• Chapter Tujuh

3.1K 116 5
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Irren merasa kepalanya sakit, sakit sekali, bukan pusing. Rasa sakitnya seperti habis dipukul menggunakan kayu, sakit. Ia merasa seolah tejadi apa-apa dengan Arish.

Terdengar ketukan pintu, "Ren!"

"Suk." ucap Irren sambil meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.

Arrel masuk dengan nafas yang tak beraturan, "ARISH! PANTESAN, KEPALA GUE JUGA SAKIT BANGET!"

Irren langsung membelalakkan matanya, ia lupa kalau ia dan Arrel bisa merasakan pusing yang sangat berbeda dari rasa pusing yang biasanya, itu artinya Arish sedang disakiti orang lain.

Mereka berdua keluar dan cepat menyambar kunci mobil, "Ma kita mau pamit keluar," Arrel dan Irren berpamitan.

"Ada apa? Kok buru-buru banget?"

"Ini Ma, hmmm... biasalah," Arrel menggaruk kepalanya.

Setelah mendapat senyuman dari Maura yang berarti diizinkan, mereka lanjut memasuki garasi, "jangan ngebut, hati-hati!" Maura berucap hampir setengah berteriak.

"Iya Ma!" Maura tau itu balasan Arrel, tidak mungkin Irren bisa teriak membalas ucapannya.

Kini Arrel mengendarai mobil abu-abunya dengan kecepatan diatas rata-rata. Ia mencoba menghilangkan rasa sakit pada kepalanya.

Saat Irren ingin membuka mulutnya, Arrel mendahuluinya, "udah, lo diem aja, pegangan yang kuat"

Irren tak menjawab, ia hanya meng-iya kan ucapan Arrel.

"Gue punya insting kuat, dia lagi gedung tua,"

Irren akui, itu bukan kekuatan seorang Arrel. Irren hanya bisa merasakan sakitnya dada dan kepalanya saat seseorang menyerang Arrel dan Arish.

Sedangkan Arrel, ia bisa merasakan instring kuat dimana tempat orang yang membuat dada dan kepalanya sakit.
Semetara Arish, ia tidak bisa merasakan apa-apa, ia juga tidak tau kalau kedua kakaknya itu bisa merasakan sakit pada kepalanya saat dia disakiti orang lain.

Mungkin suatu saat, Arish akan tau. Entah di beritahu atau tau dengan sendirinya.

°•°•°•°•°•°•°

Arish berusaha menonjok balik orang itu, orang yang tidak ia kenal dan tiba-tiba menonjoknya.

BUGH...

Arish mengusap darah pada sudut bibirnya menggunakan ujung lengan pada bajunya.

Orang itu menonjok balik Arish.

Orang itu mengajaknya berantem, padahal Arish tak tau siapa dia. Dia datang tiba-tiba menonjoknya.

Tanpa Arish ketahui, di dalam mobil, Irren dan Arrel meringis kesakitan pada kepalanya.

"Berhenti kalian!"

Orang berbadan gagah, besar, berotot, menghentikan aksinya memukul Arish.

Irren dan Arrel tenang, kepalanya tidak terasa sakit lagi.

"Siapa lo? Nyuruh-nyuruh dia, gue itu pemilik tanah ini, dia gue palak karena dia gak mau bayar,"

Arish berlindung di belakang badan Irrel.

"Gue kakaknya dia," Arrel menunjuk Arish dengan dagunya, "pemilik tanah ini? Tadi gue lihat di bawah ada bacaan pemilik tanah, itu yang punya pemerintah bukan lo ya, baru tahu gue, pemerintah pake baju kayak preman," Arrel melipat kedua tangannya

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang