Konflik batin

233 10 0
                                    

Satria masih terlelap tidur. Puteri kemudian terbangun dan Merasakan kepalanya amat pusing. Pikirannya juga berfokus pada ungkapan Satria barusan.

Bukankah Satria menyatakan bahwasanya sayang sama Puteri. Pengungkapan yang terlalu dini membuat pikiran bingung di satu sisi menerima Roy dan di satu sisi bingung aku harus bilang apa kepada Satria?

Kalo aku bilang yang sebenarnya sama Satria, aku takut nanti dia sakit hati, dan Putus asa, kan Satria orangnya Mudah putus asa.

Ya udah Aku kan tidak perlu menjawabnya sekarang juga, tapi Aku gak mau membuat dia menunggu terlalu lama.

Sebuah ponsel Puteri bergetar dan dilihat dari Roy, dengan cepat puteri menekan tombol call.

"Halo Roy! Cepetan kesini aku terjebak di lift".

"Ha? Terjebak di lift?"..

"Iya aku sama,,,, Satria terkunci didalam"

"Di lantai berapa?"

"Di lantai tiga belas"

"Oke bertahanlah, aku takut kamu kenapa-napa"

"Iya"

Puteri hanya menunggu kedatangan Roy hingga sesak nafas dan kepalanya bersandar ditembok lift untuk sejenak.

Tak lama kemudian datanglah sekelompok tim pemadam kebakaran membantu membuka lift yang rusak ini. Jangan heran ada kebakaran, pemadam kebakaran Bisa membantu apa saja selain hanya memadamkan api.

Roy membantu Pemadam kebakaran itu membuka pintu lift. Seketika Roy melihat pemandangan cukup tak mengenakan. Kepala Satria Tengah berbaring di atas paha Puteri sebagai bantalan. Sementara Puteri duduk bersandar lemas tak sadarkan diri.

"Puteri" Roy segera menghampiri Puteri. Mata Puteri terbuka pelan namun penglihatannya masih buram.

"Roy" lirih Puteri, kemudian pingsan. Roy segera mengendong Puteri keluar untuk mendapatkan pertolongan medis. Sedangkan Satria Ditolong oleh tim dan membawanya ke dalam ambulance.

Didalam ambulance, Puteri segera dibawa ke rumah sakit. Roy duduk disampingnya melihat puteri nampak lemas berbaring di atas tandu.

"Sabar puteri" Roy merasakan detak jantung puteri melemah, Perawat itu menyuruh agar Segera cepat ke rumah sakit karena detak jantung pasien sudah melemah.

Mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Rumah sakit yang membuat pikiranku beralur mundur ketika dimana Salma meninggal didalam rumah sakit itu. Roy nampak ragu untuk turun, hatinya mulai sedih ketika mengingat adiknya meninggal.

Puteri diletakan diatas Tandu kemudian Roy dan sopir ambulance membawanya masuk kedalam ruangan. Lalu, Puteri diletakan diatas Tempat tidur dan diarahkan kesebuah ruangan UGD.

Di UGD, Puteri diberikan tabung oksigen. Kemudian dokter memberikannya kejut listrik kepadanya. Ditekannya kejut listrik itu sampai tubuh Puteri Terangkat keatas. Seketika Jantung Puteri kembali normal, Roy hanya bisa melihat dibalik jendela. Roy menangis berharap puteri segera membaik dan normal seperti dulu.

Beragam pikiranku bergelut antara Negative dan possitive. Ngeative puteri akan hilang, dan possittivenya semuanya akan baik-baik saja.

Ya tuhan tolong bantu puteri, Berikan dia kesempatan. Batin Roy. Ia terjatuh diatas lantai dengan rasa sedih didalam hatinya.

Lalu saat Roy berdiri dan melihat kembali, tiba-tiba saja Dari alat monitor menunjukan Kelurusan detak jantung itu artinyaa Puteri telah tiada.

Roy tidak percaya saat melihat alat monitor itu, dan suster itu juga menutup Tubuh Puteri dengan Kain putih. Roy tidak tahan lagi, dia kemudian menobrak masuk kedalam ruangan itu.

"Puteri" Seketika Roy memeluk Tubuh Puteri. Roy membuka kain putih tersebut. Wajah pucat dan tiada nafas terlukis di matanya saat kini.

"Dia kamu telah meninggal, karena penyempitan oksigen diparu-parunya" Ucap dokter. "Kami sudah mencobanya tapi tidak bisa" Lanjut dokter.

"Tidak! dia tidak meninggal dia masih hidup" Bantah Roy dengan bersikeras.

"Tapi dia sudah meninggal". Kata suster itu. Lalu Roy dipaksa meninggalkan ruangan itu.

***

"Perpisahan itu menyakitkan, dan pasti menemukan kebahagiaan, tapi kenapa kau pergi?".

Last but nothing LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang