Tiga Puluh Satu

813 45 0
                                        

Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasanya. Yoo In dan Jungkook pergi kesekolah. Atap sekolah. Belajar. Bekerja. BTS masih sibuk melakukan promosi untuk lagu baru mereka. Mereka kembali dari panggung ke ruang latihan. Terlalu sibuk.

Yoo In memutuskan untuk tidak bekerja hari ini. Dia ingin membuat kejutan untuk Eomma dan Appa nya karena hari anniversary pernikahan mereka. Dia sudah memberitahu SeRa kalau dia tidak bisa datang ke kafe hari ini. Dia kembali kerumah. Sendiri. Tidak ada siapapun. Dia masuk kedalam kamarnya, mandi setelah itu dia kembali ke dapur. "apa yang harus aku masak? Tch! Masak?! Aku bahkan tidak tau bagaimana cara memasak!" Ucapnya. Dia membuka kulkas dan melihat banyak bahan makanan disana tapi dia tidak tau bagaimana cara memasak. Dia menghela napas dan melihat ke handphonenya. "Apa aku harus memanggil Jin? Tapi kalau aku memanggilnya, yang lain pasti akan mengikutinya dan pasti akan menjadi ramai" Dia terus berfikir bagaimana caranya hanya memanggil Jin sendiri untuk datang kerumahnya. Sendiri. Lalu munculnya ide. Dia tersenyum licik sambil mengambil handphonenya dan menekan nomor telepon Jin. Dia menutup speaker teleponnya dengan handuk jadi suaranya tidak akan dikenali oleh Jin.

["iya, Yoo In~"]

"haha, Yoo In? dia sedang bersamaku sekarang"

["Y-yah! Siapa kau?"]

"Itu tidak penting, Datang kerumahnya secepat mungkin, SENDIRI, Tidak bersama dengan membermu. Atau aku akan membunuhnya."

["Okey, okey. Aku datang. Jangan sakiti dia."]

Dia menutup teleponnya dan tertawa terbahak-bahak. "Aigoo~~" katanya kearah handphonenya dan kembali tertawa lagi.

10 menit kemudian, Jin datang. Dia mendobrak masuk kedalam rumah Yoo In dengan kasar. Yoo In terkejut dan lalu pergi kedepan dengan membawa pisau. "Y-yoo I-in!" Jin tergagap. Yoo In melihat pisau ditangan kanannya. Dengan cepat dia menaruk kembali pisaunya di counter. Jin lalu berlari ke Yoo In dan memeluknya dengan erat. "Yoo In, apa kau baik-baik saja? mereka tidak menyakitimukan? Gosh, aku benar-benar khawatir denganmu." Dia melepaskan pelukannya den memegang wajahnya. "Aigoo, aku hanya membohongimu Jin." Dia tertawa. Jin menatapnya dengan kosong. "Kau mengerjaiku?" Tanya Jin. Yoo In mengangguk dan tertawa terbahak-bahak. Tertidur dilantai sambil memegang perutnya. "yah! Bagaimana kau?!" dia duduk dan mulai menggelitik Yoo In. "Omo! Jin! Hentikan! Aku geli!" Dia menangis. Jin berhenti menggelitik Yoo In dan mereka terbaring di lantai. Terengah-engah. "aku rasa jebakanku berhasil huh?" Yoo In tersenyum manis kearah Jin. Jin melotot kearah Yoo In. "Apa kau tau betapa khawatirnya aku tentang kau? Aigoo" Kata Jin merengek. "Kenapa kau meneleponku tadi?" Yoo In berdiri dan mengulurkan tangan membantu Jin berdiri. Kemudian mereka menuju ke dapur.

"Kenapa ini sangat berantakan?" Yoo In tersenyum tanpa dosa kearah Jin. "Lihat, hari ini adalah ulang tahun pernikahan orang tuaku. Jadi aku ingin memasak sesuatu tapi hal yang paling penting adalah...Aku tidak bisa memasak atau tau bagaimana cara memasak. Dan karena aku tau kau hebat dalam hal memasak, maka aku meneleponmu. Tapi jika aku meneleponmu seperti biasa, BTS akan datang juga dan semuanya akan berantakan makanya aku menjebakmu. Maaf." Jelas Yoo In. Jin tersenyum kearah Yoo In dan mengangguk. Dia menghela napas. "baiklah kalau begitu. Ayo kita masak rebusan korea." Kata Jin. Mata Yoo In berbinar, tau kalau jin akan membantunya.

Jin menaruh semua bahan-bahan kedalam panic sambil Yoo In mengaduknya jadi ini akan matang lebih cepat. Dia mengaduknya sambil bermain-main. Tidak berkonsentrasi. "Yah! Bukan seperti itu. Lihat." Jin memegang tangan Yoo In dari belakang, terlihat seperti memeluk dari belakang. Yoo In terdiam kaku. Jin mengaduknya memutar sambil menggenggam tangan Yoo In. "Kau harus memutarnya seperti ini." Kata Jin. Yoo In mengangguk. Hatinya berdetak kencang. Kemudian dia merasa kalau tangannya berhenti mengaduk rebusan. Dia melihat kebelakang dan wajah mereka jaraknya hanya beberapa centi meter. Kemudian mereka saling menatap satu sama lain untuk beberapa saat. Jin pelan pelan menunduk untuk mencium Yoo In. Dan mereka melakukannya. Yoo In mulai mencium balik Jin. Ciuman itu berlangsung cukup lama. Jin menciumnya hingga turun ke leher Yoo In. Yoo In pelan memejamkan matanya. Dia kemudian menatap Jin dan mulai mencium nya kembali. Dia menyadari kalau ini adalah ciuman yang dia inginkan bahkan ingin lebih. Tangan Yoo In mulai memegang sendok. Tapi sayangnya, tangannya menyentuh panic panas. "ouch!" Yoo in melepaskan ciumannya dan merengek. Jin Terkejut. Dia menutup pancinya dan melihat ke tangan Yoo In. Tangan Yoo In mulai memerah. "Omg, maaf. Biarku obati. Dimana perlengkapan obat?" Yoo In menunjuk laci atas. Jin membuka laci atas dan mengambil perlengkapan obat-obatan. Yoo In duduk di counter sambil Jin duduk disebelahnya. "Tanganmu, please." Yoo In mengulurkan tangannya. Jin memberikan obat oles untuk lukanya. "Ouch! Pelan-pelan~" dia merintih. Jin tersenyum sambil sedikit tertawa kepada Yoo In. "Aku minta maaf." Ucapnya. Yoo In menggigit bibir bawahnya. "Tidak, aku yang seharusnya meminta maaf." Yoo In menunduk. Jin mengangat wajah Yoo In dan menatapnya. "Tidak perlu. Um, hanya lupakan saja yang sudah terjadi. Aku pikir rebusan kita sudah matang." Dia berdiri tapi kemudian handphonenya berbunyi. . Dia mengangkatnya. "Oh, J-Hope, Yeah, aku tau. Tidak. Aku baik baik saja. Aku akan segera kembali. Yeah yeah. Okey. Bye" Dia menutup teleponnya. "Kau harus kembali kan?" Jin melihat kebelakang kearah Yoo In dan tersenyum. Yoo In berdiri dan menghampiri Jin. "pergilah kalau begitu. Aku akan baik-baik saja. terima kasih atas bantuanmu." Jin menatap lurus kearah mata Yoo In. "Apa kau yakin?" Yoo In mengangguk. Jin kemudian mencium pipi Yoo In dan mengelus kepalanya dan berjalan lurus menuju ke pintu. Yoo In menghela napas. "apa yang terjadi kepadaku?" Gumamnya. Dia melihat kearah rebusannya dan mengaduknya sesekali. Dia menutup pancinya. Sekarang, semua yang dia perlukan hanyalah menunggu orang tuanya kembali.

Woo In dan Soo In kembali dari kerjanya lebih awal. "Yoo In~" Soo In mengetuk pintu kamar Yoo In. Yoo In bergumam ke Soo In. "Cepat, Eomma dan Appa akan segera tiba." Soo In lemudian turun kebawah dan menyiapkan makanan. Yoo In tetap berputar putar di depan cermin. Dia menggunakan baju terusan berwarna biru muda. Dia membiarkan rambutnya setengah di kepang. Seketika dia merasa puas, dia turun kebawah. "lihatlah tuan putri kecil kita. Kau terlihat sangat cantik~" Woo In memujinya. Yoo In memutarkan matanya. "terserah." Yoo In berlalu ke dapur. Dia melihat Soo In sedang menyiapkan makanan di atas meja makan. "Oh, Yoo In! apa kau memasak semua ini?" Tanya Soo In. Yoo In tersenyum malu. "sejak kapan kau bisa memasak seenak ini?" tanya Soo In. Mata Yoo In membesar. Pikirannya mulai mengingat kejadian ketika dia mencium Jin tadi. "Um..Aku..aku..aku mencari resepnya...yeah, aku mencari resepnya secara online." Katanya tergagap. Soo In melihatnya dengan penuh curiga tapi kemudian dia mengangkat bahunya tanda tidak perduli.

Ding Dong~~ Mereka melihat kearah pintu secara bersamaan. "Oh, mereka kembali." Yoo In membuka pintu dan memeluk mereka berdua. "Selamat ulang tahun pernihakan Eomma dan Appa." Kedua orang tuanya tiba tiba terdiam termenung melihat anaknya. Sangat cantik. Kemudian Soo In dan Woo In memeluk mereka juga. "Omo! Kalian semua sangat cantik dan tampan. Aku sangat senang." Nyonya Park memuji anaknya. "Awh, ayo, Yoo In memasak sesuatu yang spesial~" Ujar Soo In. Mereka kemudian menuju ke meja makan dan mulai menikmati makan malam bersama.

Setelah makan malam, orang tua mereka naik ke atas ke kamarnya dan mandi sambil mereka berganti baju tidur. Yoo In tidak turun kebawah setelah itu. Dia lebih memilih diam dikamarnya dan berbaring diatas kasurnya. Dia bilang dia lelah. Well, lelah berfikir. Pikirannya tidak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi siang besama Jin. 'Aku pasti sangat menginginkan ciuman belakangan ini.' Pikirnya sambil menggelengkan kepalanya.

.

.

Bersambung~~

.

.

I NEED YOU - BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang