Tiga Puluh Tujuh

693 42 3
                                        

Yoo In terbangun dengan perasaan aneh. Dia merasa ada seseorang yang sedang memeluknya. Yoo In membalikan kepalanya dan melihat Jungkook, tidur dengan tenang. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci saja. Yoo In tersenyum. 'Dia sangat menawan. Sempurna, tapi aku tidak pantas untuknya.' Pikir Yoo In. Senyum Yoo In menghilang. Dia ingin memindahkan tangan Jungkook tapi dia tidak ingin membangunkannya jadi dia membiarkan saja sampai selesai. Yoo In merasakan nafas Jungkook membelai hidung Yoo In. Tersenyum seperti orang bodoh. "Puas memandangiku?" Kata Jungkook tiba tiba. Membuat Yoo In terkejut. "Berapa lama kau terbangun?" Tanya Yoo In. Terkejut. "Katakan saja, aku tidak tidur." Kata Jungkook sambil tertawa kecil. Yoo In memukul dada Jungkook dan tertawa juga. Mereka menyadari kalau wajah mereka hanya beberapa inci saja. Mereka berhenti tertawa. Yoo In mengatupkan bibirnya. 'Tidak, tidak, tidak jangan mencium dia. Aku mohon jangan.' Pikir Yoo In tapi Yoo In sangat ingin mencium Junkook. Yoo In menggigit bibir bawahnya. Jungkook kemudian pelan pelan mulai menurunkan kepalanya dan mereka berciuman. Pikiran Yoo In terus menolak ciuman itu tapi tetap, dia mencium balik Jungkook. Ciuman itu menjadi sangat bergairah dan emosional. Penuh dengan emosional. Tangan Yoo In mulai menuju ke rambut Jungkook. Yoo In mendesah sedikit karena menikmatinya. Ketika itu, tangan Jungkook masuk kedalam baju Yoo In dan mengusap punggung Yoo In.

"Ya Tuhan!" Soo In menjatuhkan barangnya di lantai seketika Yoo In dan Jungkook menghentikan ciuman mereka. Jungkook dengan cepat bangun dan pindah ke tempat tidurnya. Yoo In berpura pura sedang membersihkan tenggorokannya. "Kalian melakukan itu dirumah sakit, kau tau maksudku?" Kata Soo In. Yoo In menundukan kepalanya sedangkan Jungkook merona sangat merah setelah apa yang terjadi. 'Aku bilang kepadamu untuk tidak menciumnya.' Pikirannya lagi. Yoo In mengumpat dalam diamnya. "Cuma...tunggu sampai kau dewasa jika kau mau...um, kau tau. Aku akan kembali nanti." Soo In dengan cepat keluar dari kamar dan kembali ke pekerjaannya. Yoo In dan Jungkook melihat satu sama lain. "Maaf" Kata Yoo In dan menutup dirinya dengan selimut. Jungkook tersipu malu dan wajahnya memerah. 'Apa yang tadi ingin kau lakukan Jungkook?! Bodoh!!' Pikir Jungkook. Jungkook melihat kearah Yoo In. Emosi yang berbeda. Tetawa. Bersalah. Ia tidak tau apa yang dia rasakan. Semuanya berantakan.

Keesokah harinya, Jungkook dan Yoo In sudah keluar dari rumah sakit tapi Yoo In tetap tidak bisa pergi kesekolah karena punggungnya masih butuh waktu untuk pemulihan. Jungkook memutuskan untuk datang ke rumah Yoo In tapi Eonnienya tidak memperbolehkannya.

Flashback

Jungkook sedang menelepon Soo In, meminta izin, bolehkah dia datang kerumah atau tidak.

["Iya~ Ada apa Jungkook?"]

"Um, Noona, bolehkah aku datang kerumah? Hanya mau menemani Yoo In."

["Um, Baikla..Apa?! Tidak!"]

"Kenapa?"

["Aku tidak mau adikku hamil di usia yang semuda ini."]

"Noona~~ Aku tidak akan melakukan itu, Okay?"

["Aku tidak perduli. Kau tau apa yang aku lihat kemarin itu...Ugh, sudahlah. Pokoknya kau tidak boleh datang"]

"Maaf kan aku, Noona~"

["Aigoo, maafkan aku juga, Jungkook. Aku tidak bermaksud untuk melukai perasaanmu tapi Yoo In membutuhkan banyak istirahat. Aku hanya khawatir tentang punggungnya."]

"Nah, tidak apa-apa Noona, Ini salahku juga. Aku hanya ingin menemaninya karena dia telah menyelamatkan hidupku ."

["Maaf, Kookie. Aku akan berbicara lagi denganmu nanti. Aku harus pergi sekarang. Bye~"]

"Okay, bye, Noona~"

Telepon selesai. Jungkook menghela napas dengan keras. 'Ini salahku.' Dia mengangkat tubuhnya dan menyesali apa yang sudah dia perbuat oleh Yoo In.

Flashback selesai.

Jungkook menghela napas. Dia kemudian melanjutkan latihannya dan penampilannya lagi.

Ketika itu Yoo in sedang terjebak dirumahnya dengan rasa bosan. Yoo In sedang tiduran di sofa dengan satu kakinya terangkat dan satunya di bawah. Kedua tangannya berada diantara kepalanya. Dia menghela napas. "Kenapa ini sangat membosankan?!" Serunya dengan keras. Dia bangun dengan keras dan punggungnya membuat suara seperti tulang yang pecah. Dia meringis. "Ow! Ow! Sial!" Yoo In memijat punggungnya dengan pelan. Kemudia dia teringat apa yang dikatakan oleh dokter. Penyakitnya. Dia tidak merasakan apa apa. Hanya merasakan kesedihan. Matanya mulai mengeluarkan airmata. Dan mulai jatuh di pipinya. Sekarang sudah tidak ada yang bisa dilakukan lagi. Hanya menunggu hingga dia mati. Dia menyeka air matanya. "kau bisa melakukannya ini. Kenapa? Karena kau adalah Park Yoo In. Kau kuat. Setidaknya membuat mereka bahagia sebelum kematianmu." Katanya. Yoo In kembali tiduran di sofa dan menangis selama mungkin hingga matanya seperti ingin keluar dan kemudian dia tertidur.

Setelah beberapa hari, punggung Yoo In sudah jauh lebih baik tapi penyakitnya tidak akan pergi darinya. Keluarganya tidak tau tentang ini. Hanya Yoo In dan Min Go. Terkadang dia pergi kerumah sakit untuk bertemu dengan Min Go dan menanyakan tentang penyakitnya. Semua jawabannya tidak ada yang memuaskan. Keluhnya. "Hey, apa yang kau pikirkan?." Jungkook menyadarkan Yoo In dari lamunannya. Yoo In tersenyum. Mereka berada di atas atap sekolah seperti biasa. "Tidak ada." Kata Yoo In. Jungkook menyenderkan kepalanya di bahu Yoo In dan menggenggam tangan Yoo In. Yoo In tersenyum melihat itu. Yoo In merasa sangat senang ketika dia bersama Jungkook atau BTS. "Kau mau datang ke dorm? Kami hari ini libur." Kata Jungkook. Ini sudah sangat lama Yoo In tidak datang mengunjungi mereka karena mereka sangat sibuk dengan promosi album mereka. "Tentu saja. Tapi aku bisa kesana malam hari karena aku harus membantu Se Ra Eonni di kafe." Jungkook bangun dan melihat kearah Yoo In. Jungkook pelan menurunkan kepalanya dan dengan cepat mengecup bibir Yoo In. Yoo In tersipu malu. "Aku mencintaimu~" Kata Jungkook. Menunggu jawaban dari Yoo In. Yoo In sedikit ragu. Yoo In menarik napas dalam dalam. "Aku juga mencintaimu, Kookie." Yoo In mengatakan itu sambil mencubit pipi Jungkook dengan keras. Jungkook cemberut. "Sakit, Yoo In-ah~~" Kata Jungkook. Mereka tertawa bersama. Kemudian mereka saling meledek satu sama lain hingga sekolah selesai.

Yoo In dan Jungkook menuju ke kafe SeRa. Berjalan berdampingan. Bergandengan. Jungkook sangat bahagia karena Yoo In akhirnya menerima dia tapi pertanyaannya, apakah Yoo In benar-benar menerima Jungkook dan siap untuk jatuh cinta atau hanya ingin membuat Jungkook bahagia dan tidak membuatnya marah?

.

.

Bersambung ~~

I NEED YOU - BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang