"Hujan yang selalu membawa sejuta kenangan manis dalam setiap tetesnya"
--Alya Kaori--
*Cerita ini bukan cerita tentang hujan yang selalu membasahi bumi, namun tentang kenangan yang membasahi ingatan Alya. Tentang kenangan mani...
Matahari mulai menampakkan diri semakin tinggi dan hampir menduduki tempat tertingginya. Stevan, Alan, Alya dan Cika memutuskan untuk beristirahat dan mengakhiri olahraga mereka hari ini.
"Ke rumah lo yuk! Di taman belakang. Disana enak seger, yukk" ajak Cika kepada Alya.
"Hmmm.... ayook" jawab Alya semangat.
Merekapun pergi menuju rumah Alya.
"Al, haus! Kasih minuman kek" rengek Cika yang sedang mengkibas-kibaskan tangannya karna panas.
"Cika banyak banget ceng-congnya" ketus Stevan.
"Namanya juga haus. Kalau gue nggak minum, terus dehidrasi, terus mati gimana?" Jawab Cika dengan nada yang mulai meninggi.
"Eh, kok malah nyolot?" Stevan tak kalah dengan Cika.
"Apaan sih? Kayak anak kecil aja. Tunggu, gue ambilin ya" ujar Alya yang kini melangkah menuju dapur.
"Gue mau bantuin Alya" sambung Stevan yang berlari mengejar Alya.
Alya mengambil beberapa gelas dengan ukuran sedang dan beberapa jenis camilan yang kini diletakkannya di atas nampan. Lalu ia berjalan menuju kulkas untuk mengambil air dingin. Ketika Alya hendak membalikkan tubuhnya, ia merasa kehadiran seseorang. Dari bau parfum yang tercium, ia sudah tahu siapa yang kini berada dibelakangnya. Ia pun membalikkan tubuhnya.
Deg!!!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jantung Alya berdetak dengan cepat. Mata mereka saling bertemu, saling bertatapan begitu dalam, begitu penuh makna, parfum yang Stevan kenakan masih saja tercium dengan jelas walaupun dirinya telah basah oleh keringat. Perlahan tubuh Stevan mendekat semakin memojokkan tubuh Alya. Ia menyentuh wajah Alya lembut, mendekatkan wajahnya dengan sangat perlahan. Tentu saja hal ini membuat Alya begitu salah tingkah, tak tahu harus berbuat apa. Pipinya mulai merona, hembusan nafas Stevan semakin terasa dengan jelas menerpa di wajah Alya. Dan begitu saat hidung mereka hendak bersentuhan, Alya menutup matanya dan langsung menempelkan botol minuman yang dingin ke pipi Stevan.
"Ahh... dingin bego" ujar Stevan yang melompat jauh kebelakang.
"L-lagian, s-siapa suruh lo mesum kayak gitu!!" Ujar Alya masih dengan pipi yang merona namun dengan bibir yang mengerucut.
Stevan hanya berderai tawa.
Alya segera mungkin meninggalkan Stevan. Mengingat Cika yang sudah merengek kehausan.
"Al!!" Pekik Stevan, namun tak dihiraukan dengannya.
"Alya!" Masih saja tak dihiraukan dengannya.
"Cika, Alan nih minumnya" ujar Alya sembari meletakkan nampan di atas meja taman.
"Laahh terus apa kerjaannya Stevan? Dia tadi pamit mau bantu lo bawa minuman, tapi kok lo semua yang bawa?" Tanya Cika heran sembari menuangkan air ke gelasnya.