Bel pulang yang Alya tunggu sedari tadi telah menggema diseluruh penjuru sekolah, membuat para siswa berhamburan ke luar kelas. Seperti biasa, Alya memandang keluar jendela, menatap kosong awan yang kini mulai pergi menjauh dari Alya. Alya mengdengus kesal, ia sangat ingin hujan turun setiap sore.
"Alya" suara menjengkelkan itu, selalu saja merusak kesenangan Alya.
Alya menoleh ke arah sumber suara itu, dan menaikan sebelah alisnya.
"Gue anter lo pulang" ajak Stevan.
"Gue udah nelfon mang ujang" jawab Alya datar, berbohong agar bisa mengelak tawaran Stevan.
"Bilang aja kalau lo udah pul--"
"Van! Keyra manggil lo! katanya lo suruh ikut rapat sekarang! Cepetan! Dia marah-marah ke yang lain tuh, gara-gara lo nggak ikut rapat!" Seorang lelaki berdiri di ambang pintu, sepertinya lelaki itu sama seperti Stevan yang merupakan anggota Osis.
"Kan tadi gue udah minta izin ke Keyra" bantah Stevan.
Melihat situasi ini, membuat sebuah peluang bagi Alya untuk segera menghindar dari Stevan. Diam-diam ia bangkit dari duduknya dan menyelinap ke belakang Stevan.
"Lo mau kemana?" Tanya Stevan yang ternyata sudah menyadari gerak-gerik Alya.
"Sorry, yaudah lo pulang bareng mang ujang aja dulu, gue masih mau rapat osis. Terus nanti kayaknya gue pulang agak malem, jangan dikunci pintu rumah lo!" Bisik Stevan.
Alya berdehem kecil, lalu berlalu dari pandangan Stevan. Alya sedikit tenang karna hari ini, tak akan ada yang mengganggunya lagi. Namun Alya terlalu naif, nyatanya 'habis Stevan, terbitlah Gilang' itulah yang kini ada di kepala Alya. Tanpa sengaja Alya bertemu dengan Gilang saat berjalan dikoridor lantai 2, tepatnya didepan kelas XI IPA 5. Entah siapa yang ditunggunya, sesaat Alya ingin berbalik arah, namun terlambat. Kini Gilang telah berjalan berjajar dengannya, mengikuti setiap langkahnya.
"Stevan mana Al?" Gilang memulai perbincangan.
Alya memutar malas matanya dan mengedikkan bahu.
"Kok jalannya kearah perpus? Lo belum pulang? Eh iya, lo pulangnya bareng siapa?" Gilang kembali bertanya.
'Lebih parah dari Stevan' batin Alya menjerit karna tak sanggup bila harus berlama-lama didekat Stevan. Ia merasa kini kupingnya terasa panas jika harus mendengar setiap pertanyaan Gilang.
"Al, jawab kek! Hargai orang yang lagi nanya lo Al" ujar Gilang yang kini menarik lengan Alya, membuat Alya berdecih kesal.
"Gue mau ke perpustakaan" jawab Alya malas.
"Gue temenin ya?" Tanya Gilang dengan penuh harapan.
"Terserah" jawab Alya kembali berjalan menuju perpustakaan.
"Yes!" Pekik Gilang.
"Tapi lo jangan banyak tanya! Diem aja" ketus Alya diikuti dengan anggukan Gilang penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainfall✔[Completed]
Teen Fiction"Hujan yang selalu membawa sejuta kenangan manis dalam setiap tetesnya" --Alya Kaori-- *Cerita ini bukan cerita tentang hujan yang selalu membasahi bumi, namun tentang kenangan yang membasahi ingatan Alya. Tentang kenangan mani...