Kali ini tangis Puteri tidak dapat dibendung kembali, banyak tissue bertebaran dimana-mana karena air mata ini seakan tidak berhenti. Aku sengaja tidur didalam kamar bekas Roy waktu dulu untuk mengingatkan memori tentangnya dimana aku dan dia pernah tidur satu ranjang, Roy yang menganggap diriku Natasha, dan juga ketika Puteri takut petir, Roy takut hujan. Kami saling melengkapi, kukira kita ini berjodoh, tapi entah kenapa tuhan membuat cerita yang sedemikian rumit.
Cinta pertamaku harus dikorbankan demi sahabatku yang terkena penyakit berat. Geulis dia wanita yang menurut aku, hebat dimana dia harus menanggung penyakit yang belom tentu orang bisa bertahan didalam kondisi seperti itu.
"Roy kenapa kamu tega banget kepadaku" Ucap Puteri disela-sela tangisan, kemudian Puteri menyeka ujung matanya. Wajahnya seakan sudah basah semuanya oleh air mata. Puteri mengambil sebuah foto dengan Roy saat berjalan-jalan diperkebunan teh.
"Roy aku takut!" Puteri menjerit ketakutan ketika Roy mengendarai motor dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Bagaimana tidak, kalo jalannya itu banyak batu dimana-mana terus juga berbelok-belok. Gimana Puteri gak takut coba?
Roy malah tertawa senang. Roy mahir mengendarai motornya sepertu pembalap MotoGP, valentina rossi.
"Disini enak banget buat jalan-jalan" Puteri masih ketakutan dengan berpegangan kepada Roy. " santai aja kali udahan kok ngebutnya".
Puteri membuka mata dan motor berjalan dengan perlahan. Kemudian Puteri melepaskan pegangan itu dari badan Roy.
"Tapi sayang kebunnya luas banget"
" iya kan namanya kebun teh, Pasti luaskan. Emangnya kebun pohon toge". Celetuk Puteri membuat kami tertawa sepanjang perjalanan.
Mimpi itu seakan hanyalah masa laluku dengan Roy saja. Dimana Puteri tidak bisa merasakan hal itu lagi sekarang. Puteri begitu memimpikan ketika Roy datang, kita berdua bakalan berkeliling kebun teh itu sampai malam. Tapi, takdir berkata lain kami harus menanggung kabar pahit ini. Kabar yang mengubah kehidupan.
Puteri melempar foto itu hingga kacanya pecah dan berserakan dimana-mana.
"Kamu jahat Roy!" Puteri menundukkan kepala dengan kedua telapak tanganku.
Mendengar suara pecahan kaca, Tante ghea datang ke kamarku dan memelukku.
"udah dong sedihnya, Sayang". Ucapnya memberikan ketenangan kepada Puteri. Walau Tante Ghea ini tanteku tapi sudah berasa seperti ibu sendiri. "Udah dong, Lupain aja si Roy itu mungkin dia itu bukan jodoh kamu, tenang aja masih banyak pria yang lebih baik darinya".
"tapikan tante, Puteri itu udah sayang sama dia, Puteri itu udah cinta sama dia, Kalo sayang gimana tante?" Balas Puteri dengan isakkan tangisnya meledak.
"Tante tau, Roy gak akan ngelakuin hal ini dia pasti bakalan kembali kedalam kehidupan Puteri, udah sana tidur gih". Tante Ghea menyelimuti tubuh Puteri hingga sedada. Puteri berusaha untuk tidur. Dirasakan mataku sudah lelah karena kesedihan ini.
Semoga saja akan ada pria yang lebih baik lagi dari Roy. Batin Puteri.
***
Roy menyesali keputusannya itu, dimana ia menyesal membuat Puteri menangis. Seorang Puteri menangis karena dirinya. Yang patut menangis itu Roy bukan Puteri. Dia gak pantes buat bersedih. Cukup roy aja jangan Puteri. Karena kehidupanku sudah banyak sekali kesedihan.
Kali ini kami berkumpul diruang keluarga, sekadar mengobrol tentang pernikahanku dengan Geulis yang akan digelar sebulan lagi.
Salma tidak ikut dikarenakan ada kerja kelompok jadinya dia tidak menyaksikan perjodohan ini. Dan juga dia tidak tau kalo Roy dijodohkan oleh orang tuanya dengan geulis.
"Mamah Memangnya kak Roy mau menikah?" Tanya salma dengan senyum riang diwajahnya.
"iya sayang, Kakakmu akan menikah nanti bulan depan"vUcap mamah dengan tersenyum.
"Wahh kakak selamat ya. Kak Puteri pasti seneng banget". Ucapan Salma itu membuat kami bertiga terkejut. Dimana kali ini bukan Puteri yang menjadi pengantin tapi Geulis.
"Puteri?" Ayahnya mengerutkan dahi.
"Iya ayah. Kan kak Roy sama Puteri itu saling mencintai. Akhirnya mereka menikah juga" Puteri memimpikan betapa kakaknya bahagia namun dilihatnya dia tidak bahagia. " kakak kok gak bahagia?"
"Kakak bahagia karena yang menikah dengan kakak itu bukan Puteri". Ucap Roy, Salma tersentak kaget.
"Siapa kak? Kok bisa?"
"Geulis, karena....". Ucapnya menggantung karena kepotong oleh ucapan mamahnya.
"Karena papa dan mamah sudah sepakat dan fix menjodohkan Roy dengan geulis". Sambung mamahnya.
"Dijodohkan? Apa jaman sekarang dijodohin itu masih berlaku? Pah, kak Roy itu bisa mencari wanita yang dia cintai bukan wanita pilihan mamah dan papa, Roy punya kak Puteri, Memangnya kenapa mamah dan papah menjodohkan Roy secepat ini?" Bela Salma karena ini tidak adil. Kakaknya sudah cukup menanggung kesedihan.
"mamah dan papah gak mau kalo kejadian Natasha itu terulang lagi" Jawab papanya yang sekarang angkat bicara menyangkut natasha.
Roy hanya terdiam saja, tidak tau apa yang harus ia jawab sekarang? Situasi sekarang hanya semakin merumitkan saja.
"Asal papa dan mamah tau, kalo salma tau segalanya tentang kehidupan kak Roy, kakak sudah terlalu lama untuk bersedih, biarkan saja kakak mencari hidupnya bukan memilih-milih. Emangnya selamanya harus dari orang tua? Enggak pa enggak?. Ada juga yang gak harus dari orang tua. Yaitu cinta".
"memangnya tau apa kamu tentang kakak kamu?!" Tanya mamah dengan emosi yang sudah meledak-ledak.
"Salma tau Dan jika disebutkan juga gak bakalan selesai. Karena kalian hanya berkerja, berkerja, bekerja saja. Tanpa memikirkan kami!"
Satu tamparan melayang dan mendarat dimuka Salma dengan keras dan sanggup menghentikan mulut Salma yang serasa ingim bicara lagi.
"Hei Salma apa ini yang diajarkan mamah dan papa selama ini?" Tanya papanya.
"papa gak sadar saja Selama ini kami selalu kesepian dan gak bisa mengerti diri kami"
"Salma jika kamu bicara lagi...". Ancam mamahnya yang sudah tidak kuat lagi.
"apa? Mau nampar lagi? Silahkan dengan senang hati" Salma membiarkan pipinya yang sudah merah akibat tamparan papanya itu.
"Cukup salma!" Kali ini Roy yang mulai angkat bicara setelah sekian lama terdiam. Kami semua sontak terdiam. "Salma apa kamu gak diajarkan sopan santun? Sehingga menentang keputusan mamah dan papah"
"Tapikan kak..."
"alah sudah!, ini keputusan kakak Dan tolong kamu pergi tidur"
"Kakak sama saja!" Gerutu kesal Salma kemudian dia berlari kedalam kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Kali ini Salma benar-benar benci terhadap keluarganya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Last but nothing Last
RomanceMawar biru yang telah Roy berikan kepada Natasha, cinta pertamanya. Justru terbakar hangus oleh tragedi meledaknya bom bunuh diri di sebuah pantai. Roy terpisah dengan cinta pertamanya membuat hatinya sedih dan menjadi depresi akibat kejadian terseb...