlalu kabur.
"Kau benar, aku ini hanya manusia bodoh" Jimin tersenyum tipis.
"Pada dasarnya semua manusia itu egois. Selalu mencari dan terus mencari"
Lagi-lagi Jimin tersenyum. Apa yang dikatakan orang asing ini benar. Ia selalu mencari dan terus mencari padahal Kang Seulgi selalu didekatnya, sangat dekat dengannya.
Jimin hanya takut Kang Seulgi tidak menyukainya, ia takut wanita itu akan menghindarinya itu sebabnya Jimin tidak pernah mengutarakannya.
"Tidak ada yang bisa dilakukan sekarang" seru Jimin getir.
"Ada!"
Jimin menyeringai sambil menatap orang asing disebelahnya. Sudah jelas tidak ada yang bisa dilakukan, kalaupun bisa mungkin itu mustahil untuk dilakukan. Jimin ingin sekali menertawakan dirinya yang bodoh ini.
"Jika aku bisa membantumu, apa yang akan kau bayar sebagai gantinya?"
Tangan Jimin terhenti saat ia hendak menegak alkohol, pria itu berusaha menjernihkan pandangannya agar bisa melihat siapa orang gila yang ada di hadapannya ini. Mana bisa ia membantu Jimin disaat pernikahan itu hanya tinggal menghitung hari.
"Nyawaku, akan kuberikan kau nyawaku jika bisa membantuku mendapatkan wanita itu kembali" Jimin berseru mencoba menantang pria asing itu.
Pria itu menyeringai. Baru kali ini ia menemui orang yang berani seperti Jimin, sampai-sampai akan memberikan nyawanya sebagai jaminan. Ia berdiri dan menjabat tangan Jimin, tangannya terasa dingin seperti bukan manusia. Jika saja Jimin bisa melihat wajahnya, sudah bisa dipastikan ia tidak ingin membuat janji apapun dengan pria itu.
Sayangnya itu sudah terjadi.
"Ingat. Aku akan kembali untuk meminta nyawamu, jadi jangan sia-siakan kesempatan yang aku berikan" bisik pria itu sebelum menghilang.
Jimin ingin menanyakan sesuatu tetapi seketika semua menjadi buram dan perlahan pandangannya kabur. Keheningan itu menyelimuti tubuh Jimin yang sepenuhnya sudah tak sadarkan diri.
Di dinginnya malam, ia kembali memutar waktu.
.
2 April 2018
Kang Seulgi menatap heran Jimin yang tengah berdiri dihadapannya. Ia tak seperti biasanya, penampilannya kacau dan berantakan. Seulgi tau jika teman laki-lakinya ini sering kali berpenampilan kacau hanya saat sehabis bermalam dengan seorang wanita. Seulgi selalu memakluminya karena ia sudah terbiasa, tapi Jimin selalu membersihkan dirinya sebelum mereka bertemu.