28. Welcome and Goodbye

846 48 2
                                    

Alya duduk di ruang anjungan bandara menunggu pesawat yang Arina tumpangi mendarat. Hanya ada beberapa orang saja di ruangan itu. Sepasang suami istri yang membawa serta anaknya yang masih balita, seorang lelaki yang mungkin seumuran dengan Arina, ada pula seorang perempuan yang tengah bermain ponsel di samping tempat duduk Alya. Hanya itu sahaja. Alunan musik terdengar dari kios yang menjual beberapa makanan ringan. Udara dingin keluar dari beberapa pendingin ruangan yang dipasang di ruangan itu. Alya mengambil novel dari sling bagnya, lalu melanjutkan halaman yang belum dibacanya.

*****

Stevan merasa sangat bosan mengikuti pembelajaran hari ini. Padahal ia sangat ingin menjemput Bayu, namun Bayu melarangnya hanya karna alasan sekolah. Ditambah lagi, Alya hari ini tidak datang kesekolah. Perempuan yang biasanya Stevan jahili, yang biasa selalu ia perhatikan, dan yang biasa ia goda tak datang. Ia menghela nafas panjang sembari memperhatikan tempat duduk Alya yang kosong. Masih ada rasa bersalah yang ia pendam, ia juga masih memiliki hutang penjelasan pada Alya. Namun entah kenapa, Stevan selalu tak bisa mendapatkan waktu yang tepat untuk menjelaskan hal tersebut.

"Stevan Mahendra!! Tolong perhatikan penjelasan ini. Karna ini akan keluar di Ulangan Akhir semester nanti. Saya tidak akan mengulang penjelasan ini!" Tegur bu Vivi membuat Stevan tersadar dari lamunannya.

"I-iya maaf bu... n-ngantuk, selamam begadang" alasan Stevan.

"Curhat lo?" Sambung Reyhan berderai tawa.

"Ck. Gue jitak pala lu baru tau rasa"

"Sudah, sudah! Kalau kamu masih mengantuk, silahkan cuci muka kamu. Saya tidak mau hanya karna kelakuan kamu, siswa yang lain ikut terganggu" bentak Bu Vivi yang kembali menjelaskan materi pembelajaran.

"Ck. Siapa juga yang nyuruh negur gue? Orang gue kan cuma ngelamun, nggak ganggu siswa lain. Tumben banget juga ni guru marah. Biasanya juga adem adem ae" gumam Stevan kembali memperhatikan bu Vivi.

*****

"Alya, pesawatnya Arina 30 menit lagi baru sampe. Nggak mau sarapan dulu di kantin? Kan tadi Alya belum sempat sarapan" ujar mang Ujang.

"Alya nggak laper mang, kalau mang Ujang laper, mang Ujang makan aja. Biar Alya yang nunggu kak Arina"

"Aduh.. kalau mang Ujang mah.. udah minum kopi ya udah kenyang. Nah Alya? Dari semalem belum makan"

"Nggak papa mang"

"Nih Alya makan roti aja deh. Biar keisi perutnya"

"Mang Ujang aja yang makan deh. Alya nggak laper"

"Buset... dari dulu susah banget disuruh makan. Pantesan aja mungil mulu"

"Ih... mang Ujang apaan sih"

*****

Bel istirahat yang Stevan tunggu dari tadi telah berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas karna sudah jenuh dengan pembahasan yang bu Vivi berikan. Ditambah cacing di perut mereka sudah merengek untuk diberi makanan.

Di luar kelas, sudah ada Keyra dan Cika yang berdiri dari arah yang berlawanan, namun dengan tujuan yang sama. Yaitu Stevan. Stevan yang baru saja keluar langsung disambar dengan beberapa cengcong.

"Van! Gue mau ngomong sama lo" ujar Cika sembari menarik lengan Stevan.

"Ih.. lo apaan sih? Kan gue yang lebih awal nunggu Stevan, masa lo main ngambil aja" bentak Keyra menarik lengan lain Stevan.

"Lo kan masih punya banyak waktu sama Stevan. Lagian entar pulang sekolah paling-paling lo minta dianter Stevan lagi. Gue juga cuma minjem sebentar! Nggak gue embat juga kali" bentak Cika.

"Enggak! Udah jelas-jelas gue yang awalan sampe sini. Gue udah lama nunggu Stevan, lo baru juga sampe udah main tarik. Dasar adik kelas nggak tau diri. Hormati kek gue jadi kakak kelas lo" cemooh Keyra.

"Hah... yang ada itu dimana-mana kakak itu ngalah buat adik. Kalau lo mau gue hormat sama lo, harusnya lo juga jaga sikap lo. Terlebih lagi lo itu ketua osis, seenggaknya kasih sikap yang baik. Bukan sikap gila hormat lo aja. Dasar nenek sihir" cibir Cika.

"Apa lo bilang? Lo bi--"

"Udah stop! Kayak anak kecil aja. Malu gue diliatin banyak orang. Kalau mau bikin keributan, jangan libatin gue! Gue males masuk masalah lagi! Masalah gue aja belum selesai, lo lagi mau masukin gue ke masalah lain. Gila lo pada!" Bentak Stevan melerai mereka berdua.

"Gue mau ngomong sama lo" ujar Cika diikuti dengan anggukan kepala Stevan.

"Stev.. tapi kan--"

"Cika pasti ngomong hal penting. Karna nggak biasanya dia mau nyamperin kelas gue" potong Stevan yang kini meninggalkan Keyra.

"Ih... dasar adik kelas nggak tahu diri! Liat aja nanti. Gue bikin lo narik ucapan lo tadi" gerutu Keyra.

"Lo mau ngomong apa?" Tanya Stevan.

"Maksud lo apaan sih? Lo udah bikin Alya nangis, terus lo sekarang malah kesana-kesini bareng Keyra mulu. Kan gue udah bilang, lo jangan sakitin Alya Van! Kalau emang awalnya lo cuma main-main kayak Gilang, mending bilang ke gue. Biar gue nggak bantu lo buat ngambil hatinya Alya!" Jelas Cika dengan nada tinggi.

"Gue nggak bermaksud apa-apa kok. Lo tahu sendirikan gue sama Keyra itu terikat apa? Gue juga ngelakuin ini bukan tanpa tujuan. Ada kok tujuan gue. Lagian dia kan udah ada Alan"

"What? Jadi lo udah nyerahin Alya ke Alan? Lo nggak mikir perasaan dia ya? Emang tujuan lo apaan?"

"Ya... lo tau kan, setiap kali Alya deket gue, banyak yang ngancem dia. Salah satunya Keyra. Gue nggak mau kejadian kemarin terulang lagi"

"Van! Lo sadar nggak sih? Dia itu rela nanggung resiko cuma buat lo! Kalau dia memang nggak serius sama perasaanya, dia bakalan mundur Van! Karna gue tau, Alya itu orangnya nggak mau cari masalah. Dia itu orangnya mending ngalah, dari pada harus dapat masalah. Kalau lo emang sayang sama dia, perjuangin. Gue tahu, perasan lo juga masih kebagi-bagi kan? Separuh perasaan lo itu masih sama Keyra! Gue tahu kok Van! Kalau akhirnya kayak gini, mending dari awal lo nggak usah deketin Alya!" Bentak Cika.

"Maksud gue bukan git--"

"Udah ya Van!! Lo jangan deketin Alya lagi Van, lo jangan minta tolong ke gue atau siapapun buat bikin lo deket lagi sama Alya! Lo mending urus si ketos Cabe labil lo itu! Kalau tahu gini, mending dari awal gue bantu Alan ketimbang lo! Lo itu sama kayak Gilang! Dari SMP sampe sekarang cuma jadi players" ujar Cika meninggalkan Stevan.

"Kenapa malah jadi kayak gini sih? Aggrr...." gerutu Stevan sembari mengacak-acak rambutnya.

*****

"Welcome to home" ujar Alay menghambur pelukan kepada Arina yang tersenyum lebar.

"I miss you my sister..." lanjut Alya penuh manja.

"Hm... miss you, miss you, paling-paling sampe rumah berantem lagi" ujar Bayu.

"Ihh kak Bayu apaan sih? Ah... nggak asik" rengek Alya.

"Udah!! Yuk ah, kita ke rumah. Gue capek" ujar Arina.


A/N : scenenya kepotong-potong ya? Jadi nggak jelas gitu? Si keyra ngebet bat sama Stevan-,- bikin greget. Si Stevan juga nggak peka-peka sih.

Si Stevan diam-diam rindu sama Alya, Alya juga diam-diam rindu. Tapi karna kehadiran Keyra, jadi mereka harus saling menutupi rindu deh-,-
Iya, author sengaja menghadirkan Keyra. Karna judulnya kan Rainfall. Dimana kita siap jatuh berkali-kali dan sakit berkali-kali pada cinta.

Terus ikuti perjalanan Rainfall ya... jangan lupa kasih Vote yaa :)
Biar si author tambah semangat :)
☆Terimakasih☆

Rainfall✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang