• Chapter Empat

3.7K 139 0
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

"Ren, tau gak sih, Aldo itu jadi stres gara-gara perbuatan lo itu"

Setelah lama menggedor-gedor pintu kamar Irren yang tumben-tumbenan ia kunci, akhirnya Irren buka dengan wajah habis bangun tidur.

Lalu Irren menyuruh Arrel masuk dan duduk di sebelahnya.

"Waktu gue eskul Taekwondo, dia gak apa-apa, malah dia senyum ke gue. Jadi sekarang apa masalahnya? Dia biasa aja kok,"

"Masalahnya itu, harusnya lo waktu itu nolaknya mikir gimana biar imagenya gak jatuh,"

"Astaga, masalah itu lagi, gak habis-habisnya masalah itu terus yang ada di pikiran lo, itu masalah udah beberapa minggu bahkan beberapa bulan yang lalu, Farrel Charlos Alfero, udahlah, itu gak bisa di ubah, kalau seandainya waktu bisa gue putar ulang, mungkin gue akan ngikutin ucapan lo."

"Aaarggghh! Lo gak ngerti Ren, Aldo cerita sama gue, kata dia, setiap dia masuk sekolah itu anak-anak, mau adek kelas ataupun teman seangkatan itu pada kayak bisik-bisikin dia, terus ketawa-ketawa aneh gak jelas gitu"

Irren menatap kaca jendela lalu membalas, "oh"

"Kok lo gila sih Kak? Aldo itu udah cinta banget lho sama lo, udah sayang banget sama lo, dan disaat dia nyatain rasanya ke lo, lo kenapa nolaknya pake toak? Kenapa gak kayak dinovel-novel gitu, kalau nolak dibisikin supaya gak malu di depan umum. Disitu gue rasa, Aldo beneran malu, Kak, bener deh, apalagi dia anak kepala sekolah."

Irren sekali lagi menghembuskan napasnya kasar.

"YA MAU GIMANA LAGI? SEMUANYA UDAH TERJADI REL, GUE TAU GUE SALAH, TAPI MAU GIMANA?!"

Arrel berjanji, mungkin saat ini, ia tidak akan bertengkar lagi dengan Irren. Melihat Irren dengan kemarahannya yang melonjak, ia ingin lari dan berlindung di balik tubuh Papanya yang kuat dan kokoh seperti baja dan tameng.

Arrel menuju pintu, sebelum ia membuka kenop pintu, ia membalas ucapan kemarahannya Irren, "Lo gak salah karena lo nolak dia, pilihan hati tergantung lo, karena lo sang pemilik hati, bukan gue, gue saranin, lebih baik lo minta maaf sama Aldo"

°•°•°•°•°•°•°

Suasana kelas saat ini berisik, Irren tidak ikutan. Karena lebih baik baginya waktu luang saat di sekolah adalah waktunya membaca buku. Kerajinan sih iya, setidaknya ia tidak membuka handphone meskipun sekarang masih jam pembelajaran dan gurunya belum datang.

Seketika suasana hening, bukan karena tatapan tajam seorang Airren. Tapi, karena ada sesuatu yang berdiri di depan pintu.

Ternyata itu Bu Ditna, yang disebelahnya ada cowok beralis tebal, berhidung mancung dan dilihat-lihat ia mempunyai bola mata berwarna cokelat terang, serta tato di lengan kirinya menandakan ia anak tidak baik yang baru saja dikeluarkan dari sekolah sebelah dan pindah ke sekolah ini.

Soal tampan, Irren hanya menyebut Papanya dan kedua adiknya itu tampan, ia belum pernah memuji seseorang selain keluarganya.

"Anak-anak, kenalin nih murid baru, silahkan perkenalkan dirimu di depan teman-teman kamu"

"Ekhm... nama gue, Rezla Besnada Vordiando panggil aja Rezla, pindahan dari SMA Bahtera Budiman,"

Celotehan dari kelas ini pun muncul.

"Itu kan sekolah bagus, ngapain pindah?"

"Buset, itu sekolahan terkenal man, lo ngapa pindah?"

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang