• Chapter Satu

6.7K 227 0
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Irren menghembuskan napasnya dengan kasar ketika sampai di SMA Sejahtera Bangsa, setiap kali melewati pagar sekolah ia merasakan hawa lain. Hawa yang berbeda sejak dirumah tadi.

"Papa berangkat ya," ucap Raka masih didalam melihat Irren yang memandangnya seperti tidak punya ekspresi.

Aduh, ni anak dingin keturunan siapa sih, perasaan waktu kecil, dia friendly. Batin Raka.

Irren mencium punggung tangan Papanya, "Papa duluan ya," Irren hanya mengangguk. Dan mobil Raka melaju ditengah keramaian para murid yang datang.

Irren masuk dengan ekspresi biasa saja, tidak senang, tidak terlalu gembira karena ia kembali masuk di kelas dua belas. Tapi tetap saja, tatapan tajamnya selalu membuat orang di sekitarannya bergidik ngeri.

Seharusnya pertama kali masuk kelas dua belas ini, ia berangkat bersama saudara kembarnya, Arrel, tetapi sayangnya Arrel sedang sakit, jadinya ia tidak bisa mengikuti pelajaran.

Seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya, "hai Ren, apa kabar?" Dia adalah Nilla, teman Irren dari kelas sepuluh. Nilla yang mengajaknya berteman, kalau saja Nilla tidak mengajaknya berteman, mungkin ia tidak akan mempunyai teman dari SD dan teman satu-satunya itu hanya saudara kembarnya. Ia bosan, tidak di rumah, tidak di sekolah, temannya itu selalu saudara kembarnya.

Nilla hanya bisa sabar jika harus mengetahui sikap dingin dan tatapan tajam seorang Airren Syakilla Febiola Alfero. Ia tau, perlahan pasti ia bisa mencairkan sikap dingin Irren.

"Hmm, biasalah"

Jawabannya hanya itu, tapi Nilla cukup senang, karena Irren menjawabnya.

Pernah Nilla dan Debby, keduanya adalah teman Irren, bercerita panjang lebar kepada Irren dan hanya dibalas anggukan dan gelengan kepala tanpa membuka mulutnya sekalipun. Tapi, yang mereka tahu, disaat mereka terluka pasti Irren selalu ada untuk mereka berdua. Walaupun Irren bersifat tidak seperti itu, mereka yakin, kalau sebenarnya Irren sedang meresapi setiap kalimat yang mereka ceritakan.

Irren tidak suka menceritakan masalahnya kepada orang lain, ia lebih baik memendamnya, ia tau, memendam masalah tidak baik, kita butuh saran dari orang-orang terdekat kita. Suatu saat, mungkin Irren akan lebih terbuka dengan kedua temannya.

Irren berjalan ke arah tempat dimana loker-loker setiap siswa berada, ia melirik lokernya saat membukanya. Ia menatap malas, lalu memberikan benda-benda itu lagi kepada kedua temannya. Sudah satu tahun yang hal ini terjadi, mereka masih saja memberikan benda-benda itu lagi kepada Irren padahal mereka tau kalau Irren pastinya akan menolak.

"Buat kita, Ren?" tanya Debby yang baru saja sampai di sekolah dengan antusias, ia langsung menghampiri Irren dan Nilla. Debby juga begitu, Debby juga sama dengan Nilla, Debby dan Nilla teman dekat Irren dari SMP. Wajar saja mereka mendapat julukan adik dan kakak, karena kelakuan mereka persis Adik dan kakak. Nilla sebagai Kakak dan Debby sebagai Adik. Mereka berdua lah yang mencoba berteman dengan si dingin Irren.

Irren hanya mengangguk, tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.

Dan tiba-tiba keduanya memeluk Irren, "makasih Ren, lo selalu bikin berat badan gue naik setahun ini gara-gara makan cokelat dari lo," ucap Debby yang mendapat anggukan kepala dari Nilla, "makasih ya Ren, lo emang teman terbaik," Nilla menoleh kearah Debby seolah mereka tau apa yang terjadi setelah ini, pasti Irren akan risih, ia akan menggoyangkan tubuhnya.

Benar saja, sedetik kemudian, Irren menggoyangkan tubuhnya tanda ia risih, Debby dan Nilla langsung melepaskan pelukannya itu dengan tertawa kecil, sedangkan Irren menatapnya dengan wajah datar. Irren jarang sekali senyum. Sekalinya ia senyum, membuat bulu kuduk kaum adam merinding.

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang