8. Semua Kebohongan mu

1.2K 59 1
                                    


Mobil berhenti ditempat parkir yang masih lumayan sepi. Alya keluar dari mobil itu, berjalan memasuki gedung sekolah. Namun, baru saja beberapa langkah ia meninggalkan mobil, kini langkahnya terhenti ketika seseorang menarik lengannya.

"Lo siapa? Kok berangkatnya bareng Stevan?" Tanya seorang perempuan berparas cantik yang kini menatap tajam Alya. Perempuan itu tak lain adalah Keyra.

"Keyra!" Suara Stevan yang cukup keras tak membuat Keyra memalingkan wajahnya dari Alya.

"Lo siapa?" Bentak Keyra.

"Alya Kaori temen sekelas gue! Kenapa? Lo ada masalah sama dia?" Tiba-tiba saja, Gilang menepis tangan Keyra yang mencengkeram lengan Alya.

"Lo ngapain ikut campur? Gue bukan tanya lo! Tapi gue tanya dia! Ohh ya, satu hal lagi yang perlu lo ingat! Yang sopan dikit Kalau ngomong sama kakak kelas!" Bentak Keyra yang kini berkacak pinggang.

"Hahahaha... gila hormat ya sekarang! dulu aja gue manggil lo sayang lo nggak keberatan kok. Oh gue lupa, lo sekarangkan udah sama Stevan! Sorry" setelah mengatakan hal itu, Gilang menarik lengan Alya, membawanya menjauh dari tempat itu tanpa memperdulikan Keyra yang kini tengah termakan emosi.

"Gue kan udah bilang, lo jangan deket-deket sama Stevan kalau lo nggak mau masuk di zona bahaya!" Bentak Gilang yang kini menghentikan langkahnya didepan Aula sekolah.

"Gue nggak deketin Stevan!" Jawab Alya yang sebenarnya penasaran dengan semua ucapan Gilang tadi, namun ia tak ingin mengganggu privacy mereka.

"Terus kenapa lo berangkat sekolah bareng Stevan? Lo sadar nggak sih? Lo itu ibarat ngebangunin singa yang tidur Al. Sedangkan lo sendiri cuma seekor anak kucing" jelas Gilang.

Alya tak memperdulikan Gilang, ia justru membalikkan tubuhnya dan melangkah menuju kelasnya.

"Al! Lo itu harus ngejauhi Stevan!" Pekik Gilang, yang sama sekali tak Alya hiraukan.

Alya terus melangkahkan kakinya melewati koridor yang masih sepi. Sesekali ia melirik ke arah kelas-kelas yang sudah terisi oleh beberapa siswa. Dan saat ia berada di dekat tangga menuju lantai 3, telinganya menangkap suara isakan yang sangat dekat dengannya.

'Siapa tuh, pagi-pagi udah nangis. Apa jangan-jangan.... kun...' mendadak Alya menjadi parno hingga membuatnya berlari bergegas menaiki tangga. Namun, lariannya berubah menjadi langkah yang sangat lambat, ketika melihat sosok yang sangat dikenalinya tengah berdiri memeluk perempuan di samping tangga. Ya! Dia adalah Stevan. Ia memeluk Keyra yang tengah menangis terisak.

Jantung Alya terasa berhenti berdetak. Entah apa itu namun, sebuah perasaan yang aneh muncul dibenaknya. Sebuah perasaan kecewa, namun tak kecewa. Perasaan sedih, namun tak membuatnya menangis. Ia sendiri tak tahu perasaan apa itu, namun satu hal yang ia ketahui. Yaitu "menjauh dari Stevan".

Alya kembali melangkahkan kakinya menitih anak tangga yang membawanya menuju lantai 3, dimana kelasnya berada. Ia duduk di tempat duduknya, sembari membaca novelnya.

"Gue belum selesai ngomong sama lo tadi, tapi lo malah main ninggalin gitu aja" seru Gilang yang memukul meja Alya dengan kasar.

Alya mendongakkan kepala melihat wajah Gilang lalu melanjutkan membaca novelnya tanpa menghiraukan adanya Gilang.

"Gue itu ngomong sama lo! Hargai kek, biar lo nggak dibilangin Sombong!" Ujar Gilang.

"Lo nggak capek apa ngejar cewek jutek kayak dia? Mana sombongnya minta ampun, heh... lo pikir baik-baik ya! Di luar sana tuh banyak cewek yang lebih cantik! Lo udah di pelet sama dia ya? Sampe--"

"Banyak yang cantik, tapi kelakuan mereka yang busuk kayak lo iya? Apa? Lo ngomong gitu biar gue berpaling ke lo? Sikap lo itu busuk Rin! Lo yang harusnya nyadar diri!" Ucap Gilang yang geram karna Rina selalu ikut campur dengan urusannya.

"Ihh... apa sih yang lo cari dari cewek kayak dia? Emang dia populer? Enggakkan? Populer juga gue! Cantik juga cantikan gue" bantah Rina dengan angkuh diikuti dengan anggukan keempat anggota geng rumpinya.

"Emang populer segalanya ya? Populer tapi kalau sikap lo kayak sampah? Kan sama aja. Apa yang lo banggain dari kepopuleran? Lo tau, orang-orang itu ngomongin lo bukan populer dalam hal baik, tapi populer lo itu kebiasaan masuk bar, ganti-ganti cowok dan--"

Seketika Alya bangkit dari duduknya sembari menghentakkan tangannya ke meja dengan keras. Membuat seisi kelas menyumbangkan tatapan padanya, termasuk Stevan yang baru saja memasuki kelas. Alya sudah tak kuat mendengar perdebatan Gilang dan Rina, apa lagi perdebatan itu terjadi karna dirinya. Ia berjalan keluar kelas, padahal bel untuk memulai pelajar pertama telah berbunyi.

"Alya!! Lo kemana? Kan udah bel" pekik Gilang.

Alya berjalan melewati pintu, melewati tubuh Stevan yang kini masih berdiri tegap menatap ke arahnya. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka, bahkan tatapan Alya pun tak mengarah pada Stevan.

Alya berjalan menuju Rooftop berniat untuk membolos pada pelajaran pertama. Mungkin ini pertama kalinya ia membolos. Dan mungkin saja ia akan mendapat omelan yang cukup panjang dari Arina, jika saja ia mengetahui hal ini. Namun ia sangat benci melihat pertengkaran, apalagi jika pertengkaran itu terjadi karnanya.

*****

Bel kedua telah berbunyi, Alya pun memutuskan untuk kembali ke kelasnya. Dan tentu saja ia mendapat tatapan sinis dari seluruh siswa yang kini masih berada dikelas menunggu guru pelajaran selanjutnya datang. Terlebuh lagi tatapan tajam penuh kebencian yang Rina berikan pada Alya. Namun tatapan itu tak berpengaruh pada Alya, ia tak menghiraukan tatapan itu. Ia terus berjalan dan mendaratkan diri di tempat duduknya, melihat keluar jendela. Menatap langit yang mulai berwarna kelabu.

"Lo dari mana?" Tanya Stevan yang kini menarik kursinya mendekat kemeja Alya.

"Bukan urusan lo Van. Mending lo urusin Keyra. Lo nggak perlu ngurusin gue, gue nggak mau cari masalah masa Keyra" ujar Alya lirih.

"Apaansih lo, Keyra, Keyra mulu! Gue sama dia nggak ad--"

"Nggak mungkin kalian pelukan kalau nggak ada apa-apa kan? Van, gue bukan anak kecil yang gampang dibohongin. Bener gue nggak pernah tau apa itu cinta, tapi gue tau gerak-gerik orang yang saling suka Van. Mending lo jauhin gue daripada hubungan lo sama Keyra ancur. Gue nggak mau jadi perusak hubungan lo sama Keyra" jelas Alya.

"Gilang tadi ngomong apa ke lo?" Tanya Stevan sedikit membentak, tanpa memperdulikan bahwa orang yang kini dibicarakannya menoleh kearah mereka.

Alya tak menghiraukan Stevan, ia masih bertopang dagu sembari memperhatikan awan yang berjalan dengan cepat terbawa arus angin.

"Lo kepancing omongan Gilang? Lo yang nggak tau cerita gue Al. Lo jangan gampang percaya sama orang. Lo harus tau dulu, orang itu beneran jujur atau malah bohong"

Baru saja Alya hendak menjawab, tiba-tiba guru datang, membuat para siswa kembali ketempat duduk mereka masing-masing, termasuk Stevan.

Alya menoleh kearah Gilang yang masih menatapnya. Membuatnya berdecih kesal dan kembali memalingkan pandangnnya keluar jendela.

Rainfall✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang