Tujuh Belas

1.1K 76 0
                                        

Keesokan harinya seperti biasa. Tidak ada yang penting. Sekolah berjalan seperti biasanya, Yoo In membolos dan pergi keatas sekolah. Pertama, dia pikir Jungkook tidak mungkin ada disekolah tapi pada saat dia membuka pintu atap sekolah, dia melihat Jungkook sedang tertidur dilantai dengan tangannya menutupi matanya. Dia tersenyum. "Jeon Jungkook, Bukannya kau ada kelas sekarang?" Jungkook tersenyum kepadanya. Dia benar-benar merindukan waktu bersamanya. Jungkook duduk. "Dan bukannya kau juga mempunyai kelas ?" Jungkook memberikan pertanyaan itu kembali kepadanya. Dia tertawa dan duduk disamping Jungkook. "Aku membolos." Katanya sambil menutup matanya dan bersender di dinding. Dia menghela napas. Jungkook mengikutinya bersender di dinding. "Terima kasih untuk kemarin." Katanya. Tiba-tiba Jungkook memegang tangan Yoo In, membuat dia sedikit terkejut. Dia terlihat aneh. "Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia dan kau harus mengingat itu, Okey." Yoo In berkedip dan mengangguk. 'kenapa dia bilang seperti itu kepadaku?' pikir Yoo In. Dia hanya tersenyum. Kemudian Jungkook menyenderkan kepalanya di bahu Yoo In. Jantungnya berdetak kencang. Ini pertama kalinya dia berdua dengan pria yang dimana pria itu menyenderkan kepalanya dibahunya. Ini pertama kalinya didalam hidupnya. Matanya tertuju ketangannya yang ternyata sedang digenggam oleh Jungkook. Ketika melihat itu, dia tersenyum seperti orang bodoh. Mereka ada diposisi seperti itu dalam waktu yang cukup lama hingga bahu Yoo In keram. Kemudian dia melihat Jungkook. Dia tertidur tapi Yoo In tidak mau membangunkannya. Dia memindahkan bahunya pelan-pelan. Jungkook tiba-tiba bergerak sedikit, membuat dia kaget. Dan dia menyenderkan bahunya kembali. Yoo In menghela napas lega. Masih dalam di posisi yang sama. Kemudian dia merasa mengantuk jadi dia menyenderkan kepalanya di atas kepala Jungkook dan akhirnya tertidur juga.

Setelah beberapa saat, Yoo In merasakan kepala Jungkook bergerak jadi dia terbangun. Matanya masih setengah tertutup ketika dia melihat Jungkook sedang menyeka matanya. Dia melihat ke jam tangannya. "Oh, Sekolah sudah selesai. Kita harus segera kembali." Kata Jungkook sambil menguap dengan lucu. Yoo In tersenyum melihat tingkah Jungkook lalu dia berdiri. Dia menolong Jungkook untuk bangun dan kemudian kembali ke kelas masing-masing untuk mengambil tasnya. Kelas mereka tidak terlalu jauh satu sama lain. Jadi setelah Jungkook mengambil tasnya, dia dengan cepat langsung menuju kelas Yoo In dan menunggunya. Yoo In tersenyum kepada Jungkook. "Kau tidak perlu melakukan itu. Aku bisa pulang sendiri." Kata Yoo In sambil berlalu. Jungkook tersenyum dan mengikutinya dari belakang. Kemudian dia menggenggam tangan Yoo In dan berjalan sambil bergandengan. Yoo In tidak merasa nyaman karena semua orang melihat kearah mereka. Beberapa orang membicarakan mereka. Dia memandang sinis ke perempuan yang melihat jijik kearah mereka. Perempuan itu tersenyum dan berjalan sambil mengangkat dagunya. 'Kau akan mendapatkan pelajaran nanti.' Yoo In tersenyum sambil memikirkan tentang rencana jahatnya. Setelah dia memiliki rencana, dia tersenyum jahat. "Kenapa kau tersenyum? Kau menakutkan." Kata Jungkook. "Eh? Um, Tidak ada apa-apa." Katanya dan berjalan kembali. Di tengah perjalanan menuju ke rumah Yoo In. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. Jungkook menabrak belakangnya. "Bukannya kau ada jadwal? Kau harus pergi." Dia mendorong Jungkook kearah yang berlawanan. "Tidak, aku tidak mau meninggalkan kau sendirian karena bisa saja seseorang akan menculikmu atau berkelahi denganmu. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi." Katanya. Yoo In memutarkan matanya. "Jungkook, tidak apa-apa. Disamping itu, aku harus bekerja sekarang kafe Se Ra Eonni tidak jauh dari sini." Jungkook agak ragu awalnya. Dia benar-benar khawatir dengan Yoo In. Yoo In menggenggam tangan Jungkook dan mengangguk, maksudnya dia akan baik-baik saja. Jungkook menghela napas. "Baiklah~ tapi kau harus janji, tidak akan berkelahi lagi. Aku mencintaimu." Dia mencium kening Yoo in dan menunggu balasan dari Yoo In. "Yeah~Aku harus pergi." Ketika dia hendak pergi, Jungkook menahan tangannya. "Tidak mau membalas 'Aku mencintaimu'?" Tanya Jungkook. Yoo In berbalik. Dia tidak mau mengucapkan 3 kata itu. Itu sangat sulit untuk di ucapkan. Dia takut kalau dia mengucapkan 3 kata itu, Jungkook akan benar menganggapnya serius dan setelah dia pergi, Jungkook akan tambah sangat kecewa. Dia tidak ingin semua itu terjadi. Dia tidak ingin Jungkook bersedih. Hanya itu kekuatannya. "Yoo In?!" Jungkook memanggilnya. Yoo In terkejut dan kembali sadar. "Oh, aku harus pergi sekarang, Bye." Dia berlari dengan cepat sebelum Jungkook dapat menangkapnya. Jungkook menghela napas. 'mungkin dia masih belum bisa mencintaiku. Atau hanya aku saja yang tidak bisa menerima kalau kita hanya berpura-pura.'

Ketika Yoo In tiba di kafe, dia terkejut. Dia melihat Oppa nya sedang berbicara dengan Se Ra. Sangat dekat. Dia menghampiri oppanya pelan-pelan dengan ekspresi muka yang terkejut. "O-oppa? Apa yang kau lakukan disini?" Woo In membalikan kepalanya dan dia benar-benar terkejut dengan kehadiran adiknya. "Y-yoo In!" Dia tergagap. Se Ra terlihat terkejut juga tapi dia akhirnya meninggalkan mereka berdua dan kembali ke meja kasir. "Apa yang kau lakukan disini?" Yoo In melihatnya dengan pandangan mencurigakan. Dia tau kalau Woo In sedang menyembunyikan sesuatu tapi dia tidak tau apa itu. "Seharusnya aku yang menanyakan pertanyaan itu kepadamu." Dia menaikan alisnya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Yoo In duduk dan bersender di bangku. "Aku bekerja disini." Katanya sambil meminum kopi oppa nya. "Kau bekerja disini?! Kenapa kau tidak bilang kepadaku?" Katanya. Tiba-tiba matanya melihat kesekeliling. Yoo In memutar matanya merasa terganggu. "Aku baru ingin memberitahu kalian kemarin tapi aku lupa. Maaf~" Dia tersenyum kecil. Woo In menghela napas lega. 'Aish anak ini.' Pikir Woo In "Oppa?" panggilnya. Woo In melihat keadiknya dengan tatapan yang bingung. "Apa kau berkencan dengan Se Ra?" Woo In tersedak kopi yang sedang dia minum. Yoo In memberikan dia tissue. "apa yang membuatmu berkata seperti itu?" kata Woo In. Yoo In menjadi kesal karena Oppa nya selalu saja berbohong kepadanya. Pertama, Woo In bilang kalau dia akan berlibur dengan temannya ke US tapi setelah 5 tahun dia baru kembali dan baru memberitahunya kalau dia belajar disana. Yoo In menatap sinis ke oppanya. "Okey baik, akan aku beritahu." Dia melihat kearah Oppanya dengan tatapan bosan. "aku mencoba berteman dengannya karena a-aku su-suka padanya." Woo In menunduk. Yoo In benar-benar kaget hingga mulutnya terbuka. 'Apa yang coba dia lakukan?' pikir Yoo In. Kata-kata yang keluar dari mulut Yoo In. "Kau tau apa~ Kau hanya membuang-buang waktu ku. Aku harus bekerja dan kau pun harus bekerja juga bukan? Waktu makan siang sudah hampir habis. Sekarang huss huss." Yoo In mengusir oppanya dan mendorongnya keluar kafe. Woo In mengeluh. "Tch! Apa dia adik yang baik" Katanya dengan kesal sambil dia masuk kedalam mobil dan mulai menyetir. Yoo In memutarkan matanya sekali lagi dan masuk kedalam kafe. Kemudian dia masuk kedalam dapur dan bertemu dengan Se Ra. "Sekarang apa yang harus aku lakukan?" Tanya Yoo In. Se Ra tersenyum dan memberikan celemek hitam dengan garis merah. Yoo In mengenakannya. "Sekarang apa?" Tanyanya lagi. Se Ra hanya tersenyum dan menuntunnya ke meja kasir. "Kau akan melayani tamu yang datang ke kasir. Aku akan mengajarimu sekarang." Kata Se Ra sambil mengajarkan bagai mana menggunakan mesin kasir dan melayani tamu. Ketika dia selesai mengajari Yoo In, kemudian dia kemali kedapur dan membiarkan Yoo In bertugas.

"Wah, Hari yang panjang, Huh?" kata Yoo In sambil memijar bahunya. "Apa kau lelah?" kata Se Ra sambil membersihkan meja. "Apa aku terlihat lelah?" Katanya dengan nada yang sedikit sinis. "Se Ra hanya tersenyum. Dia mengerti Yoo In dengan Baik. Dia tau kalau Yoo In itu anak yang keras kepala tapi didalam hatinya Yoo In sangat baik dan perempuan yang kuat. Kemudian Yoo In menaruh kepalanya di tangan diatas meja. Dia benar-benar lelah. Kemudian seseorang datang. "Kafenya sudah tutup!" Katanya tapi kemudian dia tidak mendengar suara apa-apa lagi. 'Aneh' Tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki tapi tiba-tiba suaranya lenyap. Dia melihat keatas dan meliat seorang pria. Dia terkejut dan terdiam.

.

.

Bersambung

.

.

I NEED YOU - BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang