18. Seperti dulu

966 58 6
                                    

Mentari telah bersinar menerangi bumi. Alya berjalan keluar rumah dengan hoodie abu-abu juga celana olahraganya.

"Bi, Alya mau ke taman, jogging" pamit Alya pada Bi inah yang tengah menyirami tanaman.

"Non mau mang ujang temenin nggak?" Pekik mang ujang yang tengah mencuci mobil.

"Nggak usah mang! Tenang aja Alya jogging-nya bareng Cika" jawab Alya yang juga setengah memekik, karna jarak mereka yang agak jauh.

Alya pun keluar dari rumahnya, berjalan menuju rumah Cika yang tak jauh dari rumahnya.

Alya memencet bel di rumah Cika.

Masih belum ada yang keluar. Apa Alya datang terlalu pagi? Alya kembali memencet bel itu.

Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya muncul membukakan pintu untuk Alya.

"Eh, temennya Cika ya?" Tanya tante Diana yang merupakan ibu Cika.

"Iya tante, hm... C-Cikanya a-ada?" Tanya Alya sedikit kaku, karna sudah lama tak berkunjung ke rumah Cika.

"Aduh... Cikanya masih tidur, eh ayo masuk dulu! Biar tante bangunin dulu Cikanya" kata tante Diana mempersilahkan Alya masuk.

Alya duduk di ruang tamu, sedangkan tante Diana berjalan menuju kamar Cika untuk membangunkan Cika.

"Cika! Ada temen kamu di bawah. Kamu udah janjian, tapi kok malah lambat sih?" Usaha tante Diana membangunkan Cika.

"Hmmm... bentar mah, lima menit lagi deh" pekik Cika malas.

"Ih.. nggak boleh gitu Cika! Bangun, lagian udah pagi nih. Matahari udah muncul. Kasian kalau temen kamu harus nunggu lama" ujar tante Diana dengan lembut.

"Beneran mah, 5 menit lagi. Nggak papa lagian itu Alya mah.. udah sering nunggu lama, kalau Cika ajak jogging" ujar Cika.

"Cikaa cepetan bangun ih" bujuk tante Diana.

"Mah, beneran 5 meniiiiitt aja.. 5 menit yaaa" tawar Cika masih dengan suara yang malas.

"Yauda deh, 5 menit ya! Jangan lama" kata tante Diana pasrah.

Tante Diana kembali turun untuk menemani Alya.

"Hmm... aduh, Cikanya masih tidur, tapi nggak lama. Dia bilang 5 menit lagi! Nggak papakan? Soalnya itu anak kayak gitu kalau hari minggu" tanya tante Diana dengan senyum lebar, lalu duduk di dekat Alya.

"Nggak papa tante, udah biasa nunggu Cika bangun" jawab Alya yang membalas senyuman tante Diana.

"Tapi kok kayaknya tante baru liat wajah kamu ya?" Tanya tante Diana dengan heran.

"Hmm... tante lupa kali. Terakhir main ke sini, waktu kelas 3 SMP. Pas mau deket kelulusan" jelas Alya.

"Eh tunggu... kamu Alya adiknya Arina?"

"Iya tante, itu inget"

"Aduhh maaf soalnya udah lama nggak liat kamu main kesini lagi. Kamu sekarang sekolah dimana?"

"Satu sekolah sama Cika tante"

"Satu kelas?"

"Nggak, Cika kelas XI IPA 5, kalau Alya kelas XI IPA 3"

"Ohh berarti kamu satu kelas sama Stevan ya?"

"Eh? Hmm.. iya! Tante kenal sama Stevan?"

"Iya. Dia itu temen Cika sejak masih unyuk-unyuk. Tante sama alm. Ibunya Stevan juga berteman baik kok"

"Ibunya Stevan udah meninggal tante?" Tanya Alya terkejut.

"Iya. Ibunya Stevan sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Sekarang setahu tante, Stevan tinggal sama omnya gitu. Soalnya papanya juga lebih sibuk ngurusin kerjanya di London" jelas tante Diana.

"Oh iya, Arina gimana kabarnya? Masih sama Bayu?" Sambung tante Diana.

"Alhamdulillah kak Arina sehat. Iya, masih sama kak Bayu. Ini juga lagi ngurus proyek di singapura bareng kak Bayu, udah lima minggu lebih" jawab Alya.

"Terus kamu di rumah bareng siapa? Sendirian? Aduhh gimana sin Arina kok ninggalin adiknya sendirian. Entar kalau kenapa-kenapa gimana?" Tanya tante Diana heboh.

"Mama lebay ah! Nggak mungkin kak Arina ninggalin Alya sendiri" sambung Cika yang kini bergabung di ruang tamu.

"Terus sama siapa?" Tanya tante Diana heran.

"Kak Bayu minta Stevan buat nemenin Alya" jelas Cika.

"Ohh jadi Stevan yang nemenin kamu? Untung kalau ada yang nemenin, tapi jangan aneh-aneh loh ya" ujar tante Diana.

"Ahh mama ih, Alya kan anak baik-baik" jelas Cika yang kini mengajak Alya berdiri.

"Mah, Cika pergi jogging dulu ya! Entar kalau lambat pulang, berarti Cika di rumah Alya" pamit Cika.

"Iya hati-hati ya" ujar Tante Diana diikuti anggukan dari Cika dan Alya.

Mereka berjalan menuju taman yang berada tak jauh dari kompleks perumahan. Mereka melakukan pemanasan agar tak mengalami cedera saat melakukan jogging nanti.

"Lo jogging nggak ajak-ajak"
"Hai Alya!"
Ujar Stevan dan Alan yang tiba-tiba muncul secara bersamaan.

Alya dan Cika bertatapan sesaat, lalu menjawab kata-kata mereka.

"Hai Lan" ujar Alya kepada Alan.

"Ngapain ngajak lo? Lo kan hobi molor" ujar Cika kepada Stevan.

"Eh, kayak lo nggak hobi molor juga" jawab Stevan yang kini mengapit kepala Cika dengan tangannya, lalu mengacak-acak rambutnya. Cika berusaha melepaskan apitan Stevan, tapi apalah dayanya yang hanya bisa memekik.

Alya hanya menertawakan kelakuan mereka yang seperti anak kecil. Namun tawaanya membuat Cika, Stevan dan Alan menjadi terdiam. Melihat reaksi ketiganya, Alya pun ikut terdiam.

"Lo ketawa? Yakiiin lo ketawa?" Tanya Cika heboh dengan menggoyangkan tubuh Alya.

"Alya lo ketawa? Lo belajar ketawa dari buku mana?" Tanya Alan yang tak kalah heboh.

"Iiss, aneh ya kalau gue ketawa? Ah tau" Alya menepis tangan Cika, lalu pergi meninggalkan mereka berlari duluan.

"Alyaa tunggu" teriak Alan yang mengejar Alya.

"Lo nggak ngejar?" Tanya Cika kepada Stevan.

"Nggak" jawab stevan yang mulai melakukan pemanasan.

"Kenapa? Lo nyerahin Alya ke Alan?" Tanya Cika dengan senyuman liciknya.

"Gue harus jadi cowok gentle, jangan gampang cemburuan" jawab Stevan dengan sangat yakin.

"Tapi gue baru liat Alya ketawa lagi, rasanya gue rindu banget sama tawa dia" ujar Cika sembari melihat Alya dan Alan yang berdebat di tengah-tengah lapangan.

"Agghh... kampret! Gue nggak terima!!" Pekik Stevan yang kini berlari ke arah Alya dan Alan. Ia masuk diantara keduanya, lalu menghalangi Alan berbicara kepada Alya.

"Sama kayak waktu itu, waktu Stevan pertama jatuh cinta sama lo Al" gumam Cika yang mulai berlari mengejar mereka.

"Alya! Alan! Stevan! Tungguin gue" pekik Cika yang tertinggal jauh di belakang.

Melihat kedekatan itu, membuat Alya kembali tersenyum lagi. Hatinya menjadi hangat. Ia dapat merasakan kenangannya yang dulu hilang, kini datang kembali dihadapannya. Namun ada perasaan yang ia rasa salah di benaknya. Tak seharusnya ia mencintai Stevan, ia hanya tak ingin dipisahkan oleh cinta untuk kedua kalinya. Ia tak ingin terjebak ke dalam Cinta lagi. Tapi, ia sudah terlanjur memilih cinta itu. Entah hukuman apa yang akan ia terima selanjutnya, tapi satu hal yang ia tahu. Sudah terlambat baginya untuk mundur. Ia harus terus berjalan apa jalan yang ia pilih.

A/N: Masih seru nggaksih?
Jangan lupa Voment 😉
Kritik dan saran dibutuhkan
Terus ikuti cerita Rainfall sampai selesai ya😉 thanks

☆☆☆

Rainfall✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang