30. Kerinduan

842 53 3
                                    

Dua hari sebelum UAS, juga hari terakhir belajar kesekolah karna besok adalah akhir pekan yang mungkin akan Alya gunakan untuk belajar. Tidak seperti biasanya, hari ini Alya datang kesekolah dengan penampilan yang acak-acakan. Rambutnya yang belum terikat, tali sepatu yang terlepas, tas yang tak dibembengnya juga buku-buku yang kini hendak dimasukkannya kedalam tas.

"Aduhh kok bisa kacau gini sih? Kan hari ini ada pengarahan. Gara-gara obat yang Arina kasih nih. Ini penyebab gue nggak suka obat! Mana pahit, terus harus di telen langsung, mana bikin orang ngantuk!" Gerutu Alya sembari memperbaiki penampilannya.

Ia mengikat rambutnya, mengikat tali sepatunya, juga memperbaiki kacamata yang ia kenakan. Di balik kacamata bening itu, nampak mata Alya yang berkantung juga menghitam seperti "panda". Semalam dia berjuang begitu keras belajar, sampai lupa jam istirahatnya. Ditambah Arina memaksanya untuk minum obat pagi ini.

Alya menghela nafas panjang. Lalu berjalan menuju mading sekolah, mencari tahu kapan waktu pelaksanaan pengarahan untuk UAS, juga jadwal UAS.

"Disampaikan kepada seluruh siswa, hari ini sekolah tidak mengadakan pengarahan untuk pelaksanaan UAS yang akan datang. Dikarenakan suatu hal, membuat pihak sekolah tidak melaksanakannya. Pengarahan UAS sendiri akan dikirim para wali kelas kepada seluruh muridnya memalui E-mail. Dan telah mendapat kesepakatan, bahwa hari ini seluruh kelas akan dibebaskan. Mengingat beberapa hari menuju UAS. Sedangkan jadwal UAS sendiri, telah terpampang di mading.

Atas perhatian seluruh siswa, kami ucapkan terimakasih"

Seperti itulah bunyi informasi pihak sekolah untuk para siswa.

"Ha? Kalau gue tau hari ini bakal free, mending gue nggak sekolah. Kepaksa kesekolah gue kira ada pengarahan" cemooh Alya.

Ia merogoh saku bajunya, mengambil ponsel lalu memotret jadwal untuk UAS.

Buug!

Tiba-tiba sebuah tangan menghantam papan mading sesaat setelah Alya memasukkan kembali ponselnya. Perlahan ia menoleh kepada sang pemilik tangan itu.

"Keyra?" Gumam Alya lirih.

"Lo sama kakak kelas sopanan dikit! Panggil pake embel-embel kakak! Belagu banget sih lo" bentak Keyra sembari mengankat dagu Alya agar menatap wajahnya.

"Heh, lo ngapain Stevan lagi sih ha?? Gara-gara lo dia ngejauh mulu dari gue! Lo ganjen banget sih? Ngebet banget! Gue kan udah bilang, Stevan itu milik gue dan akan terus jadi gue! Lo masih berani juga ganggu dia?"

"Gue nggak ngapain dia kok! Lagian lo liat kan kemarin gue udah ngehindar dari dia. Gue juga nggak pernah komunikasi sama dia lewat sosmed-sosmed. Lo jangan nyalahin gue mulu! Gue aja nggak tahu apa-apa tentang lo sama dia"

"Lo ngelawan? Lo berani sama gue? Lo denger ya! Di sekolah ini, gue yang berkuasa jadi lo jangan macem-macem sama gue. Lo mau gue keluarin dari sekolah ini?"

"Apa lo penguasa di sekolah ini? Gue nggak salah denger? Lo kan sama kayak gue, sama-sama siswa disekolah ini. Hanya karna lo ketua osis bukan berarti gue harus bertekuk lutut di hadapan lo ya! Gue heran, kenapa orang kayak lo bisa jadi ketua Osis! Padahal tingkah lo keter--"

Plak!!

Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipi Alya, membuat sebuah luka di sudut bibirnya yang kini mengeluarkan darah. Kacamata yang ia kenakan pun ikut terbuang.

"Apa sih susahnya buat ngejauh dari Stevan? Lo itu nggak lebih dari hama yang ngerusak tanaman orang! Dasar cewek ganjen" pekik Keyra meninggalkan Alya.

Alya mengusap wajahnya, dan mengambil kacamatanya. Ia membuang seluruh amarahnya, lalu melangkahkan kaki menuju rooftop.

Disandarkannya tubuh mungil itu ke dinding. Di dongakannya kepala itu menatap langit yang cerah. Dan terpejamnya mata itu dirayu oleh suara bisikan angin yang sangat merdu.

Rainfall✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang