Empat Puluh Dua

671 45 0
                                        

Setelah menunggu beberapa saat, Min Go sampai. Mereka memberikan salam dan mulai menyelinap keluar dari tangga darurat. Berjalan lurus ke klinik Min Go. Min Go mengunci pintunya dan menutup tirai, jadi tidak ada satu orang pun yang akan melihat mereka. Mereka duduk dan memulai pembicaraan

"Aku pikir kau tidak akan memberitau siapa siapa tentang ini." Kata Min Go setelah dia melihat Dae Joon di samping Yoo In. Yoo In tersenyum. "Dia bisa dipercaya, kecuali kalau dia ingin dibunuh olehku." Tatap sinis Yoo In ke Dae Joon yang sedang tersenyum kearahnya. Min Go pun tertawa. Yoo In merasa detak jantungnya berdetak dengan cepat. Min Go pun sudah berubah menjadi serius. Yoo In dan Dae Joon melihat satu sama lain. Tangan Yoo In berkeringat sangat banyak. Dae Joon menggenggam tangan Yoo In dan menenangkan Yoo In. Mon Go mengeluarkan beberapa kertas dan membacakannya ke Yoo In sebelum diserahkan ke Yoo In. Yoo In mengambil kertas itu dan membacanya dengan pelan. Menganalisa setiap kata demi kata satu per satu dan ketika itu airmatanya mulai keluar. Yoo In melihat ke Min Go. Min Go pun mengangguk.

Setelah bertemu dengan Min Go, Yoo In dan Dae Joon kembali ke kafe tempat mereka bertemu tadi. Duduk di meja yang sama. Dae Joon sedang memesan minuman ketika itu Yoo In sedang melamun. Melihat salju yang sedang berjatuhan dari langit. Tidak ada ekspresi apa apa. Dia tidak tau juga dia bisa melewati natal tahun ini atau tidak.

Flashback

"Jadi, kurang dari 5 bulan? Kata Yoo In. Min Go dengan pelan mengangguk kepadanya. Air mata mulai jatuh di pipinya. Ini adalah kanker stadium 4. Stadium akhir. Yah ini adalah kanker otak. Dae Joon mengusap punggung Yoo In. "Apa tidak ada cara untuk mengobatinya?" Tanya Dae Joon. Min Go mengelengkan kepalanya. "Ini sudah terlambat. Kanker itu sudah menyebar." Ujar Min Go. Yoo In menarik napas panjang. Dia tidak tau harus melakukan apa lagi. 5 Bulan lagi atau kurang dari itu. "Maafkan aku Yoo In." Min Go meminta maaf ke Yoo In. Yoo In menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak apa apa. Ini bukan salahmu." Yoo In berdiri dan meninggal kan tempat Min Go. Dae Joon berterima kasih ke Min Go dan mengikuti Yoo In.

Yoo In sedang berjalan di lorong. Tidak ada orang disana. Yah, jam berkunjung berhenti seketika dan ini akan kembali lagi. Dae Joon mengikuti dibelakang Yoo In. Pelan . Yoo In mulai menangis. Kemudian dia mulai berlutut. Dae Joon dengan cepat menghampirinya. Aku sekarat, Dae Joon." Kata itu seperti menusuk di jantung Dae Joon. Dae Joon tidak tahan melihat perempuan yang dia cintai menangis seperti itu. Dae Joon memeluk Yoo In dengan erat. Yoo In menangis sejadi jadinya. "Aku sekarat~ kenapa ini terjadi kepadaku?" Yoo In menangis. Dae Joon mengusap punggung Yoo In. "sshhh, Ayo, kita pergi ke kafe tadi. Kau membutuhkan ketenangan sekarang." Kata Dae Joon sambil membantu Yoo In berdiri. Kaki Yoo In benar benar lemas jadi Dae Joon harus membantu Yoo In untuk menstabilkan jalannya. Dan mereka pergi ke kafe.

Flasback selesai

"Yoo In~" Dae Joon sudah berulang kali memanggilnya. Yoo In terkejut dan melihat kearah Dae Joon. Dae Joon sudah membawa gelas hot cappuccino untuknya. Yoo In tersenyum dengan lemah dan mulai menatap cappucinonya dengan tatapan kosong. "apa kau baik baik saja?" Tanya Dae Joon. Yoo In mengangguk dan tersenyum ke Dae Joon. "Jangan khawatir. Aku tau kau sanggup menghadapi semua ini." Dae Joon mencoba menenangkan Yoo In. Air mata mulai turun kembali di pipi Yoo In. "Aku tidak sekuat itu Dae Joon. Aku sekarat." Dia bergumam sambil menangis. Yoo In menyeka air mata yang ada di pipinya. "Tidak, Yoo In. Kau cukup kuat. Jangan berfikir kalau kau sekarat. Pikirkan tentang keluargamu. BTS. Teman dan aku. Kau bilang kau ingin membuat mereka bahagia tapi kalau dilihat dari kondisimu sekarang, kau pikir kau bisa melakukannya? Kau pikir mereka akan bahagia melihatmu menangis seperti ini? Kau pikir aku suka melihatmu menangis seperti ini? Tidak Yoo In. Jika aku bisa mengganti kenyataan yang ada di dunia ini, aku ingin mengganti kenyataan kalau kau sakit. Biarkan sakit itu dipindahkan ke diriku saja. tapi tidak. Sakit itu bukan punyaku melainkan punyamu. Sekarang beritau aku apa kau akan melakukan apa yang barusan aku katakan?" Ujar Dae Joon. Yoo In terdiam dengan kata kata Dae Joon. Yoo In tidak pernah berfikir kalau Dae Joon seberani itu. Yoo In memeluk Dae Joon. "aku akan mencoba yang terbaik." Ucap Yoo In. Dae Joon tersenyum dan memeluknya balik.

Waktu berjalan dengan cepat. Dae Joon mengantar Yoo In pulang karena takut kalau Yoo In akan melakukan hal yang bodoh. Yah, Yoo In sangat bisa melakukan apapun tanpa ada satu orang pun yang bisa menghentikannya. Ketika mereka sampai, Dae Joon langsung berpamitan dan langsung pulang kerumahnya. Yoo In menutup pintunya. "Dirumah sendiri lagi." Ucapnya. Ini masih terlalu dini jadi dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Kata Yoo In. Yoo In naik ke atas dan mandi air hangat lagi Dia berdiam di bak mandi sangat lama. Melihat ke dinding dengan tatapan kosong. Kemudian dia keluar dan menggunakan baju. Baju simple. Legging dan sweater yang kebesaran karena di luar masih dingin. Yoo In duduk di sofa. Melihat ke TV. Tidak berniat menyalakan TV. Kemudian dia mengingat kertas yang tadi dia lihat. "Kurang dari 5 bulan untuk hidup." Gumamnya. Yoo In membutuhkan rencana jadi dia bisa membuat orang di sekelilingnya bahagia. Yoo In melihat sekeliling dan mendapatkan ide. "karena ini masih terlalu dini, mari mulai dengan Kim Seok Jin." Yoo In mengambil handphonenya dan meneleponnya.

"Kim Seok Jin, Aku tidak mau mendengar suaramu atau apapun. Sekarang cepat datang kerumahku. Sendiri atau aku akan membunuh diriku sendiri."

Dengan cepat Yoo In langsung menutup teleponnya sebelum Jin sempat mengucapkan apa apa. Setelah 30 menit menunggu. Jin tiba. Jin menekan bell. Yoo In membuka pintunya. "Kau terlambat" Kata Yoo In. Melihat Jin dengan seksama. "Maaf kan aku. Aku membuat ribuan alasan untuk mendapat izin datang kesini tau." Protes Jin. Yoo In tersenyum kepadanya. "Awh, kasihan. Ayo masuk." Yoo In mengundang Jin masuk dan duduk di sofa. "Ada apa dengan popcorn dan keripik? Oh, selimut juga?" Tanya Jin ketika dia duduk disamping Yoo In. "aku hanya ingin menonton film denganmu. Ayo kita masuk kedalam selimut sekarang." Jin mengangkat bahunya dan dengan cepat masuk kedalam selimut.

Mereka tertawa ketika adegan yang lucu, sangat senang ketika memakan popcorn. Dan setelah itu adegan ciuman, mereka tetap terdiam dan menontonnya dengan canggung. Jin melirik sedikit kearah Yoo In. begitu juga Yoo In. Tubuh mereka sangat dekat kalau di pikir pikir. Kemudian Yoo In mematikan filmnya. "Kenapa kau mematikannya?" Protes Jin. Jin mau menontonnya sampai selesai. "kenapa? Ini kan TV ku, jadi terserah mau ku matikan atau tidak." Omel Yoo In ketika itu sambil berdiri tapi Jin menggenggam pergelangan tangan Yoo In dan menariknya. Membuat Yoo In terjatuh di sofa sambil tiduran. Jin dengan pelan mulai menurunkan kepalanya dan menatap ke Yoo In dan mulai mencium bibir Yoo In. Seperti adegan di TV tadi. Yoo In mencium Jin balik. Dengan pelan Yoo In mulai merangkul leher Jin dan mencium Jin dengan penuh gairah. Jin melepaskan ciuman itu dan mereka mengambil napas. Mereka saling menatap satu sama lain. "Jadi kau menginginkan ciuman itu? Itu alasannya kenapa kau marah ketika aku mulai mematikannya?" Gumam Yoo In. Jin tersenyum malu malu ke arah Yoo In dan melanjutkan ciuman itu lagi ke Yoo In. Sampai Yoo In tersadar kalau sepasang tangan mulai mencoba membuka bra nya. Yoo In meremas baju Jin, memberikan tanda untuk menghentikan apa yang sedang dia lakukan tapi di satu sisi Yoo In tidak ingin melepaskan ciuman itu. Jin terlalu sibuk untuk melepaskan bra Yoo In sampai dia tidak sengaja menggigit bibir bawah Yoo In. Yoo In meringis sedikit. Darah mulai keluar dari bibir Yoo In. "Ah~ Maafkan aku." Jin meminta maaf ke Yoo In. Yoo In menyentuh bibirnya dan melihat darah di bibirnya. "Tidak~ Tidak apa-apa. " Kemudian mereka terbangun. Jin melihat kearahnya. "Serius, Yoo In. Aku benar benar minta maaf. A-aku..." Yoo In memotong kata katanya. "Aku bilang tidak apa apa. Aku baik baik saja." Kata Yoo In. Jin merasa bersalah kepada Yoo In jadi dia menurunkan kepalanya lagi dan menghisap darah yang ada di bibir Yoo In. Kemudian dia melepaskannya. "aku harap itu akan membuat bibirmu lebih baik." Kata Jin. Yoo In tertawa kearahnya dan melihat ke jam. "Oh, ini hampir waktunya. Kau harus kembali sekarang. Ini hampir malam. Para member pasti akan mencurigaimu." Kata Yoo In sambil berdiri dan menuju ke pintu. "Okay dan aku minta maaf sekali lagi karena bibirmu. Terima kasih Yoo In." Jin mencium tangam Yoo In dan pamit. Yoo In menutup pintunya dan membersihkan ruang tamu.

Yoo In naik ke kamarnya, mandi dan menggunakan piyamanya. Kemudian dia kebawah lagi sambil menunggu keluarganya datang. Dia terus mengingat apa yang baru saja terjadi. 'Aku tidak pernah perfikir akan berakhir seperti ini. Aku sudah seperti seorang playgirl.' Pikirnya sambil menarik napas dalam. Yoo In merebahkan tubuhnya di sofa. Dia merasa matanya sangat berat dan lalu dia tertidur.

.

.

Bersambung

I NEED YOU - BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang