Gue bukan tipe orang yang mau repot-repot nutupin mood jelek dengan pura-pura senyum. Kadang bisa, sih, kalau terpaksa banget. Tapi hari ini gue nggak bisa. Gue ngerasa dibackstabbed aja sama Seungcheol. Kenapa dia nggak ngomong sama gue soal ini? Please, ini krusial—oh, satu lagi. Gue tipe orang yang kalau kesel atau marah kebanyakan diem.
"Nonton Insidious nggakpapa ya?" tanya Seungcheol yang baru aja balik dari konter tiket. Dia naroh tiket, dompet, hape di atas meja tempat gue nunggu. Gue cuma ngangguk singkat dan lanjutin main Candy Crush.
"Filmnya masih 15 menit lagi. Mau makan apa gitu nggak? Sekalian aku nuker tiket buat popcorn sama softdrink-nya," kata dia sambil nunjuk tiket free-snacknya.
"Aku habis makan sama minum cola tadi di subway."
"Ya udah, aku kesana dulu ya." Seungcheol ngambil tiket sama dompet doang buat nuker free snacks and drinks. Hapenya dia tinggal di atas meja. Gue liatin. Heol. Awas aja habis ini ada chat atau telpon masuk dari Nay—
Nayeon is calling...
Answer | IgnoreAstaga. Kenapa bad feeling selalu bener sih?! Untung Seungcheol bikin hapenya dalam mode hening kalau di kelas dan kayaknya dia lupa balikin lagi jadi bersuara. Jadi, nggak kedengeran lagu Red Flavor kayak tadi pagi. Gue pura-pura nggak denger aja deh—balik main Candy Crush.
Nggak lama kemudian Seungcheol balik, naroh dua boks popcorn ukuran medium sama dua softdrink. Gue ngelirik sebentar, liat dia ngecek hape.
"Nayeon nelpon atau misscall ini tadi?" tanya dia sambil ngeliatin gue yang lagi pura-pura nggak ngerti apa-apa.
"Hah? Enggak tau, aku lagi main Candy Crush," bohong gue. Sorry, gue males sumpah, hehe.
"Bentar ya, aku telpon balik dulu," kata Seungcheol sambil ngangkat hapenya ke telinga. Bodo amat, gue nggak mau denger mereka ngomong apa. Gue masih main Candy Crush.
Ajaibnya, gue bener-bener nggak denger mereka ngomong apa. Bukan karena Seungcheol bisik-bisik, tapi karena gue niat buat nggak dengerin dan menyibukkan diri gaming. Tiba-tiba aja gue denger kalo Studio 4—tempat gue bakal nonton, udah dibuka. Gue naroh hape di saku celana dan ngambil satu boks popcorn sama softdrink.
"Hei, tungguin dong," kata Seungcheol yang nggak lama kemudian udah di samping gue. "Ih, jangan bete terus, dibilangin kan tadi."
Gue diem aja sampe di pintu studio. Nungguin dia ngasih tiket ke mbak-mbak yang jaga, terus baru masuk. Dia pilih seat di tengah-tengah yang emang pas banget. Gue duduk di sebelah kiri dia, naroh popcorn dan softdrink. Gue baru mau ngiket rambut pas tangan Seungcheol udah di kepala gue—ngalus.
"Nggak usah diiket, lebih cantik gini," kata dia sambil senyum. Tangannya ngambil iket rambut gue, dia simpen di saku jaketnya, terus ngelus rambut gue lagi. Untung seat belakang gue masih kosong, malu jir. "Cantik lagi kalo senyum, Sayang."
Gue cuma senyum tipis. Anjir lah, mood gue emang susah banget ya dikontrol. Masa udah dialusin gini gue enggak luluh-luluh. Haduh.
Enggak lama kemudian, lampu bioskopnya mulai mati karena filmnya udah mau mulai. Gue sebenernya suka film horor karena seru aja nontonnya. Pasti banyak teriak-teriak gitu. Tapi dengan mood kayak gini, astaga... Maafin gue, ganteng.
__________
"Makan dulu nggak? Laper kan habis jejeritan di dalem?" tanya Seungcheol begitu keluar dari gedung bioskop—tangan kirinya gandeng gue.
"Enggak usah," kata gue. "Pulang aja, aku capek."
Gue tau dia rada keberatan. Gue tau dia laper banget pasti karena kelar kelas langsung jemput gue di Subway dan bawa gue kesini. Tapi gue nggak mau kelamaan sama dia dengan mood kayak gini. Gue nggak mau makin ngeselin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine 1.0 [✔]
FanfictionOneshot compilation, except; Mingyu - Love War Wonwoo - Lover Materials Seungcheol - Comfort Zone Joshua - KKN Zone I'm really sorry, because I think this book was written in a really bad way-no PUEBI, I mean (except for Comfort Zone and KKN Zone...