keajaiban

200 9 0
                                    

Roy mendorong suster itu dan mengambil alih alat kejut listrik kemudian menekannya ke tubuh Puteri. Roy melakukan semua itu karena tak ingin hal yang ia miliki di renggut kembali oleh tuhan.

"Percuma dia,,," ucap suster terpotong oleh Sahutan dokter.

"Biarkan saja dia melakukannya". Sela dokter itu melihat apakah keajaiban berjalan?.

Roy menekan tubuh Puteri dengan kejut listrik sebanyak lima kali harapan untuk Puteri kembali sadar makin tertanam kuat dalam batinnya.

Puteri berjalan menyusuri lorong yang gelap kemudian ia mendapati sebuah cahaya mendekatnya dan melihat Natasha, Geulis, dan Salma tengah mengobrol.

Puteri mendekati mereka bertiga dan seketika mereka memandangi Puteri.

"Hei kamu puteri kan?" Tanya Natasha dan berdiri berhadapan denganku kemudian memelukku. "Makasih untuk semuanya" Natasha melepaskan pelukan itu.

"Puteri, kamu ngapain kesini?" Tanya geulis.

"Iya apakah kakak sudah meninggal?"

Puteri tidak tau, dia tidak tau apakah dia sudah mati apa belom? Yang pasti dia merasakan sebuah tekanan yang dashyat.

"Kamu gak boleh disini" Kata natasha mengingatkan kepadaku.

"Iya tempat mu bukan disini tapi di sana Bahagia bersama Roy" Sahut Geulis.

"Iya jika kakak meninggal. Siapa lagi yang kak Roy punya? Nanti dia bakalan sedih" Sambung Salma. Puteri kemudian memeluk mereka bertiga.

"Cepetan kamu ke sana, Roy masih membutuhkan kamu" Puteri mengangguk dan berbalik arah tanpa menengok kebelakang.

Tinggal kesepuluh kalinya, Roy menekan kejut listrik itu dengan menekan kedalam tubuh Puteri dan sukses membuat tubuh Puteri merespon. Detakan jantungnya kembali normal.

Roy menatap tidak percaya dengan semua ini. Dia menyelamatkan nyawa puteri, kemudian roy memeluk Puteri dengan erat bahkan saking senangnya Roy menitikkan air mata bahagia.

"Astaga, dia tidak meninggal". Dokter dan suster itu tidak percaya dan merobek surat kematian Puteri lalu membuangnya ketempat sampah.

Puteri membuka matanya dengan perlahan, dan dia melihat Roy tersenyum bahagia walau pandanganya masih buram.

"Puteri kamu sadar"

"Roy" Panggil Puteri tangannya mengelus wajah Roy, lalu Puteri pingsan.

"Dokter dia kenapa?" Panik roy.

"Tenang saja dia hanya pingsan lagian nanti juga bakalan sadar kok" Ucap dokter itu kemudian keluar bersama perawat.

Roy merasakan senang didalam hatinya. Dia tidak tau jika hal ini bisa menyelamatkan nyawa Puteri, kekasih yang ia cintai.

***

Satria mendorong kursi rodanya dengan kedua tanganya menuju Kamar Puteri. Satria mengurungkan niatnya ketika dia melihat ada Roy yang sedang tertidur.

Namun dia menitipkan kepada suster untuk mengirimkannya buket bunga ini kepada Puteri dengan terdapat sebuah surat. Suster itu meletakkan bunga diatas nakas lalu keluar dari ruangan Puteri.

***

Roy terbangun dan melihat Puteri tersenyum memandangi sebuah surat. juga, Roy lihat Puteri tengah memegang sebuah buket bunga mawar biru.

"Itu bunga dari siapa put?" Tanya Roy.

"Hei Roy, selamat pagi" Sapa Puteri.

"Iya sayang selamat pagi" Balas Roy dengan tatapannya yang masih belom teralihkan dari bunga. "Dari satria"

"Satria?"

"Iya, emangnya kenapa?"

"Enggak bukannya Satria itu teman kamu ya"

Pertanyaan itu membuat puteri bersedih dia jadi kepikiran dengan ungkapan satria didalam lift itu dan dia ingin sekali bilang sama roy jika satria Mengungkapkan perasanya.

"Roy aku mau bilang sama kamu kalo satria itu suka sama aku" Jujur Puteri dan Roy sedikit terkejut dengan hal pemberitahuan ini.

***

"Satu masalah selesai, satu masalah muncul".

Last but nothing LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang