Bagian 42

4.1K 156 13
                                    

"maksud Mama apa buat Deri kaya anak kecil gini Ma..?" gw berdiri didepan Nyokap dan menanyakan apa maksud dari semua ini.

.....

2 hari yang lalu, gw keluar dari kantor dan memacu Motor pulang kekontrakan, gw sudah mengantongi izin cuti dan tiket untuk 2 orang ke Jogja. Gw memacu Motor dengan kecepatan tinggi karena tidak sabar untuk memberitahukan hal ini pada Resti.

Dia pasti senang dapat kabar ini.

Gw berhenti di traffic light, sembari menunggu lampu nya berubah hijau, gw tidak bisa berhenti tersenyum membayangkan Resti yang pasti sangat bahagia sekali nanti nya ketika kami liburan di Jogja.

Ada rasa bahagia di hati gw ketika membayangkan Resti yang tersenyum, karena senyum dan tawa nya adalah segala nya buat gw.

Handphone di saku celana gw bergetar, gw mengeluarkan Handphone dan melihat nama 'Cindy' di layar Handphone.

Gw menyelipkan Handphone di selah-selah helm dan melihat kearah Traffic light yang belum juga Hijau.

-halo.. kenapa Cin-

-Ri, gw gak tau ini kabar bahagia atau kabar buruk, tapi menurut gw ini kabar buruk banget buat lo-

-maksud nya..?- tanya gw keheranan mendengar omongan Cindy yang sedikit aneh.

-lo ingat tante Fitri yang pas lebaran tahun kemarin gw ceritain itu?-

Lebaran tahun 2014 gw tidak pulang kerumah karena belum setahun kerja di Jakarta, jadi gw putuskan untuk tidak pulang. Tapi gw terus telponan dengan Cindy dihari lebaran dan menceritakan banyak hal, termasuk tentang tante Fitri temen kecil nya Nyokap gw dan Nyokap Cindy semasa mereka masih di panti asuhan dulu. Saat kelas 5 SD tante Fitri di adopsi oleh sebuah keluarga sehingga membuat mereka harus berpisah. Dan akhirnya mereka bertiga bisa bertemu lagi entah bagaimana caranya. Saat lebaran tahun 2014 mereka betiga bertemu setelah puluhan tahun lama nya pisah, semuanya juga sudah berkeluarga.

-iya gw ingat.. kenapa tante Fitri..?-

-...................-

-gak lucu Cin, gw lagi gak mau becanda-

Badan gw terasa lemas ketika mendengar kabar dari Cindy, tangan gw bergetar, walaupun begitu gw tetap memacu Motor agar cepat sampai di kontrakan.

Gw parkir Motor dan langsung berlari kearah rumah. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, gw melihat senyuman Resti menyambut gw pulang.

Gw yang berniat mau memberikan kabar bahagia ke Resti mendadak lemas ketika mengingat tepon Cindy tadi.

Gw berjalan kedapur dan meminum segelas air lalu duduk diruang tengah.

"kamu kenapa Ri pulang-pulang ko lesu banget gitu..?" tanya Resti, dia mengambil ransel yang gw letakkan begitu saja di lantai dan menyimpan ransel gw kekamar.

Resti keluar dari kamar gw dan duduk disebelah gw.
"kamu kenapa..?" tanya Resti dengan lembut sambil menepuk sebelah paha gw dengan pelan.

"Res, aku udah dapat izin cuti, tiket ke Jogja juga udah aku beli.."

Resti langsung tersenyum senang dan memegang tangan gw.
"yang bener Ri..?"

"iya Res tapi.."

"kenapa Ri..?" tanya Resti. senyuman itu mendadak hilang entah kemana.

Gw menarik nafas panjang.
"kamu liburan sama Putri aja mau..? nanti tiket nya yang punya aku biar di ubah nama Putri aja.."

"loh kenapa..?" tanya Resti lagi "aku kan mau liburan nya sama kamu Ri.."

"ada masalah yang harus aku selesaiin sekarang Res, aku harus pulang kerumah.."

"masalah apa Ri..?"

"kamu tenang dulu ya.." ucap gw "sini.." gw menarik Resti untuk lebih dekat lagi dan merangkul nya.

Gw menceritakan semuanya, semua yang di yang dikatakan Cindy tadi.

Setelah selesai menceritakan ke Resti, gw dapat melihat mata nya yang mulai berkaca-kaca.
"kenapa harus kita yang ngalamin ini Ri.." ucap Resti "kenapa kita gak bisa kaya pasangan lain yang bisa selalu bahagia, kita ada buat salah apa sih sebenarnya sampe terlalu banyak masalah yang udah kita hadapin dari dulu.."

"kamu tenang Res, aku bakalan selesaiin semuanya.." gw mendekap Resti lebih erat lagi, dia langsung menyandarkan kepala nya di dada gw.

"kenapa jalan kita sulit banget gini.." ucap Resti yang sudah terisak dipelukan gw "dari awal kita kenal, 12 tahun kita terus berjuang sama-sama, tapi kenapa sekarang harus ada masalah lain lagi.."

"sabar ya Res, aku janji gak akan ninggalin kamu.." ucap gw "aku janji Res.."

"...." Resti hanya terisak dan makin erat memeluk pinggang gw.

"kamu pergi liburan dengan Putri ya, sepulang kamu dari liburan, masalah ini udah aku selesaiin.." ucap gw "semua nya aku selesaiin termasuk masalah sama Doni dan Papa kamu Res."

Resti menggeleng pelan.
"gak usah jadi liburan Ri, aku ikut kamu pulang.." Resti mengangkat kepala nya dan menatap mata gw. Mata nya masih sangat basah oleh air mata.

"kamu yakin..?"

"yakin Ri.." Resti mengangguk pelan "kita hadapin sama-sama ya.."

Gw refund tiket ke Jogja dan mengambil tiket lain dengan tujuan pulang. Dan menyelesaikan semuanya.

Gw tidak memberi kabar keluarga kalau gw akan pulang, jadi tidak ada jemputan yang menunggu kami dibandara.

Di dalam taxi dengan tujuan rumah gw, Resti hanya diam dan terus menatap keluar jendela. Dari 2 hari yang lalu setelah gw memberitahu kabar ini dia terlihat lemas sekali. Dia belum senyum sekalipun.

"sabar ya Res.." ucap gw sambil memegang sebelah tangan nya.

Resti menoleh dan melihat gw dengan tatapan sayu lalu dia tersenyum kecil.
"iya Ri.."

Setidak nya gw dapat melihat senyum nya, walau hanya sesaat. Itu sudah cukup.

Sesampai nya dirumah. Resti duduk di teras depan rumah gw, sedangkan gw langsung berjalan masuk kedalam dan melihat Nyokap lagi duduk di ruang tengah sambil nonton Tv.

"maksud Mama apa buat Deri kaya anak kecil gini Ma..?" gw berdiri didepan Nyokap dan menanyakan apa maksud dari semua ini.

"Deri, kapan nyampe nya, ko gak bilang-bilang mau pulang.." Nyokap langsung berdiri dan terlihat kaget dengan kehadiran gw dirumah.

"maksud Mama apa pake jodoh-jodoh in aku segala.." ucap gw "aku bukan anak kecil lagi Ma, aku berhak memilih siapa yang jadi istri aku.."

"....." Nyokap hanya diam dan terus menatap gw.

"itu Hak aku Ma.." ucap gw.

RETURNING SUNSETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang