17. Berkeliling kota bersama

1K 55 4
                                    

Alya berjalan sembari melihat sekeliling. Melihat gerombolan orang yang tengah melihat atraksi, ada beberapa yang tengah memegang harum manis, ada yang berjalan bergandengan tangan dengan mesra, bahkan ada juga yang kini tengah mengabadikan moment itu dengan memotret diri mereka. Tempat ini, tempat yang tak pernah Alya kunjungi, bahkan tempat yang Alya tidak ketahui. Namun tempat ini mampu membuat Alya tersenyum. Di tambah lagi dengan mendung yang masih senantiasa menutupi langit sore itu.

 Di tambah lagi dengan mendung yang masih senantiasa menutupi langit sore itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diam-diam Stevan memperhatikan gadis yang kini berada di sampingnya itu. Gadis yang mengenakan jaket kuning, dengan balutan syal hitam di lehernya. Terlihat begitu anggung, membuat jantung Stevan senantiasa berdebar dengan cepat, membuat Stevan semakin jatuh ke dalam cintanya. Ia sangat senang melihat senyuman yang kini terukir di bibir Alya, hal itu mampu membuat hati Stevan semakin ingin memilikinya. Stevan mengeluarkan tangan yang sedari tadi ia masukkan di saku hoodie hitam yang dikenakannya. Lalu tangan itu meraih tangan lembut milik Alya.

Semula senyuman lebar tergambar jelas di bibir mereka, namun saat Stevan meraih tangan Alya, senyuman itu luntur seketika. Stevan dapat merasakan betapa dinginnya tangan Alya, sangat dingin seperti es, membuatnya khawatir. Ia menatap Alya lekat-lekat, lalu mendekatkan dirinya dengan Alya. Sangat dekat. Ia menyentuh wajah Alya dengan lembut, menatap dalam ke dalam mata Alya.

"Alya, Are you okey?" Tanyanya lirih.

"It's okey, don't worry! Ini selalu saja terjadi setiap mendung datang" jawab Alya dengan senyuman manisnya. Tanpa ia sadari, kini ia menjadi terbiasa untuk tersenyum, kini ia bukan lagi Alya yang dingin. Kini ia adalah Alya yang manis.

"But, it's so cold"

"Gue nggak papa Van. Jangan berlebihan gitu" ketus Alya.

Stevan mengangguk, lalu memasukkan tangan mereka ke dalam saku hoodie yang Stevan kenakan.

"Hangat?" Tanya Stevan.

"Hm... se-sedikit" jawab Alya dengan pipi yang merona.

Mereka melanjutkan langkah mereka mengelilingi tempat itu. Bak sepasang kekasih, merasa sangat dekat, namun tak mengeluarkan kata-kata. Seperti ingin menghentikan waktu, dimana mereka dapat menikmati kemesraan tanpa ada yang menggangu mereka saat itu.

"Gue laper! Kita cari cafe yuk! Lagian, dari pulang sekolah, lo kan belum makan" ujar Stevan pada Alya. Alya mengangguk mengiyakan ajakan Stevan.

Mereka berhasil mendapatkan cafe yang sangat ramai. Walaupun tak begitu luas, tapi cafe itu sangat bagus. Terlihat begitu Clasik, dengan pajangan-pajangan foto monokrom di dinding, beberapa alat musik clasik, dan benda-benda clasik lainnya. Bahkan, alunan musik yang mereka berikan adalah musik yang berasal dari gramophone.

Mereka mengambil tempat duduk di dekat kaca agar dapat melihat orang yang berlalu lalang di depan cafe itu. Tak lama, seorang waiter datang memberikan sebuah daftar menu kepada Stevan dan Alya.

Rainfall✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang