"Hujan yang selalu membawa sejuta kenangan manis dalam setiap tetesnya"
--Alya Kaori--
*Cerita ini bukan cerita tentang hujan yang selalu membasahi bumi, namun tentang kenangan yang membasahi ingatan Alya. Tentang kenangan mani...
Sedari tadi, Stevan tak melihat sosok Alya yang biasanya duduk di pojok kelas memperhatikan gumpalan-gumpalan awan yang gelap dari jendela kelasnya. Hingga bel istirahat berbunyi pun, Alya tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Untung saja, hari ini semua kelas free karna para guru tengah mengadakan rapat pergantian kepala sekolah. Namun tetap saja, khawatir memenuhi kepala Stevan. Pasalnya, ia baru saja menyeret Alya ke dalam masalah besar, lalu ia tak lagi melihat batang hidungnya. Ia sudah mencoba menghubungi ponselnya, namun tak kunjung di jawab oleh Alya. Ia pun memutuskan untuk mencari Alya, dari pada ia hanya menunggu di kelas dan tak tau keadaan Alya.
*****
Alya duduk di bangku taman dengan sebuah novel yang tengah dibacanya. Namun pikirannya tak bisa terfokus pada novel yang di tangannya, pikirannya melayang memikirkan hal yang dibicarakannya bersama Arga beberapa menit lalu. Diikuti dengan suara ponsel yang terus saja berbunyi membuatnya semakin tidak bisa fokus. Sesaat ia melihat Caller ID di ponselnya dengan nama Stevan Mahendra terpampang disana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sejak kapan Stevan punya nomor gue? Perasaan dia nggak pernah minta nomor gue. Mungkin dia minta ke kak Arina ya?" Gumam Alya.
Flashback on Alya berdiri di ambang pintu kelas XI IPA 5 menunggu Arga keluar dari kelas itu.
"Kenapa Al? Lo kok belum masuk sih?" Tanya Arga.
"Gue mau bicara sama lo. Hari ini semua kelas bakalan free karna guru-guru pada rapat pergantian kepala sekolah" jawab Alya.
"Mau ngomong apaan? Ngomong aja"
"Hmm... gimana kalau di taman?"
"Yaudah ayo"
Mereka berjalan menuju taman dan mendaratkan diri di sebuah bangku yang jauh dari keramaian.
"So? Lo mau ngomong apa?" Tanya Arga to the point.
Arga mengedikkan bahu dan tersenyum pada Alya, mempersilahkan Alya untuk memulai pembicaraan.
"Hmm.. sebenarnya, gue itu mau tanya tentang..." Alya ragu melanjutkan pertanyaanya itu, membuat Arga mengernyitkan dahi.
"Tentang... Stevan, Gilang dan Keyra" tuntasnya.
"Woww, baru kali ini lagi ada yang nanya tentang mereka" ujar Arga setengah terkejut. Pasalnya masalah itu sudah lama terjadi, dan mungkin sudah dilupakan oleh para siswa di sekolah itu.
"Itu pun sih, kalau lo mau cerita, kalau nggak.... ya nggak papa" ujar Alya pasrah.
"Wait, sebelum gue jawab pertanyaan itu, lo jawab dulu pertanyaan gue... apa alasan lo nyari tau info tentang mereka?" Tanya Arga yang kini menatap Alya lekat-lekat.