• Chapter Tiga

4.1K 172 4
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Hari senin biasanya hari terburuk bagi semua siswa, termaksud Irren, karena upacara dan amanat (atau yang biasa di sebut oleh Irren celotehan) dari kepala sekolah saat upacaralah yang membuat badan pegal-pegal, dan kaki hampir kram.

Hampir semua siswa di letakkan di UKS pagi ini, entahlah mereka mancari sensasi kepada kaum adam atau mereka hanya ingin tidur di kasur yang empuk dengan suhu adem. Sungguh tidak adilnya dunia ini.

Irren masih mendengarkan celotehan Bu Indri, selaku Kepala Sekolah SMA Sejahtera Bangsa. Celotehan mengenai berperilaku disiplin, sopan. Padahal ia sudah sering membicarakan hal ini, Irren bosan, kenapa hal itu terus yang dibicarakan. Tidak ada hal lain gitu?

"Sekian dari saya, kurang lebihnya mohon maaf, terima kasih, waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Ucapan akhir itu saja membuat hampir semua siswa lega dan ingin secepatnya kembali ke dalam kelas.

Tapi langkah mereka terhenti karena sesuatu.

"Sebentar, anak ibu mau ngomong sesuatu nih," ucap Bu Indri yang masih menggunakan mikrofon. Beruntung Irren masih ingin mendengarnya, tau gitu mending tadi ia seperti anak-anak yang ada di dalam UKS. Tidur-tiduran dan bebas.

"Ekhm," kini suara orang yang sangat Irren kenal, dia adalah Aldo.

"Gue berdiri disini, mau nyatain sesuatu ke seseorang yang gua cintai, namanya Airren Syakilla Febiola Alfero, cewek yang setahun ini dekat sama gue, walaupun sifatnya ya, rada-rada gitu, tapi ternyata rasa cinta gue udah berubah menjadi rasa sayang. Dan gue gak mau kehilangan lo, Irren"

Sahut-sahutan mulai terdengar, dan siulan juga terdengar, Irren merasakan colekan di lengannya.

"Lo suka ama dia?" tanya Arrel, Arrel rela berdempet-dempetan menuju barisan kelas Irren hanya demi menyanyakan hal itu.

Arrel sudah tau apa jawabannya.

Irren hanya mengedikkan bahunya.

"Kok lo gak tau sih?"

Irren hanya diam, seraya menatap Aldo yang masih berdiri di depan. Ia bingung, kenapa Aldo tidak malu?

"Ren, hmmm" Aldo nampak berfikir di sana "Ren, lo mau gak jadi pacar gue?"

"TERIMA!! TERIMA!!"

"TOLAK!! TOLAK!!"

Irren jadi bingung sendiri, ia tidak tau apa perasaannya, perasaannya masih dihantui oleh Drenan. Padahal, Drenan sudah tak ada lagi di dunia ini.

Irren keluar dari barisan, ia sangat mudah sekali keluar barisan itu, hanya dengan menatap tajam temannya, temannya itu langsung menyingkir dan memberikannya jalan.

Semua murid di SMA Sejahtera Bangsa, mengira kalau Irren akan menghampiri Aldo yang masih terdiam di depan menunggu jawaban.

Irren tidak kesana, justru Irren ke tempat dimana ia meminjam toak, pos satpam.

"Tapi Non Irren, nanti..." ucap Pak Tio, satpam terpercaya SMA dan SMP Sejahtera Bangsa.

"Sans." Irren mengambil alih toak itu, lalu ia masuk ke dalam sekolah dan menaiki tangga hingga lantai tiga, supaya semua warga sekolah mendengar jawabannya.

Semoga pilihan gue gak salah.

"Ekhmm," semua mencari-cari siapa pemilik suara itu, Irren memang sengaja tidak menampakkan wajahnya. Hanya suaranya saja yang cukup didengar.

"Gue mau bilang kalau gue..."

Yang dibawah pasti sudah tau siapa yang berbicara, jadi, buat apa ia menampakkan wajahnya?

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang