6. Salah Tingkah

1.3K 61 4
                                    

Alya membuka mata, menyadarkan diri, mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memperjelas pandangan. Kamarnya sangat gelap, ia meraba tempat tidur mencari ponselnya, dan dilihatnya benda pipih itu menunjukan pukul 23.00. Ia berfikir, ia pasti tertidur selepas makan malam. Kepalanya terasa agak berat, dengan hati-hati ia berjalan meraba dinding mencari saklar lampu kamarnya. Setelah cahaya kembali menerangi kamar, ia kembali melirik kearah jam dinding memastikan jika ponselnya tak salah jam.

"Kecapekan ngapain ya? Masa kecapekan ngobrol sama Gilang, sampe-sampe ketiduran?" Gumam Alya. Ia ingin tidur kembali, tapi tenggorokannya mulai terasa kering, alhasil, ia pun pergi menuju dapur untuk mengambil air minum.

Saat Alya berjalan menuruni tangga, tak sengaja ia melihat kamar Arina. Tiba-tiba saja ia menjadi rindu dengan sosok Arina yang cerewet. Ia jadi merasa kesepian karna beberapa hari ini tak mendapat omelan darinya. Walaupun sikap Alya terlihat dingin, tapi ia tetap tak bisa bila harus berjauhan dengan Arina apalagi dalam jangka waktu yang lama. Terfikir dibenaknya, ia ingin menghubungi Arina, namun ia mengurungkan niatnya, mengingat saat itu sudah larut malam. Ia meneruskan langkah menuju dapur.

'Gue bawa cemilan lah, sekalian nonton tv aja! Daripada gue di kamar nggak tau ngapain. Ngehayal iya, kesambet iya, yang nolongin nggak ada! Bosen banget hidup gue sumpah! Nggak ada yang spesial. Serasa kelam banget hidup gue, kelihatan monokrom. Kak Arina juga, pake acara ke singapura ninggalin gue lagi! Mending gue dibawa kek, biar sekalian liburan. Agghhh bosen banget deh' batin Alya menjerit bosan, sembari melangkah menuju ruang tengah.

"Astagfirullah" Alya terkejut, matanya membulat sempurna, tubuhnya mematung, bahkan hampir menjatuhkan toples camilan yang dibawanya, ketika melihat sosok lelaki tengah terbaring di sofa.

"Semoogaa aja bukan siluman" Alya mendekat sedikit demi sedikit, ia ingin memastikan bahwa lelaki itu manusia dan bukan siluman, walaupun rasa takut menyelimuti dirinya.

"Lo kali yang siluman!! Jalan-jalan tengah malam lagi!" seru lelaki itu. Membuat Alya bisa bernafas lega karna ternyata lelaki yang terbaring itu adalah Stevan.

"Bacot" ketus Alya.

"Lo kok belum tidur Al?" Tanya Stevan.

"Bukan urusan lo!" Jawab Alya sembari meletakkan toples cemilanya di meja. Sedangkan Stevan hanya ber-oh-ria mendengar jawaban Alya yang datar. Melihat Stevan berbaring di sofa, membuat Alya bertanya-tanya

'kenapa dia malah tidur di sofa ya? Apa jangan-jangan kak Arina belum ngasih tau kamarnya? Kasian banget ini anak kalau harus tidur di luar. Entar kalau dia kedinginan, terus masuk angin, terus mati gimana? Entar gue yang disalahin sama kak Arina' pikir Alya panjang lebar membuatnya bertanya pada Stevan yang masih berbaring dan menutup matanya.

"Lo ngapain tidur disini Van?" Tanya Alya kepada Stevan.

"Laah, emang gue tidur dimana lagi? Di teras? Atau di taman?" jawab Stevan dengan agak emosi, karna tidurnya terganggu.

"Emang kak Arina belum ngasih tau dimana kamar lo?" Tanya Alya heran, sembari berjalan menghampiri Stevan yang masih terbaring.

"Boro-boro kasih kamar, kasih selimut aja enggak!" jawab Stevan yang bangkit dari posisi berbaringnya dan langsung berdiri mendekatkan wajahnya ke wajah Alya.

Mengetahui reaksi Stevan yang seperti itu, membuat Alya menjauhkan diri darinya, tapi sialnya kaki Alya terkait dengan kaki meja yang membuat Alya terjatuh.

Alya memejamkan matanya.

'Eh… kok nggak sakit?' gumam Alya.

Sesaat kemudian, Alya merasakan hangatnya hembusan nafas seseorang yang menerpa wajahnya, membuat Alya membuka mata perlahan hingga ia mendapati seorang lelaki yang tadi berdiri di hadapannya itu kini menangkapnya, yaitu Stevan. Tubuh Alya kini berada di kendali lengannya. Wajah Alya mendadak memerah, karna saat ini hampir tak ada jarak yang tercipta antara Alya dan Stevan. Rambut Alya jatuh dengan indah, dan mulut Alya agak mengangga karena terlalu kaget. Kedua pasang mata itu membulat sempurna dan saling bertatapan. Terlihat wajah lelaki yang kini memandanginya itu. Matanya yang begitu soft dan indah, bulu matanya yang agak lentik, alis matanya yang tidak tebal juga tidak terlalu tipis dan hidungnya yang tinggi serta mancung membuat hidung mereka saling bersentuhan. Cukup lama mereka saling bertatapan sampai tatapan mereka buyar saat suara Stevan terdengar oleh Alya.

 Cukup lama mereka saling bertatapan sampai tatapan mereka buyar saat suara Stevan terdengar oleh Alya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau sampek kapan lo begini? Lo kira badan lo ringan apa?" gerutu Stevan. Mendengar ucapan Stevan, Alya pun lekas bangkit dan merapikan rambutnya.

"S-s-sorry, hmm... eh gue anter ke kamar lo!" ucap Alya terbata-bata dengan posisi membalikkan badan dari Stevan karna mengingat kejadian tadi. Melihat reaksi Alya yang salah tinggkah, membuat Stevan tersenyum tipis dan mengikuti langkah alya menuju kamar Stevan.

Langkah mereka berhenti di depan sebuah pintu yang berada di samping kamar Alya.

"Lo yakin ini kamar buat gue?" Tanya Stevan dengan agak heran. Karna posisi kamar mereka berdua bersebelahan.

Pertanyaan yang Stevan berikan itu membuat Alya menatapnya sinis.

"Kamar di rumah ini Cuma 5! 1 buat gue, 1 buat kak Arina, 1 buat Bi Inah, 1 buat mang ujang, dan yang tersisa cuma kamar ini. Lo gak mungkinkan tidur di kamarnya mang ujang atau bi inah? Kalau lo gak suka ya tidur di sofa aja!” seru Alya dengan geram.

"Iya iya, galak amat! Jangan keseringan marah, entah muka lo keriput! Terus....lo nggak cantik lagi deh" goda Stevan sembari mencolek pipi merah Alya, membuat Alya menjadi tambah salah tingkah.

"Ahh, bawel!! Udah sana masuk!" Alya mendorong tubuh Stevan masuk ke kamar itu, dan menutup Stevan di dalam. Entah kenapa, jantung Alya berdebar cukup kencang menanggapi tingkah laku Stevan padanya.

Perasaan Alya kini bercampur aduk, membuatnya tak fokus. Bahkan tadi, ia hampir saja terpeleset saat menuruni anak tangga.

'Aduhhh gue kok nggak fokus gini sih?? Ahhhgg pliss jangan sampe gue suka sama anak autis kayak Stevan! Aduhh beneran deh, gue nggak mau cari masalah sama Keyra' gumam Alya yang terlihat sangat syok dengan tingkah Stevan.

Alya mulai menarik nafas dalam-dalam, lalu melepasnya, dilakukannya hal itu beberapa kali sampai perasaanya kembali tenang.

Alya bukan tipe perempuan yang gampang terseret dalam masalah CINTA. Bahkan selama ini, banyak cowok bertampang oke melebihi Stevan yang mendekat, namun tak mampu meluluhkan hatinya. Tapi, kenapa saat dekat dengan Stevan, perasaanya berubah nyaman? Apa benar dia jatuh cinta dengan Stevan? Semoga saja semua tidak terjadi. Alya tak ingin mencari masalah, terlebih lagi dengan Keyra. Bisa-bisa dirinya akan diomeli habis-habisan dengan Arina.

Ia merebahkan diri di sofa, sembari menonton film, untuk melupakan kejadian yang baru saja menimpanya. Bukannya melupakan kejadian itu, ia justru tambah mengingatnya. Alhasil, ia pun mencari kesibukan lain. Ia membuka applikasi wattpad diponselnya. Ia terlarut dalam cerita yang kini dibaca. Lama kelamaan dia terseret kedalam kegelapan, yang memaksanya untuk memejamkan mata dan terlelap.

A/n : si Alya imut-imut😂 pake acara jatuh segala. Yang baca jangan baper ya!! Apalagi yang jomblo😂✌
Jangan lupa tinggalin jejak (Voment)😉

Rainfall✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang