"Aku tuh capek jadi pacar kamu. Aku nggak kuat lahir batin dan–Joshua, aku nggak bercanda."
"Aku nggak nganggap kamu lagi bercanda, Sayang. Aku minta maaf karena udah bikin kamu nggak nyaman. Bukan maksudku–ya mana ada cowok yang dari awal bermaksud bikin pacarnya nggak nyaman?" Joshua senyum. Dia ngulurin tangannya buat nepuk-nepuk pipimu. Ngeselin, ganteng soalnya. "Aku pilih kamu. Cewek-cewek itu jelas udah kalah telak. Mereka mau ngapain juga status kamu sebagai pacarku nggak berubah."
"Kamu nggak ngerasain sih, ya." Kamu nepis tangan Joshua. Mulai ngitung pakai jari. "Gimana rasanya pas buka Instagram dan buka Tagged Photos kamu isinya foto sama cewek-cewek; gimana rasanya pas buka OA Draft SMS ada yang ngirim pesan untuk Joshua Hong isinya 'Aku suka banget sama kamu, Kak' gitu; gimana rasanya–"
"Yang, kamu pikir aku doang yang ganteng dan jadi buronan cewek-cewek seantero kampus?"
"Ya bukan gitu maksud–"
"Kamu juga banyak yang suka, banyak yang sayang, banyak yang pengin jadi pacar kamu. Bedanya, mereka nggak brutal di media sosial."
"Aku?"
"Kamu kira aku nggak tau kalo ada entah cowok mana yang hobi naroh bunga mawar di loker UKM kamu?"
Kamu agak kaget. Dari mana Joshua tahu soal mawar itu? Iya sih, udah hampir tiga bulan ini ada mawar misterius di dalem loker kamu, di sekretariat UKM Jurnalistik. Kamu langsung buang ke tong sampah tiap nemuin. Kamu nggak bilang siapa-siapa tapi kok dia–
"Aku juga kadang ngerasa capek, ngerasa takut, ngeri, nggak sanggup jagain kamu. Banyak yang suka sama kamu dan mereka terang-terangan ngomongin kamu di telingaku. Aku juga ngerasa berat pacaran sama kamu. Tapi gimana? Aku sayang sama kamu. Aku maunya sama kamu."
Hening. Kamu ga berani ngeliatin Joshua yang terus-terusan natap kamu. Tiba-tiba ngerasa egois. Iya sih, kamu juga punya banyak penggemar. Tapi mereka lebih anteng dibanding adek-adek gemesnya Josh. Ya, beda sih. Kamu 'cuma' jurnalis kampus, meanwhile doi adalah ketua badan eksekutif mahasiswa yang jangkauannya lebih luas. Berhadapan langsung sama seluruh mahasiswa baru, sama orang-orang baru, sering muncul di acara resmi kampus, banyak pokoknya.
"Masa jabatanku habis satu bulan lagi. Habis itu aku balik jadi mahasiswa biasa–jadi pacarmu yang normal. Gimana?"
"Apanya yang gimana?"
"Jangan nyerah, ya? At least coba dulu sampai aku lengser. Dugaanku, cewek-cewek itu bakal berhenti fanatik kalau aku udah nggak populer."
Kamu diem. Tempat makan itu rame banget, tapi entah kenapa kamu ngerasa sepi.
"Kamu bakal tetep populer, Josh. Kamu ganteng, kamu pintar, kalau udah ngomong pakai bahasa Inggris–"
"That's true. Kita memang sepasang kekasih idaman," potong Joshua cepat. "Bukan cuma aku, oke? Kamu juga, ya, kan? Jadi, please."
Hening lama banget. Joshua ngelanjutin makannya, kamu cuma muter-muter sendok. Sebenernya mikir, soalnya iya juga sih. Ah, gimana deh.
"Josh, maafin aku ya. Tapi ... " Kamu diem lagi, soalnya bingung banget. " ... gimana kalau kita break dulu?"
Joshua berhenti. Dia natap kamu tapi diem aja, matanya seolah ngomong, 'ah yaudahlah, terserah' dan dia ngelanjutin makan. Dia nggak ngasih jawaban buat penawaran kamu. Dan dia diem, bahkan sepanjang perjalanan nganter kamu pulang.
"Makasih ya. Soal yang tadi–"
"Aku pulang." Joshua nerima helm yang kamu ulurin dan pergi gitu aja. Giliran kamu yang bingung.
Joshua itu baik–sebaiknya orang. Sabar–sesabarnya orang. Kalau dia sampai kayak gini, ya ini mah udah fix kamu yang salah. Tapi kamu nggak bisa gini terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine 1.0 [✔]
FanfictionOneshot compilation, except; Mingyu - Love War Wonwoo - Lover Materials Seungcheol - Comfort Zone Joshua - KKN Zone I'm really sorry, because I think this book was written in a really bad way-no PUEBI, I mean (except for Comfort Zone and KKN Zone...