"Hujan yang selalu membawa sejuta kenangan manis dalam setiap tetesnya"
--Alya Kaori--
*Cerita ini bukan cerita tentang hujan yang selalu membasahi bumi, namun tentang kenangan yang membasahi ingatan Alya. Tentang kenangan mani...
Pagi itu, Alya bangun lebih awal berniat untuk menghindari Stevan. Ia juga berniat untuk berbincang sedikit bersama Arga, untuk memastikan sesuatu. Entah sejak kapan Alya mulai terobsesi dengan rahasia Stevan. Yang jelas ia harus bertemu dengan Arga dan menuntaskan rasa penasarannya.
Baru saja Alya keluar dari kamarnya dan hendak menutup pintu kamar, sosok Stevan juga telah menampakkan diri dari pintu kamar di sebelahnya.
"Tumben bangunnya awalan" tegur Stevan dengan senyuman manis yang membuat jantung Alya memompa darah dengan cepat.
"Kalau gini caranya, gue nggak bisa ketemu sama Arga nih" gumam Alya yang masih bisa di dengar oleh Stevan.
"Lo mau ngapain ketemu sama Arga segala?" Tanya Stevan dengan wajah yang berubah dingin dan datar.
Alya terdiam menatap Stevan, ia tak menjawab pertanyaan itu. Ia justru meninggalkan Stevan.
Tentu saja, Stevan pasti menarik lengan Alya untuk menahan langkah Alya dan mendapat suatu jawaban dari pertanyaanya.
"Mending kita sarapan, terus ke sekolah" ujar Alya.
Namun Stevan tak menghiraukan ucapan Alya. Ia justru menyandarkan tubuh Alya di dinding, lalu mengunci Alya dengan lengannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo ada perlu apa sama Arga?" Tanya Stevan yang kini berada sangat, sangat, sangat dekat dengan Alya. Bahkan hembusan nafasnya terasa berhamburan di wajah Alya, bau mint pun tercium dari mulut Stevan.
Jantung Alya kembali memompa dengan sangat cepat. Wajahnya terasa panas, bahkan lututnya terasa lemas jika harus berada di posisi yang sangat dekat seperti ini. Sepertinya, jantung Alya hendak melompat keluar dari tempatnya.
"Jawab Al" ujar Stevan yang kini mendekatkan diri lebih dekat dengan Alya.
"G-g-gimana c-cara gue jelasin, kalau lo kayak gini?" Ujar Alya terbata-bata sembari memalingkan wajahnya dari Stevan.
Stevan tak memperdulikan ucapan Alya, dia semakin mendekatkan dirinya lagi, dan lagi. Seakan-akan ia mendesak Alya agar menjawab pertanyaannya.
"Gue cuma mau nanya tentang Keyra" jawab Alya sembari menutup kedua matanya, karna kini jarak mereka sangat dekat, hingga hidung mereka hampir bersentuhan.
Tak ada respon dari Stevan. Membuat Alya membuka sebelah matanya dengan ragu, untuk melihat reaksi Stevan.
"Lo imut kalau lagi salah tingkah" ujar Stevan terkekeh puas sembari mengacak-acak rambut Alya.
"Ihh! Nggak lucu!" Kata Alya sembari memukul dada bidang milik Stevan.
Alya berjalan dengan cepat meninggalkan Stevan.
*****
Saat perjalanan menuju sekolah, di dalam mobil, suasana cukup hening. Alya masih tak ingin berbicara lagi dengan Stevan mengingat kejadian tadi. Stevan pun kini fokus pada jalanan yang mulai padat.