ungkapan satria

270 7 0
                                    

Mulai sekarang, Roy pindah ke Bandung untuk menemani Puteri disana serta tinggal disebuah perumahan yang telah disediakan oleh kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sudah tau jika roy akan segera melamar puteri dan mereka akan menunggu waktu itu.

Roy serasa dia bersemangat menjalani harinya. Dia mengaca pada cermin tentang penampilannya. Karena hari ini dia akan menemani puteri ketempat kuliahnya.

Dia tinggal sendiri dan lagian rumah yang ia tempat kecil namun, tidak terlalu besar yang ditempati kedua orang tuanya. Jarak tempuh antara rumah Roy dengan kediaman Puteri hanya setengah jam.

Roy menaiki motornya. Orang tuanya mengijinkan dia mengendarai mobil namun, Roy lebih senang mengunakan motor.

Puteri sudah menunggu didepan karena rumahnya jauh masuk kedalam. Motor Roy datang menghampirinya.

"Lama ya?" Tanya Roy sembari memberikan helm kepada Puteri namun perempuan itu tidak berbicara kemudian duduk dibelakang Roy. Roy menyalakan mesin motornya dan melaju menuju tempat  kuliah Puteri.

"Kamu ngambek ya?" Tanya Roy.

"Enggak siapa juga yang ngambek" Jawab Puteri.

"Tadi kenapa diem aja?"

"Gak ah lagi badmood aja"

"Masa? Terus kalo moodboster nha apa?"

"Baso"

"oke, nanti kita ke sana"

"Ya udah cepetan keburu masuk entar".

"Iya Bep".

Selama hampir satu jam diperjalanan, kendaraan beroda dua milik Roy menepi kearah pedagang bakso yang terletak di pinggir jalan. Belom terlalu petang untuk menikmati semangkuk baso tapi worth it. Lagian cuaca sekarang tidak terlalu panas.

Pesanan kami telah datang. Puteri memakannya dengan lahap sampai-sampai saat Roy baru makan sesendok dia sudah habis setengah.

"Kamu makannya cepat banget?" Terheran-heran Roy. Lalu menambahkan sambel kedalam baksonya.

"Iya aku lagi laper dah jangan ganggu atau nanti mood aku jadi rusak" Daripada Puteri makin bete lebih baik Roy membungkam mulutnya dengan suapan baso yang rasanya maknyus banget. 

"Mas satu lagi" Pesan Puteri. Kali ini dia sudah makan dua mangkok baso secara habis dan Roy baru menyelesaikan mangkok yang pertama.

"Udahlah puteri nanti kamu gen,,,". Roy tidak jadi melanjutkan katanya setelah dia ditatap tajam oleh Puteri. "Enggak sok aja makan asal jangan banyak"

"Awas ngatain aku gendut aku jitak kamu" Ancam Puteri. Roy tersenyum saat menatap wajah puteri yang makin cantik bila marah.

"Kamu makin cantik aja kalo marah". Gombal Roy.

"Jadi maksud kamu aku gak cantik bila gak marah?"

"Ehh cantik kok"

"Iyalah" Sombong puteri. Roy menggenggam kedua tangan Puteri sambil menatap Wajahnya yang terkejut.

"Kenapa? Aku gak bakalan gigit kok" Puteri melepaskan genggaman tangan dan melanjutkan makannya.

Roy tau jika puteri malu, namun Roy hanya diam dan tidak bicara saja.

***

Mereka sampai diparkiran tempat kuliah Puteri. Roy membuka helm Puteri. Menaruhnya di bagasi motor miliknya.

"Hmm roy makasih ya udah nganterin aku"

"Iya sama-sama, kamu pulangnya kapan? Nanti biar aku bisa sekalian jemput"

"Ehh ga usah nanti malah ngerepotin kamu"

"Gak bakalan, kamu tinggal chat aja aku atau telepon aku. Ponsel aku selalu aktif kok"

"Ohh ya udah aku duluan ya".

"iya"

"Bye"

Puteri berjalan masuk kedalam sebuah gedung yang dijadikan sebagai tempat kuliah dan puteri masuk kedalam lift kemudian dia menekan Angka tujuh, karena kelasnya berada dilantai tujuh.

Namun saat sampai dilantai 3, lift berhenti  dan satria kemudian masuk. Hanya ada kami berdua saja dalam lift.

"Puteri" Sapa Satria dan Puteri hanya melemparkan senyum kepada cowok itu. "kamu mau kekelas ya?"

"Iya dan kayaknya 30 menit lagi dosen aku masuk"

Satria hanya ber-oh saja kemudian menghembuskan napasnya dan mendekat kepada puteri. "Puteri aku mau ngomong sama kamu"

Puteri yang tau jika ia berdekatan dengan satria langsung Mundur beberapa langkah. "Mau ngomong apa?"

"Kalo aku,,,". Kenapa rasanya berat sekali untuk diungkapkan tapi, aku harus bisa mengungkapkannya sebelum semuanya sia-sia. "Aku Cinta sama kamu. Puteri".

Puteri langsung terbelalak dan Jantungnya berdegup dengan kencang sekali. Bagaimana tidak? jika dia mengungkapkannya diwaktu kurang tepat. Aku sudah mengikat janji dengan Roy dan aku akan selalu bersama dengan dia sampai kami menikah.
lagian diriku tipe orang yang menepati janji.

tiba-tiba lift berhenti Dan lampu dalam lift ini juga mati. Puteri segera menekan banyak tombol supaya lift ini terbuka dan satria berusaha membuka pintu dengan kedua tangannya agar bisa terbuka.

"Liftnya mati" Ucap Satria dan Puteri tergeletak lemas. Satria menidurkan kepala Puteri diatas pahanya.

"Aku sesak nafas, aku Phobia sama ruang Kedap udara". Puteri tergeletak pingsan dan begitu juga dengan satria dia pun merasakan lemas di kepalanya.

Satria mengangkat kepala puteri dan meletakkannya di atas lantai. Kemudian Satria tidur disampingnya Puteri sambil memeluknya dari belakang.

"i love you puteri"

***

"Jangan terlalu berharap, nanti kamu akan terluka sedalam-dalamnya".

Last but nothing LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang