Roy segera pulang menuju rumahnya, sambil menunggu kedua orang tuanya pulang. Roy mandi terlebih dahulu, lalu setelah melihat mereka datang, Roy segera turun dari kamarnya dengan penampilan yang lebih segar dan telah berganti pakaian.
"Mah, pah, roy ada berita bagus untuk kalian" Ucap roy dengan senyum diwajahnya.
"Berita bagus apa?" Tanya mamahnya dengan muka lesu.
"Bentar lagi, Roy akan melamar Puteri. Mamah dan papa setuju tidak?" Ucap Roy membuat mamah dan khususnya ayahnya seakan baru mendengar kabar ini seperti mendengar kabar kenaikan gaji. "Kenapa ayah begitu terkejut?" Tanya Roy dengan heran.
"Ohh tidak, ayah cuman kaget aja" Ayah berusaha bersikap biasa. Lalu saling menatap satu sama lain dengan Ibu.
"Papa gak ada yang ditutup-tutupin kan?" Tanya ibunya dengan mendelik kepada ayahnya.
"Enggak kok, papa mau Mandi dulu" Papa kemudian beranjak dari ruang tamu namun Roy mencegatnya.
"Papa denger dulu, kitakan belom membahas semuanya" Ucap Roy mencegat langkah ayahnya.
"Ya udah papa akan denger" Ayah kembali ketempat duduk walau dengan malas dan kesal dengan sikap anaknya yang terkadang membuatnya jengkel.
"Daritadi Roy liat tatapan kalian beda, seakan-akan tidak setuju, menurut Roy itu ya"
"Jadwal besok mamah padat bisanya lusa, gak tau kalo papamu mungkin beda". Ucap mamah.
"Gimana pak?"
"Papa besok juga gak bisa, dan lusa papa ada sedikit jadwal kosong, jadi papa bisa kok" ucap sang ayah dengan nada yang berat untuk mengatakannya.
"Bener nih lusa kita kerumahnya Puteri?"
"Hooh, udah papa mau mandi dulu" Papa beranjak dari ruang tamu menuju kamarnya untuk mandi. Karena berkerja seharian diluar.
"Kamu kayaknya gak sabar banget ya?. Tanya mamahku
"Yeah maam, i couldn't take it anymore"
"Ya udah kamu udah makan belom?"
"Belom tapi roy udah pesan makan kok, bentar lagi juga datang" Ucap Roy melirik kearah arloji di tangan kananku.
"Mamah mau kekamar dulu" kata mamah Roy kemudian pergi dari ruang tamu dan Roy duduk diatas sofa lalu, ia melihat foto-foto Salma di nakas sampingnya.
Melihat foto itu membuat Roy menjadi sedih, seandainya salma masih hidup pasti dia akan senang sekali jika keinginannya terkabul dan juga bangga memiliki seorang kakak yang kuat dan tegar menghadapi segala hambatan ini.
"Sal, kakak sudah wujudkan hampir semua permintaan kamu, dan kakak akan mewujudkan semua impian kamu" Kemudian Roy mencium foto Salma dengan rasa sedih yang dia rasakan dalam hati seakan dia ingin sekali berteriak cuman seakan ada yang menahan mulutnya untuk diam.
*****
Lusa berikutnya, Roy telah bersiap untuk bertunangan dengan puteri. Dari semalam, Roy tidak bisa tidur saking nervous padahal ini baru tunangan belom akad nikah.
Kami bertiga kemudian masuk kedalam mobil. ayah menyalakan mesinnya dan mulai meninggalkan Halaman rumah. Dihari yang spesial ini terdapat sesuatu yang kurang yaitu adikku. yah aku tau salma itu adalah surganya aku. jadi, jika aku sedang cemberut sekaligus terpuruk dia selalu ada buatku. tapi, tuhan lebih menyayangi Salma daripada Roy sendiri.
"Roy, tangan kamu dingin banget" ucap mamahku yang sembari memegang tanganku.
"Mungkin AC mobilnya kali mah". Balasku dengan santai.
"Kalo puteri aja semangat, tapi pas kamu dijodohin sama yang lain. Kamu kayak yang malas-malasan" Sindir papaku sembari menyetir.
Roy ingin sekali membalas perkataan ayahnya tapi, bunda mengangkat jari telunjuknya menyuruh diriku untuk diam. Roy mengirim pesan chat kepada puteri untuk mengurangi rasa bosan. Roy melihat last seen Puteri aktif tiga puluh menit yang lalu. Roy menghembuskan napas sengal-nya.
Akhirnya, mobil Roy telah sampai didepan halaman rumah puteri. Riy turun lebih dulu kemudian, disusul oleh ibu dan ayahku. Kami bertiga kemudian masuk kedalam rumah puteri. Dan kami sudah disambut Oleh kedua orang tua puteri.
Kami berbicara alias kumpul di ruang tamu sambil mengobrol dan Bercanda tawa. Ibu puteri masih belom datang dan sepertinya dia sedang membuat minuman untuk kami.
"minumannya telah siap!" Ucap ibu puteri sambil membawa nampan berisi Minuman diatasnya. Roy berbalik kebelakang, dan melihat puteri berada dibelakang ibunya.
"hai" Sapa Roy dan Puteri hanya tersenyum sebagai balasannya.
"Hmm, puteri tuh anak tunggal ya" ucap ibu roy memulai percakapan diantara kami.
"Iya, tapi walau dia anak tunggal dia tidak manja seperti anak tunggal pada umumnya" Ayah roy memasukan handphonenya kedalam saku dan melihat sosok wanita yang selama ini ia kenal.
"Laras?" Ucap ayah Roy menunjuk ibu puteri yang baru saja duduk dan tidak ngeh. kami semua terkejut mendengar ayah Roy mengucapkan nama itu, khususnya puteri darimana ia tau nama ibu saya?
"Putra?" Jawab laras.
"kalian sudah saling mengenal?" Tanya ayah puteri.
Sepertinya bakalan ada konflik keluarga.
Suasana sontak berubah menjadi canggung. Roy bisa melihat raut wajah ibundanya mulai tidak suka. Laras menahan dirinya untuk tidak membicarakan masa lalunya tapi ia tidak bisa.
"Sebetulnya kita berdua dulunya satu sekolahan sma, disana kami pacaran dan...." Ucap ibu puteri mengantungkan kalimat membuat kami semua penasaran.
"Dan apa?!" Tanya ayah puteri dengan sungutnya yang mulai terbakar.
"Ehmm sebaiknya kalian bertiga bicara saja diluar, disini ada anak-anak kami tidak enak jika berdebat depan mereka". Kata mamah roy mengajak Ayah roy, suaminya & ibu puteri untuk diluar saja.
Kedua orang tua kami keluar untuk menyelesaikan masalah ini, aku dan puteri tidak tau apa yang mereka debat-kan tapi kedengarannya ini hal yang serius. sekarang aku baru jika dulunya ayahku pacaran sama ibu puteri semenjak mereka sma.
"Roy kayaknya bakalan ada hambatan lagi deh" Puteri menundukkan kepalanya. Roy menggenggam kedua tangan puteri.
"Jangan berpikiran negatif dulu, Siapa tau nanti ada jalan keluarnya, ini cuman kesalahpahaman kecil aja" Kata roy menenangkan Puteri yang sedang gelisah sekaligus overthinking dengan acara pertunangannya yang mulai terancam gagal.
******
Kedua orang tua kami kemudian kembali masuk, dan sepertinya mereka sudah berdamai. keliatan sekali jika mereka tersenyum.
"Pah, mah kok kalian lama sekali diluar?" Tanya Roy.
"Maaf, Tadi kami agak membuat kalian menunggu" Jawab papaku.
"Jadi gimana saya diterima jadi tunangannya puteri?" Tanya Roy kepada kedua orang tua puteri. sementara orang tuaku hanya menepuk jidatnya saja.
Suasana makin hening saja, dan kami semua hanya saling pandang tanpa saling bicara satu sama lain.
"Kok jadi pada diem begini sih?" Heran puteri membuat kami semua tertawa dan malah kami berdua semakin bingung.
"Nampaknya kamu sudah tidak sabar ya" Celetuk mamah roy dengan tertawa.
"Oke Saya selaku orang tua puteri. Menerima kamu sebagai tunangan anak saya". Ucap ayah puteri dengan tegas.
Aku sangat senang dan saat itulah kamu jadi milikku selamanya, Bahkan aku berteriak yes!, yang membuat semua orang termasuk puteri menatap kearah diriku dengan tatapan heran. Karena malu, Roy keluar dari ruangan tersebut. Kami semua tertawa melihat tingkah konyol Roy yang nampaknya sudah overdosis.
******
"Aku pernah bahagia tapi tak sebahagia ini. Makasih puteri".
KAMU SEDANG MEMBACA
Last but nothing Last
RomanceMawar biru yang telah Roy berikan kepada Natasha, cinta pertamanya. Justru terbakar hangus oleh tragedi meledaknya bom bunuh diri di sebuah pantai. Roy terpisah dengan cinta pertamanya membuat hatinya sedih dan menjadi depresi akibat kejadian terseb...