• Chapter Dua Puluh Enam

1.6K 57 0
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Irren mencatat list apa yang akan dia butuhkan selama dirinya berada di Spanyol.

Satu minggu lagi bukanlah waktu yang cepat.

"Apa gue harus bawa tas gunung?" tanyanya kepada diri sendiri.

"Ohiya lupa, kita kan ke Spanyol, bukan naik gunung. Ke negara yang banyak cowok ganteng, pengen ketemu Manu rios kan tuh. Cowok yang alisnya tebel banget sama yang bibirnya minta di cipok." ujarnya sambil tertawa sendiri.

Pintu tiba-tiba terbuka memperlihatkan seorang perempuan paruh baya yang sangat terlihat sehat tengah memakai daster.

"Kenapa sih kamu tiba-tiba ketawa, kedengeran tau sampai luar." ucap perempuan itu.

Irren cengengesan, "maaf Ma, aku ke-senengan mau ke Spanyol. Siapa tau aku ketemu cowok ganteng yang namanya Manu rios."

Maura menepuk pundak Irren, "kamu tuh ada-ada aja ya."

Irren menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.

"Ngelihat kamu, Mama jadi kangen sama masa-masa Mama pacaran sama Papa kamu."

Irren paling suka cerita kedua orang tuanya, "ceritain dong Mah!"

"Dulu Mama sama Papa kamu sempet kenal waktu kita kecil, tapi karena Mama hilang ingatan jadinya Mama lupa sama Papa dan Papa pergi dari kehidupan Mama. Tenang, Papa gak jahat kok kalau Papa jahat ngapain Papa nikahin Mama. Papa pergi dari kehidupan Mama karena Papa ngerasa dia bersalah, karena penyebab Mama hilang ingatan itu dia. Padahal bukan dia. Ini semua takdir yang sudah di gariskan.

Pas SMA gak sengaja kita bertemu lagi, kita dekat dan kita pacaran. Dan kita berpisah, Papa kamu kuliah di Boston sedangkan Mama kuliah di Jogja. Mama ingat banget, dulu Mama sama Papa juga punya teman namanya Om Willy dan Mama ketemu Om Willy di kampus Mama. Kita dekat lagi seperti dulu. Om Willy nyatain cinta ke Mama, mau gak mau Mama terima karena Mama masih pacaran sama Papa dan Mama ngehargain Papa sebagai pacar Mama. Dan disitu Om Willy mulai hilang gak tau kemana."

Irren begitu tertarik mendengarnya, "terus gimana lagi Mah?"

Lalu Maura melanjutkannya, "Mama lupa kelanjutannya apa hingga Mama sama Papa bisa ketemu. Kayaknya gara-gara Om Deva nikah terus tanpa sepengetahuan Mama, Om Deva ngundang Papa. Papa datang bawa bunga mawar. Pokoknya Papa kamu dulu romantis banget. Tapi..."

"Tapi apa Mah?"

"Waktu kita udah persiapin buat semuanya, buat pernikahan kita. Papa kecelakaan. Papa dinyatakan meninggal saat itu, Mama dikasih tau sama bapak-bapak yang gak sengaja nabrak Papa pas Papa beli bunga buat nikahan kita. Mama nangis pas ngeliat bunga itu, bunganya udah hancur,"

Irren kaget, "terus Papa meninggal gak Mah?"

Maura jadi gemes sendiri dengan pertanyaan Irren, "kalau Papa meninggal, kamu, Arrel dan Arish gak akan terlahir ke dunia."

Irren cengengesan dan ia meminta Maura untuk melanjutkan ceritanya lagi.

"Nanti Papa kamu tiba-tiba bangun, Mama kaget banget. Gak lama kita ngelangsungin acara pernikahan, dan kalian lahir deh."

Irren diam, Maura tetap melanjutkannya, "cerita cinta kamu sama Mama dan Papa beda jauh. Cara pacaran kamu sama Mama dan Papa juga jauh banget."

"Mama ngikutin Papa ngomong gitu."

Maura tertawa kecil, "Mama sama Papa pacaran itu terbuka, maksudnya diperlihatkan di depan umum. Cuma kita ngerasa jauh ketika Mama di Jogja sedangkan Papa di Boston, padahal bisa video call.

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang