22. Lebih lama

853 50 1
                                    

Mobil itu berhenti di depan rumah Alya, diikuti dengan seorang gadis yang keluar dari dalam mobil itu.

"Lo nggak mau mampir dulu?" Tanya Alya dengan senyum manisnya.

"Udah malem, besok juga sekolah" ujar Alan.

"Yaudah... oh iya, makasih ya udah mau nemenin cari buku" ujar Alya.

"Biasa aja, kan dari dulu juga kita carinya bareng" jawab Alan.

"Yaudah, gue pulang dulu ya! Salam aja sama Stevan" pamit Alan yang sesaat kemudian meninggalkan Alya.

Alya menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Ia melangkahkan kaki menuju rumahnya. Baru saja ia ingin membuka pintu, seorang perempuan yg wajahnya tak asing lagi bagi Alya, keluar bersama dengan Stevan. Perempuan itu terlihat tersenyum pada Alya. Alya hanya menatapnya heran.

"Gue balik dulu ya Van" pamit perempuan yang tak lain adalah Keyra, pada Stevan.

Deg!!

Jantung Alya seperti ingin terhenti ketika Alya melihat Stevan memeluk dan mencium kening perempuan itu.

"Iya hati-hati Key, entar kalau ada apa-apa telfon ya!" kata Stevan dengan nada yang sangat lembut dan hangat ditambah lagi dengan senyuman manis yang tak pernah ia berikan kepada Alya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya hati-hati Key, entar kalau ada apa-apa telfon ya!" kata Stevan dengan nada yang sangat lembut dan hangat ditambah lagi dengan senyuman manis yang tak pernah ia berikan kepada Alya.

Sesaat kemudian Alya masuk ke dalam rumah meninggalkan Stevan. Ia mendaratkan diri di sofa ruang tengah sembari mendongakkan kepala menatap langit-langit ruang itu.

"Dari mana Al? Kok tumben banget keluar malam?" Tanya bi Inah.

"Dari cari buku bi, tadi Alan yang ngajak" jawab Alya lesuh.

"Mau bibi bikinin minum apa Al?" Tanya bi inah.

"Yang biasa aja bi... coklat panas" jawab Alya

"Yaudah bibi bikinin dulu" ujar bi Inah yang meninggalkan dirinya.

"Capek?" Tanya Stevan yang tiba-tiba muncul di hadapan Alya, menghalangi Alya menatap langit-langit.

Alya diam tak bersuara, namun masih menatap wajah Stevan dengan dingin. Tangannya mengambil sebuah bungkusan yang berada di sampingnya. Lalu memberikannya kepada Stevan.

"Pancake gue?" Tanya Stevan yang langsung menyambar pemberian Alya. Lalu membawanya menuju dapur.

"Al, ini minumannya" ujar bi inah sembari meletakkan segelas coklat panas.

"Makasih bi" ujar Alya datar.

"Bi... cewek yang tadi sama Stevan udah lama di sini?" tanya Alya.

"Udah lumayan lama Al, kenapa?"

"Enggak bi"

"Awalnya bibi kira itu pacarnya Stevan, tapi ternyata bukan" jelas bi inah tanpa Alya minta.

"Kenapa bibi bisa tau kalau cewek itu bukan pacarnya Stevan?" Tanya Alya.

"Soalnya dari pertama datang, Stevan sama cewek itu adu mulut terus" jelas bi inah diikuti dengan kedatangan Stevan.

"Bi, Alya ke kamar dulu ya" pamit Alya sembari membawa coklat panasnya.

"Alya" tegur Stevan menahan langkah Alya.

"Apa?" Ketus Alya.

"Temenin gue makan dulu" pita Stevan membuat Alya kembali mendaratkan diri di sofa itu.

Stevan duduk di samping Alya sembari menikmati pancake miliknya.

"Lo nggak mau?" Tanya Stevan.

Alya menggelengkan kepala lalu membuka ponsel miliknya dan melihat sebuah pesan di line.

Arina Glory : Al, gimana kabar lo? Stevan gimana? Baik2 kan?, sorry gue baru kasih kabar lagi. gue sibuk ngurus kerjaan Al. Gue pengen cepetan pulang, tapi kayaknya nggak bisa deh, soalnya gue harus tinggal disini sekitar 4 minggu gitu Al. Pihak perusahan yang minta. Sebelumnya gue minta maaf karna gak bisa bilang lewat telfon, ini juga gue masih meeting sama bos gue, sekalian bilangin ke Stevan ya Al... I miss you sister❤.

"Gilaa" pekik Alya membuat Stevan hampir tersedak.

"Kenapa sih?" Tanya Stevan heran.

Alya menatap Stevan lekat-lekat, lalu memberikan ponselnya ke Stevan. Saat Stevan hendak melihat pesan itu, notifikasi kedua berbunyi dan itu adalah pesan dari Alan.

"Arina kirim pesan lagi Van?" Tanya Alya.

"Enggak, cuma oa aja!" Jawab Stevan meyakinkan Alya. Dan di bacanya Line dari Alan.

Alan Alex : lo suka kalungnya? Semoga lo suka. Jangan lupa jaga kalung itu baik-baik.

Stevan segera menghapus pesan dari Alan, lalu beralih membaca pesan yang kak Arina berikan kepada Alya.

"Nih, hmm... gakpapa kak Arina di sana sekitar 4 minggu lagi, biar gue bisa deketin lo" kata Stevan dengan senyuman manis. Alya hanya mematung mendengar respon Stevan. Kini tatapan Stevan beralih pada leher Alya yang memang mengenakan sebuah kalung dengan liontin lumba-lumba.

"Ih lo liatin apaan?? Awas lo macem-macem ke gue, gue bilangin ke kak Arina lo!" Alya yang menyadari tatapan Stevan pun manjauh dari Stevan.

"Nggak, lo dapet kalung dari siapa?" Kini Stevan menatap Alya dengan serius, bahkan membuat Alya sedikit takut membalas tatapan Stevan itu.

"A-apaan sih" Alya menutup pandangan Stevan dengan tangannya namun dengan cepat Stevan langsung mencengkram tangan Alya. Dan sekali lagi ia bertanya pada Alya.

"Jawab jujur, jangan ngeles!" Seru Stevan dengan nada serius.

"D-dari A-Alan" Alya menjawab sambil menutup matanya karna takut melihat tatapan Stevan. Kini Stevan melepaskan cengkramannya.

"Lo suka sama Alan?" Tanya Stevan serius.

"Ha? Gila lo. Dia itu temen gue dari SMP kali" jawab Alya dengan nada agak tinggi karna memang tak memiliki rasa suka kepada Alan selain sebatas teman.

"Kok lo mau pakek kalung yang dia kasih?"

"Dia kan temen gue, emang salah ya? Dan kalau aja tadi dia nawarin gue, pasti nggak gue terima. Nah ini, dia langsung pasang di leher gue. lo mau gue lepas? Yaudah lepasin!" Tanya Alya dengan santai.

"Lo kok jujur banget ke gue Al?" Tanya Stevan mengelus kepala Alya.

"Selama gue bisa jujur, ya jujur van" jawab Alya.

"Lo persis anak kecil deh Al. ini kalung, lo pake jangan lo lepas. jaga baik-baik. Inget itu pemberiannya orang oke" Stevan tersenyum melihat Alya mengangguk kecil.

"Udah kan? Gue mau tidur. Besok sekolah" Alya bangkit melangkah menuju kamarnya.

Sebenarnya cemburu yang ada di hati Stevan. Tapi sudahlah, sekali lagi ia mengingat bahwa dia bukan siapa-siapa untuk Alya.

*****

Di sisi lain, Alan merebahkan diri menatap langit-langit kamar sembari mendengar musik dari ponselnya. Senyuman Alya masih jelas tergambar di ingatannya. Membuatnya ikut tersenyum. Ia tak menyangka bahwa Alya dapat berubah menjadi sangat manis saat tersenyum.

Gue sengaja beli kalung dengan liontin lumba-lumba buat lo. Karna setau gue lumba-lumba itu setia dengan pasangannya. Itu mengartikan seberapa setia gua nunggu lo dari SMP. Masih dengan perasaan yang sama, juga masih dengan ketakutan yang sama. Nggak papa gue cuma jadi temen lo. Seenggaknya gue bisa selalu berada di dekat lo. Gue akan nunggu lo sampai lo sadar sama perasaan gue. Gue takut lo malah ngejauhin gue kalau gue ungkapin perasaan ini. Semoga lumba-lumba itu menuntun lo pada rasa yang setia juga.

Rainfall✔[Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang