Yoo In berusaha untuk melepaskan diri tapi sayangnya cengkraman lelaki itu sangat kuat. Yoo In menyerah ketika mereka berjalan ke tempat yang sangat dikenali. 'Taman bermain?!' Mata Yoo In terbelalak. Yoo In melepaskan cengkraman lelaki itu dan mendorongnya. Yoo In ingin menendang lelaki itu tapi "Omo! Yoo In. maafkan aku. Aku tidak bermaksud menakutimu. Maaf" Mohon Jimin. Yoo In cemberut ke Jimin dan memukul bahu Jimin dengan keras. "Dasar kau brengsek! Tidak taukah kau kalau aku ketakutan sekarang. Aku pikir aku akan mati! Aish!" Teriak Yoo In. Yoo In mendengus. Jimin pun tertawa melihat reaksi Yoo In. "Apa yang lucu?" Tatap sinis Yoo In ke Jimin. Jimin tersenyum lebar ke Yoo In dan mendekat ke Yoo In. "Aku minta maaf, Okay?" Kata Jimin dengan nada yang menggoda. Yoo In menyipitkan matanya ke Jimin. "aku akan memaafkanmu tapi kau harus menjawabku." Kata Yoo In. Tiba tiba detak jantung Jimin menjadi cepat. Jimin mengangguk dengan enggan. "Apa yang ingin kau katakan waktu terakhir kali kita bersama?" Kau bilang kau tidak ingin menjadi temanku. Kau titik titik titik. Katakan apa yang maksud dari 'titik titik titik'." Tanya Yoo In. Menaikan alisnya ke Jimin. Jimin tiba tiba teringat kata kata itu. Jimin tiba tiba bingung. "A-aku t-tidak m-mengingat a-apa y-yang ingin k-ku katakan." Jawabnya tergagap. Yoo In melihat Jimin dengan penuh curiga. "Okay kalau begitu. Jika kau ingin berbohong kepadaku, lakukanlan. Aku tidak perduli." Kata Yoo In sambil berdiri dan membersihkan salju dari bajunya. Jimin melihatnya tidak percaya. Jimin kehabisan akal bagaimana Yoo In bisa tau kalau dia sedang berbohong. Jimin menghela napas. "Okay, Okay. Aku akan memberitaumu tapi kau harus ikut denganku. Kata Jimin. "Kemana?" Tanya Yoo In tapi Jimin mengabaikannya pertanyaan Yoo In dan membawaka ke suatu tempat.
Mereka tiba di rumah. Mereka masuk kedalam rumah itu. Semuanya putih. Tidak ada perabotan. Benar benar kosong. "Rumah siapa ini?" Tanya Yoo In. Rumah itu sangat menarik meskipun tidak ada perabotan di dalamnya. "Punyaku. Masuk, ayo ke atas." Yoo In cemberut ke Jimin ketika dia bilang 'Punyaku'. Sangat mencurigakan. Yoo In mengikuti Jimin ke atas. Mereka masuk kedalam sebuah kamar. Dikamar lain yang pintunya terbuka juga tidak ada perabotannya. Hanya satu kamar ini saja yang pintunya tertutup. Jimin membuka pintu itu dan mempersilahkan Yoo In untuk masuk. Kamar yang mereka masuki itu adalah kamar yang penuh dengan perabotan. Warna dindingnya di cat dengan warna biru terang. Meja rias. Kamar mandi dan tirai berwarna putih menutupi jendela. Menyenangkan bisa berada disana. Di luarpun salju turun. Jimin menyalakan lampu kecil di pojok ruangan. "Ini kamarmu? Wow, ini sangat bagus." Kata Yoo In sambil melihat kesekeliling kamar. 'Well, sekarang ini adalah kamar kita.' Pikir Jimin sambil tersenyum kearah Yoo In. Yoo In duduk di tempat tidur dan membuka sepatunya. Yoo In merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Ini sangat nyaman~~ Ayo kesini! Ya Tuhan~ ini sangat enak." Jimin menggelengkan kepalanya kearah Yoo In dan tersenyum. Jimin membuka sepatunya dan meletakannya di rak sepatu dekat pintu kamarnya. Jimin juga merebahkan tubuhnya di samping Yoo In. "Ini sangat nyaman kan? Ya Tuhan~" jelas Yoo In sambil memeluk Jimin seperti guling. Jimin merasa ada kupu kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Jimin tersenyum ke Yoo In. "Aku ingin menginap disini tapi aku harus pulang kerumah." Kata Yoo In dengan sedih dan masih sambil memeluk Jimin. "Awh, jangan pulang kerumah kalau begitu." Kata Jimin sambil mengedipkan mata nakal ke Yoo In. "Tapi bagaimana dengan sekolahku? Keluargaku akan membunuhku." Yoo In mendengus. Cemberut. "Jadi kau ingin meninggalkanku? Sekarang gantian Jimin yang cemberut. Mendapatkan serangan dan merasa bersalah. Yoo In menghela napas dengan berat. "Baiklah kalau begitu." Akhirnya Yoo In menyetujuinya sambil mereka berpelukan satu sama lain.
Lumayan lama ketika mereka memandangi langit langit kamarnya tanpa melakukan apa apa. Jimin melihat ke Yoo In. akhirnya Yoo In tertidur. Jimin memainkan rambut Yoo In dan mengusap rambut Yoo In. Memandangi wajah Yoo In Menghela napas. 'Andai saja kau adalah miliku.' Pikir Jimin. Jimin mengusap bibir Yoo In dengan tangannya. Lembut. Pelan pelan Jimin menurunkan kepalanya dan memberikan kecupan di bibir Yoo In. Kemudian Jimin memeluk Yoo In dengan sangat erat karena udara semakin dingin dan sambil bersembunyi di dalam selimut dan akhirnya tertidur ketika sedang memandangi Yoo In. Juga memikirkan tentang apa yang harus dia katakan ke Yoo In tentang pertanyaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
I NEED YOU - BTS
FanfictionPark Yoo In adalah seorang gadis yang dingin jadi semua orang disekolahnya takut dengan dia. Tapi apa yang akan terjadi nanti ketika dia bertemu dengan BTS? Apa yang akan terjadi ketika semua anggota BTS jatuh cinta kepadanya disaat yang bersamaan...