malam terakhir

527 19 0
                                    

Roy hari ini agak bersikap dingin kepadaku, dia sebelumnya tidak bersikap begini kepadaku. Dia lebih sering main keluar bersama Geulis daripada puteri.

"Roy kamu mau kemana?" Tanya puteri dan Roy menoleh kearah puteri.

"Aku mau keluar dulu Dan kata tante ghea, aku diijinkan bawa motor nanti juga aku bakalan pulang tenang aja kok"

"Tapikan...". Roy menaiki motor dan meninggalkan daerah panti.

Kenapa Roy bisa berubah kayak begitu?Apa dia begitu karena aku? Aku bakalan pergi dan cara dia bicara itu sangat berbeda. Batin puteri.

***

Roy turun didepan rumah Geulis kemudian turun dari motornya dan berjalan masuk kedalam rumah Geulis.

"Geulis ayo" Ajak Roy.

Geulis keluar kemudian diikuti oleh kedua orang tuanya. Ibu Geulis terkejut karena anaknya jalan sama cowok seganteng ini. Pasti dia dari kota.

"Hei itu siapa? Meni kasep pisan" Bisik ibunya.

"Itu teh pasien di pantinya puteri, Dia dari teh dari kota" Jawab geulis dengan bisik.

"Ehmm Geulis ayo kita berangkat"

"Eh iya, emak abah perkenalkan ini roy". Ucapnya memperkenalkan Roy kepada orang tuanya dan Roy mencium punggung kedua tangan mereka. "Ya udah Geulis sama Roy mau berangkat"

"Ah iya semoga nanti kalian sampai ke pelaminan" Ucap ibunya tidak sadar dan abah geulis mencubit lengannya. "Ihhh si aa mah sakit tau"

"Ibu sih ngomongnya sembarangan"

"Siapa tau bener yang dikatakan, ambu" Ucap Roy membuat mereka tertawa lepas.

"Aminn"

"Udah ah Geulis jadi malu,Geulis mau berangkat dulu nanti gak jadi gara-gara ngobrol sama emak lagi".

Tanpa basa-basi lagi kami berdua langsung menaiki motor dan mulai meninggalkan halaman depan rumah Geulis.

"Jadi inget waktu muda dulu sama ambu"

"Ihhh si abah mah dulu itu kagak ganteng kayak si... siapa tadi nama cowok tadi?"

"Roy"

"Nah itu"

"Eh dulu abah itu ganteng juga sama kayak roy"

"Ihhh mimpi kali si abah mah"

"Ihhh belgedes" Gerutu abah.

***

Roy dan Geulis makan bakso dipinggiran jalan dekat dengan perbatasan desa sama jalan perkotaan.

"Lahap banget makanya"

"Iya enak banget, Sampe aku mau nambah lagi".

"Sok aja nambah ga apa-apa"

"Ya udah" Lalu Roy memanggil si abang tukang bakso. "Mas satu lagi ya, yang pedes"

"Oke siap mas"

"Roy kamu itu udah nambah dua kali emang kamu sanggup nampung satu bakso lagi. Aku sih udah kenyang".

"Itukan kamu. Saya kan masih lapar makanya lahap begini makannya". Roy kembali melanjutkan makannya hingga bibirnya terdapat mie yang masih nyangkut.

Geulis mengambil sehelai tissue lalu menge-lap mulut Roy bermaksud menghilangkan mie yang nyangkut di mulutnya. Roy terkejut dan jantungnya berdegup sangat kencang.

"Maaf tadi ada mie dimulut kamu" Roy masih menatap diriku. "Udah ah lanjutin lagi makannya" Geulis berusaha agar perhatian Roy tidak tertuju pada wajahku saja.

***

Malam hari, Puteri masuk kedalam kamar Roy dilihatnya sedang duduk di balkon dan sepertinya sedang menulis sesuatu.

"Nulis apaan itu?" Tanya puteri membuat Roy terkejut.

"Puteri ngagetin aja kamu" Roy menutup kertas itu dan berusaha mungkin agar Puteri tidak melihatnya.

Puteri duduk disamping roy. "Kamu nulis apaan?"

"Kepo, Lo sendiri ngapain kesini? Udah sana lo tidur nanti besok pagi telat lagi kan lo mau pergi" Ucapnya dengan nada murung.

"Roy kamu jangan sedih Aku pasti bakalan datang lagi kesini kok"

"Kapan? Sampe gue keluar dari sini juga lo pasti gak bakalan datang lagi".

Puteri berjalan berdiri menghadap balkon tangannya memegang tiang pembatas. Roy berdiri dibelakang puteri, tangannya melipat kertas itu.

Puteri berbalik menoleh kearah roy. "Roy" Belom Puteri mengeluarkan surat, Roy telah lebih dulu mengeluarkan surat itu.

"Kamu duluan" Roy menyuruhku agar aku yang lebih dulu memberikan surat.

Puteri memberikan surat itu kepada roy. Begitu juga Roy memberikan surat itu kepada Puteri.

"Makasih

"Makasih kembali"

"Aku bakalan baca suratnya nanti"

"Gak! sekarang aja! Disini!"

Puteri membuka surat itu dan mulai membacanya. Sama halnya dengan Roy.

Puteri.

Roy, kamu jangan sedih atas kepergian diriku, karena siapa tau kita bisa bertemu kembali. Dan aku yakin rasa ini pasti bakalan tumbuh dengan sendirinya. Kau pasti tidak mengerti apa yang aku tulis ini. Tapi aku tidak bisa memberitahunya karena suatu nanti kau akan paham arti surat ini.

Roy, kamu harus kuat jangan jadikan alasan untuk bersedih karena aku pergi. Aku ingin kamu kuat setelah aku pergi bukannya malah memperburuk keadaan. Aku sudah menitipkan pesan kepada Geulis tapi kenapa surat itu tidak sampai kepadamu. Makanya aku membuat ulang surat ini.

~Puteri~.

Roy.

Puteri setelah aku pindah kesini, hidupku menjadi tenang, beban dan pikiran tentang Natasha seakan sudah hilang dari benakku. Seakan aku sudah mendapatkan pengantinya. Suatu saat nanti kau pasti bakalan tau apa isi surat ini.

Tenang saja, aku akan berusaha untuk sembuh seperti sebelumnya. Jangan hiraukan diriku karena ada Geulis yang menemani diriku.

~Roy~.

Kami berdua selesai membaca surat masing-masing lalu menatap, seakan kami memancar suatu aura tak kasat mata.

Puteri meneteskan air matanya, Roy menghapusnya kemudian memeluknya dengan erat bermaksud menghilangkan kesedihan.

"Roy sebenarnya aku tidak mau meninggalkanmu sendirian, Aku ingin bersama denganmu menemani dirimu".

"Kamu harus pergi karena kalo tidak beasiswa kamu bakalan dicabut. Kan aku udah bilang jangan terlalu mikirin aku karena aku disini baik-baik aja kok walau tanpa dirimu". Kami melepaskan pelukan. "Pliss dont cry". Roy menghapus air mata Puteri Dan kembali memeluk Puteri. Membiarkan air mata ini membasahi pundaknya.

Sungguh awal dari perpisahan itu sangat menyakitkan tapi akan mendatangkan sebuah kebahagiaan pada akhirnya.

***

Last but nothing LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang