Terlalu cepat bagi Alya untuk melepas Stevan pergi meninggalkannya. Bukan meninggalkan status mereka, tapi meninggalkan Alya jauh dengan jarak yang membentang. Hari ini Stevan akan berangkat menuju London dan menuntaskan masalahnya. Tentu saja berat hati Alya melepasnya. Pasalnya, hubungan mereka baru saja berjalan dua minggu, dan Alya harus berpisah jarak dengannya selama kurang lebih tiga tahun. Apakah adil? Tentu saja tidak. Kenapa harus sejauh ini? Lalu bagaimana jika Alya rindu dengan Stevan? Bagaimana jika Alya ingin memeluk tubuh Stevan? Ia harus memeluk ponsel. Karna setelah ini, hanya ponsel yang akan menemani Alya dan membuat Alya terhubung dengan Stevan.
"Kamu jangan ngelamun dong Al, jadi nggak tega ninggalin. Nanti kalau aku tinggal, siapa yang ngingetin kamu makan? Siapa yang ngingetin kamu tidur? Siapa yang ngingetin kamu buat sarapan kalau ke sekolah? Siapa yang jaga kamu di sekolah?" Tegur Stevan membuat Alya tersadar dari lamunannya.
Ia menghela nafas berat, lalu menempelkan kepalanya di dada bidang milik Stevan. "Aku pengen denger detak jantung kamu terus. Kamu jangan lupain aku ya. Jangan tinggalin aku, janga pokoknya jangan aneh-aneh" ujar Alya dengan suaranya yang melengking.
"Iya sayang" ujar Stevan sangat lembut.
"Sayang banget nggak sama aku?" Tanya Stevan
"Banget banget deh"
"Sini peluk dulu dong"
"Modus banget" ujar Alya sembari memeluk kekasihnya itu penuh manja.
"Jam berapa berangkatnya?" Tanya Alya.
"Nanti malam jam delapan" jawab Stevan mengelus kepala Alya.
Ingin rasanya ia menghentikan waktu ini saja. Ia tak ingin melanjutkan ceritanya. Tapi bagaimanapun, ia harus melangkah ke depan. Ia harus memperjuangkan cintanya. Stevan tak ingin Alya meninggalkannya atau pun menyakiti Alya lagi.
"Stevan?" Panggil Alya.
"Hmmm?"
"Janjikan bakala balik buat aku? Janji nggak ninggalin aku kan?"
"Janji sayang, aku bakalan balik buat ngelamar kamu. Bukan orang lain"
"Janji ya? Jangan diingkari. Aku cuma takut, nanti kamu balik bukan buat aku lagi"
"Jangan ngomong gitu dong Alya. Gue jadi nggak bisa pikir yang romantis buat lo nih" ujar Stevan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lo mah, nggak bisa serius Van. Gue serius tau. Lo kayak anggep ini cuma mainan. Gue beneran sayang sama lo!! Ahhgg tau lah sebel gue bicara sama lo. Nggak pernah dapet jalan"
"Minum coklat panas yuk" goda Stevan.
Tentu saja hati Alya tergiur dengan tawaran itu. Membuatnya tidak jadi marah dengan Stevan.
"Yaudah cepetan berdiri. Cepett!! Keburu abisss" rengek Alya.
Stevan berdiri dengan senyuman simpul. Lalu menggandeng tangan Alya kuat.
"Gue sayang lo kecil" bisik Stevan sembari mengacak-acak rambut Alya gemas.
"Alya, mau kemana?" Tanya Arina yang sedang menyirami tanaman.
"Aku pinjem bentar kak, lagian kan bentar malam aku mau berangkat kak" izin Stevan.
"Nggak usah sok-sokan pake aku-kamu deh buat ngerayu hati gue" ketus Arina.
"Kakak adik kok sama aja sih? Nggak bisa diajak romantis" cibir Stevan.
Arina terkekeh "Jangan pulang malem. Kasih Alya waktu buat istirahat. Nanti dia bakalan nganterin lo kan? Lo juga harus istirahat. Gue sama Bayu nanti bakal bantu cari cara buat ngeluarin lo dari masalah"
"Okey kak. Makasih ya" ujar Stevan sembari membawa Alya menuju mobilnya.
Hari ini tidak terlalu Spesial, mereka hanya makan bersama, menonton bersama, dan hanya berjalan mengelilingi taman. Mereka habiskan waktu untuk saling bertatap wajah. Agar tak saling melupakan bagaimana wajah mereka nanti saat Stevan kembali lagi untuk Alya. Berjalan bersama seperti ini pun sudah cukup untuk Stevan. Asalkan Stevan masih melihat senyuman di bibir Alya, itu sudah cukup. Matanya tak sengaja melihat ke leher Alya yang masih mengenakan kalung pemberian Alan. Bagaimanapun juga, Stevan pacarnya Alya jadi dia cemburu dengan hal itu. Tapi, dia tidak boleh egois dan terlalu mengekang Alya. Karna Stevan tahu, bagaimanapun kelanjutannya, Alya akan selalu untuk Stevan.
"Kenapa Van? Muka lo kok gitu sih? Nggak suka makanannya? Mau pesen yang lain?" Tanya Alya menyadarkan Stevan.
"Bukan. Pancakennya enak kok"
"Terus?"
"Lo janji ya, jangan suka sama orang lain"
"Lo nggak percaya sama gue Van?"
"Bukan gitu, gue takut lo malah suka sama Alan"
"Gue akan jaga hati gue. Gue percaya sama lo. Karna merpati yang dipelihara dengan baik, saat dilepaskan pun dia akan tahu arah dan kemana dia harus pulang"
Stevan merasa sangat beruntung mendapat perempuan seperti Alya, juga sesabar Alya. Walaupun kadang sifatnya agak polos dan nggak tahu cara buat romantis. Tapi biarlah, setidaknya hubungan tidak selamanya hanya seputar romantis.
Sedangkan diluar sana hujan semakin deras, mengurung Alya dan Stevan di sebuah cafetaria. Hujan yang turun kali ini membawa kenangan Alya saat bersama Stevan. Hujan yang Alya rindukan juga hujan yang senada dengannya, membisikkan sebuah kalimat bahwa mereka tak ingin Stevan pergi berpisah dengan Alya. Kali ini walaupun mereka di dalam gedung, pipi Alya juga tetap basah terhujani air mata. Sebenarnya dia tak rela harus sejauh itu dengan Stevan.
*****
"Van, nanti kalau lo udah sampe London, sering-sering kasih kabar ke kita ya. Sama Alya juga!" Ujar Bayu di dalam mobil saat mengantar Stevan.
"Siap boss" jawab Stevan tegas.
"Jangan lost komunikasi. Kasian Alyanya" sambung Arina. Sedangkan yang dibicarakan malah enak tertidur dipundak Stevan.
"Lo ajak kemana sih? Kok sampe ngantuk gitu?"
"Jalan-jalan. Lagian tadi kan hujan, jadi nggak bisa pulang. Gimana nih? Nggak tega gue buat ngebangunin dia. Mana mukanya polos banget lagi. Makin nggak tega gue"
"Dia pasti marah kalau nggak bisa liat lo sebelum lo berangkat ke London" ujar Bayu.
"Tapi kasian kalau diganggu tidurnya" ujar Stevan.
"Gue titip ini buat dia aja ya. Nanti kalau gue udah sampe sana gue langsung kabari deh. Beneran" pamit Stevan karna waktu sudah menunjukan jam delapan malam. Dia memberikan sebuah bingkisan kepada Arina agar disampaikan kepada Alya.
"Yakin lo nggak mau bangunin dia?" Tanya Arina memastikan.
Stevan menggeleng. "Nggak deh. Kasian, pasti capek banget sampe tidur nyenyak gitu" jawabnya sembari membuka pintu mobil.
"Lo jaga diri disana ya. Jangan kepincut cewek sana lo. Inget di sini ada Alya!" Ujar Bayu.
"Iya, sering-sering kasih dia kabar ya. Jangan lost komunikasi deh" sambung Arina.
"Iya gue bakal kasih dia kabar terus kok. Gue masuk dulu ya, sampein tuh titipan. Jangan lupa" pamit Stevan sembari mengecup kepala Alya dengan lembut.
"Gue pergi ya kecil, jaga kesehatan lo. Jangan nangis pas lo bangun. Lo jangan deket-deket Alan. Gue sayang lo kecil" setelah membisikkan kalimat perpisahannya, Stevan pergi meninggalkan Arina, Bayu dan Alya. Berat sebenarnya hatinya. Rasanya ia masih ingin merasa pelukan manja dari Alya sebelum dia pergi. Tapi dia tidak tega bila harus membangunkan anak kecil itu.
A/n : Stevan udah pergi😢 selanjutnya, hanya rindu akan memenuhi perasaan Alya.... adil nggak sih? Kan mereka baru jadian 2 minggu, terus harus dipisahin jarak yang begitu jauhnya dengan waktu yg lama. Lanjutannya gimana ya?
Kali ini update lagi, soalnya pengen Rainfall cepet completed dan beralih ke cerita lain. Tinggal beberapa part lagi😊
Jangan lupa Vote😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainfall✔[Completed]
Teen Fiction"Hujan yang selalu membawa sejuta kenangan manis dalam setiap tetesnya" --Alya Kaori-- *Cerita ini bukan cerita tentang hujan yang selalu membasahi bumi, namun tentang kenangan yang membasahi ingatan Alya. Tentang kenangan mani...