Matahari semakin meninggi. Sinarnya yang begitu terang menembus kelopak mata Alya, membuatnya merasa silau. Hingga tersadarlah dia dari tidurnya, ia mengucek matanya yang sebenarnya masih berat. Sebuah aroma parfum yang tak asing lagi untuknya, tercium di hidung Alya. Ia kembali menutup matanya dan mencari sumber aroma pafrum itu. Ia mengikuti aroma yang semakin tercium, hingga bibirnya menyentuh sebuah bidang yang lembut, dan dibuka matanya.
Deg!
Alya segera menjauhkan dirinya, wajahnya mulai memerah, jantungnya berdetak kencang karna tak sengaja dia mencium Stevan, yang entah sejak kapan berada di sampingnya.
"Lo cium gue?" Tanya Stevan agak terkejut.
"N-n-nggak... n-n-nggak s-s-seng-a-ja" ucap Alya terbata karena salah tingkah hingga suaranya terdengar tidak jelas.
"Apa lo cium gue karna sengaja?" Stevan berura-pura tak mendengarnya.
"I-i-iyaa" Alya mengangguk tak mencerna kalimat Stevan. "Ehh... e-e-enggak s-sengaja!" Lanjut Alya, setelah mencerna kalimat Stevan, dengan cepat dia menggelengkan kepalanya.
Stevan tertawa cukup keras, melihat kelakuan Alya yang sangat menggemaskan itu.
"Ih.. l-lagian, lo sejak kapan di sini?" Alya membalikkan tubuhnya, membelakangi Stevan yang masih menertawakan dirinya.
"Lo itu lucu banget Al, kayak anak kecil tau" ujar Stevan memeluk tubuh Alya dari belakang sembari mencubit lembut pipinya.
"Evaamnn afaan sifh? Shaafiit vaan" ucap Alya tak jelas membuat Stevan tertawa kembali.
"Ih nggak lucu Van" Alya membuang wajah dari Stevan dan memanyunkan bibirnya.
"Ahahah iya deh, iya sorry kecil" Stevan mengacak-acak rambut Alya dengan lembut.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Stevan.
"Bolos" ketus Alya.
"Cie, ngambek ya?" Tanya Stevan sembari mencolek pipi Alya.
"Nggak usah pegang-pegang, entar gue di gampar Keyra. Sana jauh-jauh sana" Alya tak sengaja mengatakan hal itu.
"Keyra nampar lo? Itu alasan bibir lo luka?" Tanya Stevan penuh amarah.
Alya menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"E-enggk... g-gue salah ngomong!" Ujar Alya sembari membenarkan letak kacamatanya.
Stevan menatap mata Alya dalam-dalam. Alya tahu betul apa tujuan Stevan melakukan hal itu. Pasti mendesak agar Alya mau jujur. Alya yang tidak suka ditatap seperti itupun menundukan kepalanya.
Stevan tersenyum, lalu memeluk erat tubuh Alya seakan-akan tak ingin melepaskannya.
"Gue kangen banget sama lo Al, udah seminggu gue nggak negur lo, gue kangen banget. Gue nggak bisa diemin lo terus Al" ujar Stevan.
"Kemarin lo negur gue kok! Lagian, lo kan udah seneng bareng Keyra" Alya berusaha melepaskan pelukan Stevan, namun Stevan memeluknya dengan erat.
"Gue ngelakuin ini buat jaga lo. Gue nggak mau Keyra terus-terusan neror lo" jelas Stevan.
"Lo malah nyakitin gue" ucap Alya dengan lirih.
"Maksud lo?" Stevan melepaskan pelukannya sembari menatap wajah Alya yang merona.
"Nggak... nggak jadi" Alya memalingkan wajahnya.
"Ngomong apasih barusan?" Stevan memegang wajah Alya, agar Alya menatapnya.
"Nggak jadi" ketus Alya sembari menyentilkan jari telunjuknya ke dahi Stevan.
"Au sakit tau Al" Stevan mengelus-elus dahinya yang memerah karna jentilan Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainfall✔[Completed]
Подростковая литература"Hujan yang selalu membawa sejuta kenangan manis dalam setiap tetesnya" --Alya Kaori-- *Cerita ini bukan cerita tentang hujan yang selalu membasahi bumi, namun tentang kenangan yang membasahi ingatan Alya. Tentang kenangan mani...