Seungcheol - Comfort Zone [Epilog]

6.8K 580 194
                                    

Karisma seorang leader memang beda—gue sadar sekarang. Pembawaan, cara ngomong, karisma, dan kontrol emosi Seungcheol adalah beberapa hal yang bikin gue jatuh cinta. He is not easily triggered. Dia bukan tipikal orang yang gampang marah dan meledak-ledak. Dia adalah orang yang memilih buat  mengamati situasi sebelum bertindak. Kalau menurut dia udah ngga bisa dibiarin, dia akan mikirin win-win solution dulu supaya ngga ada yang merasa dirugikan. Kalo negosiasinya ngga berjalan lancar, barulah dia nyerang dengan kata-kata menusuk but 99% bener.

"Kok bengong?" tanya Seungcheol yang baru aja masuk ke dalam mobil. Habis isi bensin, sekalian dia ke toilet. "Mikirin apa lagi?"

"Engga," jawab gue sambil senyum tipis. "Aku tiba-tiba inget belum ngabarin Sejeong, tapi hape aku mati."

"Pakai aja punya aku," kata Seungcheol nunjuk hapenya di tengah-tengah gue sama dia. "Tapi aku ngga ada kontak Sejeong deh kayaknya. Habis ganti hape dulu ngga kesimpen."

"Daniel ada kan?"

"Ada kalo Daniel." Seungcheol nyalain mesin mobil dan kami keluar dari area pom bensin. Gue rada samar gitu mau ambil hapenya, trauma nama Nayeon muncul sehari tiga kali kapan hari. "Emang Daniel lagi sama Sejeong?"

"Engga tau," jawab gue sambil nyalain hapenya. "Instagram aja deh, aku DM Sejeong ya pake Instagram kamu."

"Iya."
_____

Ternyata, Seungcheol engga nganterin gue balik. Dia malah bawa mobilnya ke kawasan pantai selatan yang jaraknya kurang lebih 2 jam dari area kampus.

"Nggakpapa ya aku bawa ke pantai lagi? Nyari sunset," kata dia begitu kami mulai jalan ke arah pinggiran kota. "Aku belakangan hobi stalking Instagram Indonesian Beach jadi pengin ke pan—"
"Hah? Indonesian bitch?"

"Heh, Sayang."

Gue ketawa. "Iya iya, sorry, just kidding."

Seungcheol ikut ketawa. Abis itu, as usual, berantakin rambut gue sembarangan.

"So glad," kata dia. "Daripada liat kamu nangis, aku suka denger kamu ketawa."

"Makanya jangan bikin aku nangis, dong. Segala pake nanya, 'kamu mau kita udahan?' tapi ngga bolehin aku nangis. Setengah mampus aku nahan biar ngga gembeng."

"Ck, aku itu udah bingung at its finest. Mentok. Aku udah ngga bisa baca apa yang kamu pengin. Ini berantem paling parah dalam sejarah kita pacaran. Telpon puluhan kali ngga diangkat, baru ini."

Gue ketawa. "Iya, maaf."

"Aku yang minta maaf," kata Seungcheol sambil narik tuas rem—lampu merah. "Aku yang engga bilang ke kamu."

"It's okay. Lagian, kenapa kamu engga bilang kalo Nayeon punya pacar?!" tanya gue akhirnya. Pertanyaan yang udah mengendap sejak Nayeon bilang dia taken sama mantan ketua Hima HI di Subway tadi. "Kan aku jadi dosa besar karena suudzon parah."

"Aku juga ngga tau dia udah taken. Kalo tau, ngapain juga aku ulur-ulur sampe kita hampir putus."

"Lah?"

"Dia sama Jinyoung itu ngga pernah ngumbar hubungannya. Engga ada update berdua di medsos dan lain-lain. Mereka backstreet."

"Dari?"

"Ngga tau, aku ngga nanya. Pokoknya, aku, Vernon, sama Dokyeom tadi itu udah ngobrol duluan sama Nayeon waktu kamu kelas. Aku jelasin panjang lebar dari A sampe Z tentang kamu. Baru Nayeon bilang kalau dia sebenernya dating juga."

"Oh." Gue ngangguk. Iyain aja udah meskipun ngga begitu ngerti. Ini tahun 2018, masih jaman gitu backstreet-an? Kecuali dia artis, gue paham.

Hening sebentar, sebelum gue ngambil hape Seungcheol lagi. "Ini bisa connect hape kan?"

Seventeen Imagine 1.0 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang