• Chapter Delapan Belas

1.7K 65 1
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

"Lo udah persiapin keperluan buat seminggu di Bali?"

"Udah dong."

Irren membalasnya dengan semangat, suara dehaman dari seberang sana membuat Irren khawatir dengan keadaan pacarnya.

"Lo sakit?"

Dehaman itu lagi yang terdengar.

"Gak kok."

Jawabannya selalu itu, kenapa tidak jujur saja kalau sedang sakit.

Lagi-lagi suara dehaman itu terdengar lebih kencang daripada sebelumnya. Bukan dehaman lagj namanya, batuk.

Sepertinya Rezla sedang batuk.

"Lo sakit, minum obat deh, terus istirahat buat lusa."

"Iya, makasih atas perhatiannya."

Jawaban Rezla membuat Irren tersenyum, ia khawatir karena suara parau Rezla.

"Lo istirahat gih, lagian udah malam ngapain ngajak teleponan." balas Irren seraya merapihkan tempat tidurnya.

"Iya, iya, love you."

Irren tersenyum lalu tertawa geli, "love you too."

Rezla terlebih dahulu memutuskan sambungan teleponnya.

Irren menatap langit yang penuh bintang lalu bergumam, "Tuhan, ku mohon, sembuhkan Rezla. Sembuhkan Rezla dari segala penyakitnya dan jauhkan dia dari segala penyakit yang di derita, semoga lusa dia sembuh dan dapat bersenang-senang di Bali. Amin."

°•°•°•°•°•°•°

"Sudah gak ada barang yang ketinggalan kan?" tanya Bu Trie, wali kelas Irren.

"Gak bu." jawab murid dengan serempak.

"Bu sebentar, Rezla belum datang." Irren tiba-tiba teringat pacarnya yang ia belum terlihat sama sekali batang hidungnya.

"Kita take in, lima belas menit lagi, kalau Rezla belum datang juga, terpaksa dia kita tinggal."

Irren takut, ia menggingit bibir bawahnya. Arrel dengan senang hati menenangkannya.

"Pasti dia ikut, palingan macet, pacarnya ikut masa dianya enggak. Entar yang jagain lo siapa, gue gitu? Gue mah ogah, mendingan jagain teman lo itu." Arrel jadi cengengesan sendiri dengan perkataannya.

"Lo suka sama Nilla dan Debby?" tanya Irren penasaran.

"Buset, maruk amat gue ngambil dua duanya."

"Terus siapa?"

"Opsi pertama." balas Arrel seraya melirik ke tempat dimana Nilla berada.

"Nilla?"

Arrel mengangguk dengan semangat.

"Tembak dong, entar keduluan orang lain."

"Ga perlu." jawab Arrel dengan santai.

"Hah? Apaan sih? Gue gak ngerti."

"She's my girlfriend."

"Wuihhhh, kenapa gak bilang-bilang?"

"Kenapa gue harus bilang? Pemilik hatinya kan gue, kenapa gua harus bilang ke lo?"

Irren masih mengedarkan pandangannya, ia masih mencari kekasihnya yang belum juga sampai.

Ia mengeluarkan handphonennya, mencari nama seseorang yang akan dia telepon.

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang