Alya memutar kenop pintu kamarnya. Satu kata yang kini ada di pikirannya, yaitu gelap. Ia yang sangat takut akan kegelapan pun menyalakan lampu kamarnya, agar dapat mengusir kegelapan itu sendiri.Alya berteriak terkejut saat melihat Stevan yang entah sejak kapan telah berada di dalam kamarnya itu. Membuat jantung Alya serasa ingin melompat keluar dari tempatnya.
"Resek amat sih lo!" Ketus Alya sembari meminimalisirkan detak jantungnya.
"Lo dari mana?" Tanya Stevan masih dengan posisi berbaring.
Alya duduk di pinggiran ranjang membelakangi Stevan.
"Lo nyalain Ac?" Tanya Alya menatap pendingin ruangan yang berada tepat di atas kepalanya.
"Gue nanya! bukannya dijawab, malah ngalihin pembicaraan" kata Stevan.
"Gue tadi dari cafe sama Cika" jawab Alya.
"Lo kenal Cika?"
Alya mengeluarkan sebuah foto dari laci nakasnya, lalu memperlihatkannya pada Stevan.
"Itu Stella Shiel kan?" Tanya Stevan sembari menunjuk salah seorang perempuan yang ada di foto itu, membuat Alya menatap sininya.
"Lo kok tau sih?" Tanya Alya.
"Jangan-jangan, lo yang waktu SMP sering ke rumah Cika ya?" Sambung Alya dengan sedikit memekik.
"Ohh lo temen SMPnya Cika? Yang dulu pernah gue..." Stevan tak melanjutkan ucapannya.
"Apaan?" Tanya Alya.
"Nggak jadi" jawab Stevan sembari memalingkan wajahnya.
"Lo kok udah nggak pernah main ke rumah Cika lagi?" Tanya Stevan.
Alya ikut merebahkan diri di samping Stevan.
"Lo tau Devan sama Roy?" Tanya Alya.
"Hmmm, temen sekelas gue waktu SMP tuh!" Jawab Stevan.
"Kok tiba-tiba gue ngerasa dunia jadi sempit ya?" Sambungnya.
"Lo pasti tahu kan kalau dulu Cika Pacaran Sama Devan, dan Sisi pacaran sama Roy?" Tanya Alya.
"Sisi? Stella Shiel? Gue tau kok" jawab Stevan.
"Waktu itu, cuma gue yang nggak punya pasangan. Sisi sama Cika udah nyuruh gue pacaran, tapi gue emang nggak mau aja. Gue nggak ngerasa minder kok kalau ngumpul, terus mereka bawa pacar masing-masing. Awalnya sih normal-normal aja. Tapi lama-lam--"
"Lo minder?" Tanya Stevan memotong ucapan Alya.
"Bukan!"
"Terus apa?"
"Lo sih, motong-motong"
"Kayak lo nggak pernah gitu"
"Udah ah, gue jadi nggak mood!"
"Cie ngambek, jangan ngambek dong!"
"Males"
"Ya elah, lo mah gitu Al"
Alya membalikkan tubuhnya, membuat wajah mereka berhadapan satu sama lain. Mata mereka saling bertatapan begitu dalam, membuat jantung Alya berdegup kencang. Hembusan nafas Stevan juga begitu terasa menerpa wajah Alya, karna hampir tak ada jarak antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainfall✔[Completed]
Novela Juvenil"Hujan yang selalu membawa sejuta kenangan manis dalam setiap tetesnya" --Alya Kaori-- *Cerita ini bukan cerita tentang hujan yang selalu membasahi bumi, namun tentang kenangan yang membasahi ingatan Alya. Tentang kenangan mani...