29. Cinta dan Kecemburuan

878 53 13
                                    

"Al, makanannya kok cuma lo mainin?" Tegur Cika yang melihat Alya tak bersemangat.

"Nggak napsu makan" ujar Alya.

Cika memalingkan pandangannya menuju ke arah pandangan yang Alya pandang saat itu. Di meja pojok belakang sana, ada Stevan yang tengah duduk bersama Keyra. Sudah hampir satu minggu mereka tak berkomunikasi. Paling hanya berpapasan dan saling kontak mata, tanpa ada kata yang keluar dari mulut mereka.

"Alya lo makan gih, bentar lagi bel masuk loh. Entar kalau kenapa-kenapa gimana?" Tegur Alan yang duduk di samping Alya.

"Enggak, gue mau ke kelas duluan aja" ujar Alya sembari beranjak dari duduknya. Namun tangannya ditahan Alan.

"Lo makan dulu biar cuma sesendok! Masalahnya minggu depan udah UAS. Lo harus fokus sama kesehatan juga pembelajaran lo Al" nasihat Alan.

"Lo bawel banget sih" jawab Alya kembali duduk sembari memanyunkan bibir.

"Sini gue suap! Sesendok aja deh"

"Bener nih ya, sesendok. Habis itu gue kekelas"

Alan mengangguk, lalu menyuapkan sesendok makanan kepada Alya.

"Sosweet banget... lo nggak mau gue suap juga Cik?" Tanya Arga berderai tawa.

"Idih amit-amit"

"Udah gue ke kelas duluan" pamit Alya sembari melambaikan tangannya.

Tiga hari menjelang UAS, ujian yang menentukan kenaikan Alya ke kelas XII. Tentu saja dia harus giat belajar, mengurangi membaca novel, mengurangi memperhatikan hujan, juga mengurangi memperhatikan Stevan secara diam-diam. Ya, setelah hampir satu minggu kejadian dimana mereka berdebat, Alya tak lagi berbicara kepada Stevan. Ditambah kedatangan Arina, membuat Stevan juga tak lagi harus tinggal dirumah Alya, juga tak lagi menjaga Alya. Kini yang Alya lakukan hanyalah memperhatikan Stevan dari jauh bersama dengan Keyra.

"Ngelamun aja, lo kenapa?" Tegur Reyhan menyadarkan Alya.

"Ck. Rese amat" ketus Alya.

Entah semenjak kapan teman sekelas Alya menjadi berani menegurnya. Padahal biasanya mereka membiarkan perempuan dingin itu sendirian tanpa berani mengusiknya.

"Lo kenapa sih? Galau ya?"

"Gue cuma pusing mikirin UAS"

"Jadi, seorang Alya bisa nervous juga saat menghadapi ujian ya? Padahalkan juara olimpiade mulu"

"Tentu aja gue nervous. Lagian, siapa sih yang nggak nervous kalau ngehadapi ujian?"

"Selow lah. Oh iya, lo dapet titipan dari Gilang nih" ujar Reyhan sembari memberikan sebuah novel.

"Kapan dia nitip ke lo? Perasaan dia pindah seminggu yang lalu"

"Hehehe... sorry gue baru inget. Dia bilang nitip ini buat minta maaf ke lo" ujar Reyhan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Baru saja Alya hendak membuka novel itu, namun tiba-tiba guru kimia datang bersama dengan Stevan yang membawa beberapa buku tulis.

"Ngapain sih, ngeliatin dia mulu... capek gue, bosen kali! Agghhh..." gumam Alya melempar tatapannya ke luar jendela. "Besok gue bolos aja kali ya? Males banget gue liat muka dia" lanjut Alya bertopang dagu.

*****

"Al, pulang bareng yuk" ajak Alan yang kini berdiri didepan kelasnya.

"Ehh? Apa??" Pekik Alya, karna terlalu ribut dengan suara teriakan siswa dari kelasnya membuat Alya tak mendengar ucapan Alan.

Rainfall✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang