Warning: 17+
_____Gue baru aja keluar dari kamar mandi pas Joshua masuk ke dalam kamar sambil ngelepas jas, rompi, dan dasinya. Kelihatan capek banget sampai nggak sadar kalo gue lihatin.
Josh lompat ke atas tempat tidur dan nyibak rambut sambil ngelihat atap kamar hotel. Pas dia miring ke kanan—ke arah gue—barulah dia sadar ada gue.
"Udah mandi apa mau mandi?" tanya dia.
"Udah mandi, make-upnya tebel banget dan rambutnya kaku parah makanya tadi aku langsung minta bersihin sama mbak-mbaknya dan mandi," kata gue sambil jalan ke tempat tidur. "Kamu udah kelar ngobrol-ngobrol sama sepupu-sepupu aku?"
"Pada rese nyuruh aku masuk duluan. Katanya kalau kemaleman kamunya keburu tidur."
Wait—what?
"Harusnya tadi mandinya bareng aku," tambah dia sambil cengengesan.
"Josh, jangan mulai." Gue ketawa, dan dia gerak pelan, naroh kepalanya di paha gue—abis itu merem. "Mandi ya? Aku siapin deh airnya."
"Nanti dulu, bentar." Dia pegangin tangan gue, terus malah dia ciumin. "Masih capek, mau tiduran bentar. Kamu nggak pegel apa seharian berdiri pakai heels gitu?"
"Kan engga seharian juga," kata gue sambil ngelus jidatnya lembut pakai tangan gue yang bebas, yang nggak dia pegang. "Berapa jam doang sih. Lebih capek tangan aku yang gerak terus nyalamin orang-orang."
Joshua ketawa. "Aku ngerasa cuma nyebar tiga ratus undangan, kenapa yang dateng berasa dua ribu orang ya, Sayang?"
"Tiga ratus undangan kan tamu kita, Josh. Temen aku sama kamu. Aku pesennya 500 undangan. Yang dua ratus buat kolega orang tua kita."
"Oh, pantes tadi aku nggak kenal beberapa orang."
"Yea, but I'm so happy today," kata gue. "We finally ... belong to each other. Aku nggak nyangka aja sih kalau akhirnya kita bakal sampai di sini. Di titik ini."
"Apalagi aku yang udah panik mau mati rasanya waktu kamu marah besar gara-gara masalah Kim Minkyung."
"Lebay."
"Nggak, seriusan." Joshua duduk, dan kita hadap-hadapan. Gue buru-buru nunduk. Bahkan sampai hari ini, gue keberatan buat ngelihat matanya. Terlalu indah, terlalu cantik, menyesatkan, dan ... tulus. "Aku takut banget kalau kamu nggak mau dengerin aku waktu itu."
"Oke, oke, udah bahas itunya. Udah berlalu. Sekarang ... uhm." Gue mendadak gugup. Sadar kalau baru aja jadi istri orang dan—wow, ternyata pernikahan efeknya bakal sebesar ini buat hidup seseorang. "Mandi dulu sana."
"Emangnya mau ngapain?"
Gue ngangkat kepala dan kaget karena Josh udah dekeeet banget. Saking deketnya, gue bisa ngelihat bayangan gue di matanya. "Mau ... tidur."
"Hmm? Tidur? Tidur yang gimana?"
Wah. Parah. Pipi gue udah panas, pasti sekarang muka gue udah merah banget. Flirty Josh adalah salah satu kelemahan gue dan—yeah, kayaknya dia tahu persis.
Dia ketawa, abis itu nyium pipi gue lembut dan ngacak rambut gue yang masih basah abis keramas. "Masih lucu kalau malu," katanya. "Ya udah, tidur sana. Aku tau kamu capek. Yang itu ... uhm, masih bisa besok."
Untungnya, dia langsung lompat dari kasur sambil ngelepas kancing kemeja dan jalan ke kamar mandi.
Gue? Langsung lemes dan tiduran di atas kasur. Mau tidur beneran, tapi nggak bisa. Gue capek, for sure, tapi nggak tahu kenapa pengin banget ngobrol banyak hal sama Joshua Hong yang belum ada 24 jam jadi suami gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine 1.0 [✔]
FanfictionOneshot compilation, except; Mingyu - Love War Wonwoo - Lover Materials Seungcheol - Comfort Zone Joshua - KKN Zone I'm really sorry, because I think this book was written in a really bad way-no PUEBI, I mean (except for Comfort Zone and KKN Zone...