Sepulang dari kantornya, Roy mampir sebentar ke toko bunga. Dia memilih bunga mawar biru untuk puteri. Namun saat Roy membeli bunga itu dia jadi teringat pada Natasha yang suka sama bunga mawar biru. Tapi ya sudah berlalu biarlah berlalu, aku tidak perlu mengingatnya kembali.
Lalu setelah itu, Roy berhenti didepan rumah Puteri. Diapun mulai merapihkan Rambutnya dan juga Sudah berganti pakaian menjadi pakaian santai. Setelah itu dia mengetuk pintu rumah Puteri. Lalu terdengar langkahan kaki seseorang dan seorang wanita paruh baya membukakan pintunya.
"Tante" Roy mencium punggung tangan mamah puteri. Dia sudah sangat akrab dengan Roy sejak di panti rehabilitasi. "Puterinya ada? Tapi jangan dipanggil dulu, Roy pengen ngasih kejutan buat dia" Roy mengisyaratkan kepada mamah Puteri. setelah itu mengerti apa yang diisyaratkan oleh Roy.
"Puterinya lagi ada dikamar dan kayaknya dia murung hari ini" Ucap mamah Puteri.
Roy berjalan masuk kedalam rumah tersebut. Dan dia berada didepan pintu kamar puteri, Roy mengetuk pintu kamar Puteri.
"Udah deh mah Puteri makannya nanti aja" Jawab puteri dari dalam sambil membuka pintunya.
Puteri terkejut melihat Roy datang kerumahnya lalu bergegas pintu itu ditutup kembali oleh puteri. Dia tidak percaya jika Roy akan datang kerumahnya.
"Puteri aku mau bicara sama kamu" Ucapnya sambil mengetuk pintu Dari luar.
Lalu puteri mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu di kertas tersebut.
Pergi sana, aku gak mau bicara sama kamu.
Puteri Memasukkan surat tersebut kebawah Pintu. Roy melihat sebuah surat tersebut dibawahnya. Lalu Roy mengambilnya. Setelah ia membaca isi surat tersebut. Segera mengambil pena untuk membalas surat tersebut.
Plisss aku minta maaf, aku bawa coklat buat kamu.
Roy memasukan surat tersebut melalui bawah pintu.
Gak mau. Pokoknya aku gak mau bicara sama kamu lagi, titik!
Puteri menunggu balasan dari Roy sembari duduk bersandar di punggung pintu. Akhirnya kertas yang ia nantikan datang juga. Tapi kali ini ada dua. Mungkin kertas yang tadi kekecilan.
Aku janji deh, aku gak bakalan deket-deket sama cewek lagi. Lagian dia itu maen datang aja kekantor aku. Jujur saja itu mantan aku waktu smp. Tapi aku maunya kita bicara secara langsung. Lagipula aku bawa cokelat lho, kesukaan kamu.
Sesudah Puteri membaca balasan surat dari Roy. Akhirnya Puteri membukakan pintu untuknya.
"Aku maafin kamu tapi, aku mau makan coklat. Katanya kamu bawa coklat" Pinta Puteri dengan janji Roy yang bertuliskan melalui surat-suratan tersebut.
Roy memberikan buket bunga yang justru Puteri cemberut.
"Ihh kan aku maunya coklat bukannya bunga, emangnya aku kuburan dikasih bunga terus" Kesel Puteri. Padahal baru aja good mood sekarang bad mood lagi.
"Jangan langsung ditolak, lihat dengan seksama" Puteri menerima buket bunga tersebut dan melihat ada Satu paket coklat didalamnya.
Puteri tersenyum lalu menutup kembali pintunya sementara Roy masih berdiri mematung di luar dengan ekspresi muka terkejut.
"Terus aku gak dikasih masuk gitu?"
"Laki-laki gak boleh masuk kamar cewek!"
Roy mendengus kesal. Sementara didalam puteri tengah makan cokelat pemberian Roy sambil mendengarkan musik dengan volume yang keras, menandakan dia sedang bahagia hari ini.
Gak apa-apa deh asal puteri bahagia aja gua udah seneng.
******
Roy menghampiri mamah Puteri yang tengah duduk sambil membaca majalah. Ia mendekati wanita paruh baya tersebut.
"Tan, Roy Mau bilang sesuatu" Ucap Roy. Tante Ghea masih saja membaca majalahnya setelah sampai akhir halaman tante Ghea menutup majalah tersebut.
"Mau Bilang apa nak?" Tanya Tante Ghea
"Sebenarnya Roy ingin melamar Puteri" Ucapan Roy itu seakan menjadi kejutan yang tidak terduga. Tante Puteri masih menatap Roy dengan tatapan yang tidak percaya.
"Kamu serius?"
"Iya tan, saya serius menikahi puteri dan gamau membuang waktu lagi" Ucap Roy dengan mantap tanpa ada sedikit kata yang berbelit-belit. "Tante bisa panggilkan Puteri tadi dia udah keluar eh malah ditutup lagi pintunya"
"Tenang saja, tapi kamu bawa cincinnya?".
"Bawa tante"
"Oke bagus"
Tante Ghea mulai mengetuk pintu kamar Puteri, dan tak lama Puteri keluar dengan wajah cemberutnya. Tante Gheapergi meninggalkan kami berdua untuk berbicara di ruangan keluarga.
"Kamu mau ngomong apa?" Tanya puteri, Roy kemudian mengeluarkan sesuatu dibalik jaketnya dan bertekuk lutut dihadapan Puteri.
Puteri menyerngitkan alisnya dan seakan pikirannya tertuju pada sebuah ungkapan abal-abal yang sering diucapkan olehnya. Roy membuka benda tersebut yang ternyata berisi cincin. Puteri terkejut bahkan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
"Aku mau kita nikah, kamu mau kan?"
"Iya"
Lalu Roy memakaikan cincin tersebut pada jari manis Puteri. Seakan kebahagiaan datang dua kali lipat. Mereka berdua berdiri lalu berpelukan dengan erat.
"Thank you Roy" Ucap Puteri dengan nada yang sedikit terisak menangis.
"Sama-sama Puteri" Roy mencium kening Puteri dengan lembut. Air mata mereka jatuh diatas lantai dan akhirnya sebuah kebahagiaan dapat kami rasakan.
"Jadi kapan kamu bawa orang tua kamu roy?" Ucap tante Puteri secara tiba-tiba membuat kami menjadi canggung dan melepaskan pelukan masing-masing. "Santai aja gausah akward gitu hehe" Ucapnya diiringi tawa kecilnya.
"Kira-kira lusa bisa, tapi kalo mau sekarang juga boleh". Ucapnya sambil memandangi Puteri
"Ya udah sekarang aja hehe"
"Kalian itu cocok sekali ya, sama kayak tante dan paman waktu muda dulu" Ucap Tante. Berbagi cerita dengan kami.
"Emangnya Tante pernah juga?" Tanya Puteri.
"Pernah la pokoknya tante dan paman kayak pasangan romeo and juliet" Ucapnya dengan tawa diwajahnya. Kami berdua ikut tertawa walau kami gak tau kami ketawa karena apa?
*******
"Jadi istri gua ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last but nothing Last
RomanceMawar biru yang telah Roy berikan kepada Natasha, cinta pertamanya. Justru terbakar hangus oleh tragedi meledaknya bom bunuh diri di sebuah pantai. Roy terpisah dengan cinta pertamanya membuat hatinya sedih dan menjadi depresi akibat kejadian terseb...