Puteri pergi

514 20 1
                                    

Hari ini Roy membantu Puteri mengemasi barang-barangnya didalam kamarnya. Entah kenapa air mata ini terus mengalir? "Roy jika kamu ingin menemui diriku tinggal datang kealamat ini" Puteri memberikan kertas yang berisikan alamat dan juga nama universitasnya.

"Iya aku nanti bakalan kesana"

"Semuanya sudah dimasuki?" Tanya Roy. Puteri menganggukkan kepalanya

"Iya kurasa hampir semua baju aku sudah dimasukin kedalam koper"

"Ya sudah makasih Roy udah bantu aku"

"Iya gak masalah kok" Lalu Roy mengambil bunga yang dia beli kemaren sengaja dia beli untuk Puteri. Geulis pikir itu untuk dirinya tau-tau tidak, dia itu pede banget. "Ini bunga buat kamu" kata Roy sambil memberikan buket bunga mawar biru.

"Roy gak usah repot-repot ngasih aku bunga"

"Gak masalah kok buat aku" Puteri menerima bunga itu dengan senang hati lalu menghirup aromanya masih wangi seperti dibeli barusan.

"Makasih"

"Sebagai kenang-kenangan nanti Jika kamu kangen sama aku, kamu tinggal liat aja bunga ini sampe puas".

"Aduh roy aku minta maaf karena aku gak bisa ngasih kamu apa-apa" Puteri gelagat kebingungan.

"Santai aja, gak usah ngasih juga apa-apa"

"Bukan itu aku cuman gak adil kalo kamu yang terus ngasih hadiah Kali-kali aku ngasih hadiah buat kenang-kenangan kita berdua"

Apa dia mengatakan kenang-kenangan kita berdua? Maksudnya itu berarti antara kita berdua? Puteri memberikanku sebuah boneka.

"Maaf cuman ini yang aku bisa kasih".

"Santai aja kok" Roy mengambil boneka itu dan memandanginya.

"Kalo kamu kangen sama aku. Kamu tinggal peluk manja aja boneka ini sampai puas biar rasa kangen itu mendadak hilang".

"Hei Puteri dari tadi lama banget! Semuanya udah pada nunggu, Terus ibu kamu tuh nunggu kelamaan diluar" Suruh Tante Ghea.

"Iya tan! Puteri bakalan kesana kok" Tante Ghea kembali pergi dari kamarku. "Kamu sih tadi ngajak ngobrolnya kelamaan kan dimarahin sama Tante Ghea".

Roy hanya tertawa kecil saja.

***

Diruang tamu Puteri terkejut karena ibunda tersayang beserta ayahnya datang. Puteri sangat senang sekali hingga berlari menghampiri mereka lalu memeluknya dengan erat.

"Ayah ibu" puteri gemas saat memeluknya. Kami bertiga melepaskan pelukan tersebut. "Puteri kangen banget sama kalian berdua, Kenapa ayah sama ibu baru datangnya sekarang?"

"Maaf ya Puteri, Ayah sama ibu gak bisa datang kemaren soalnya ayah kamu ada urusan" Ucap ibunya.

"Gak apa-apa,Yang penting puteri seneng bisa bertemu sama ayah sama ibu"

Ayah dan ibu Puteri melirik kearah seorang pria berdiri dibelakangnya.

"Puteri siapa dia?" Tanya ayahnya dengan tegas.

"Ouh ini roy Yah, bu. Dia yang nemenin puteri disini" Ucap puteri memperkenalkan Roy kepada orang tuanya. Roy pun mencium punggung tangan ayah ibu Puteri.

"Sebagai teman atau pacar?" Tanya ibunya langsung pada intinya.

"Pacar" Jawab celetuk Roy lalu Puteri mencubit tangan dia. Hingga roy merasakan kesakitan. "Aduhh"

"Eh mobilnya sudah siap dan kita harus cepat-cepat pergi sebelum terlambat" Ayah puteri keluar dari panti.

"Mamah aku mau ngomong sama Roy dulu. Sebentar aja" Pinta Puteri dan ibunya Puteri pergi keluar dari panti meninggalkan mereka berdua.

"Roy ini mungkin saat-saat terakhir aku bersamamu" Aku menangis tak kuat melanjutkannya.

"Udah aku bilang jangan nangis aku bisa jaga diri kok dan mestinya aku berusaha buat sembuh dari sini"

"Iya roy"

"Sebelum itu kita berjanji"

"Janji?"

"Iya, berjanji kalau kita berdua akan selalu bersama-sama dan tidak akan Terpisah walau jarak membentang diantara kita"

Roy mengacungkan jari kelingkingnya dan Puteripun membalasnya menandakan telah  berjanji.

"Aku janji roy"

Puteri berjalan menuju mobil sembari membawa bunga dariku. Roy hanya menatapnya sembari memegangi boneka pemberian Puteri. Belom lama Puteri pergi, Roy sudah amat merindukannya, bagaimana nanti?

Puteri menaik kedalam mobil dan mulai menyalakan mesinnya kemudian kendaraan beroda empat itu pergi dari halaman panti asuhan.

Roy menangis sembari memeluk boneka itu kemudian mengecupnya. Didalam mobil Puteri memandangi buket bunga berwarna biru, air matanya tak kuat dibendung dan akhirnya menetes membasahi pipinya.

Kenapa hati ini sangat merindukanmu? Ucap batin mereka berdua secara serentak.

***

Last but nothing LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang