• Chapter Lima Belas

2.1K 78 0
                                    

Selamat membaca🤗

Like dan komennya yaa❤

Rezla dan Irren, sepasang manusia itu sedang berada di salah satu mall di kawasan Serpong. Rezla menepati janjinya sebagai kekasih yang sempurna ketika Irren memintanya untuk main ice skating di salah satu mall di kawasan Serpong itu.

Padahal, di mall kawasan Jakarta pasti ada tempat untuk bermain ice skating. Tapi Irren menolak dengan alasan, "bosen Jakarta mulu. Lain kali ke mana kek gitu, keseringan di Jakarta. Bosen banget."

Alhasil Rezla merelakan duitnya yang terpakai untuk membayar tol dan tiket masuk di permainan ice skating itu.

"Kapan sampai,"

Irren terlihat lemas.

"Lagian sih lo. Siapa suruh ngajak ice skating ke daerah Serpong, gak usah jauh-jauh ke Serpong. Jakarta juga ada kok. Perjalanan jauh, capek kan jadinya."

Irren mendesah, "tapi ice skating di situ batu dibuka dan gratis bagi siapa aja yang mau main di sana. Makanya gue cari yang gratisan dan relain jauh-jauh dari Jakarta ke Serpong cuma buat main ice skating yang gratis."

Kini gantian Rezla yang mendesah, "tapi ini perjalanan masih lama Ren. Sekitar 1 jam lagi." Ujar Rezla setelah melihat aplikasi maps.

"Gue tidur ya."

Rezla melarang Irren tidur karena kalau Irren tidur, suasana mobil jadi sepi. Tidak ada yang berbicara kecuali radio yang menyetel lagu-lagu internasional.

"Jangan dong."

"Aku capek. Kalau udah sampai pokoknya bangunin aku."

Irren pun tertidur.

Rezla tersenyum puas memandangi kekasih bak bidadarinya itu.

Gue curiga sama Livia dan Aldo. Gue takut dibalik awal mula kedekatan mereka sama lo, mereka ada apa-apa.

Gue takut mereka punya rencana untuk ngejahatin lo. Gue gak bisa jaga lo gini terus dari dekat Ren.

Yang bisa jaga lo cuma alam semesta ini aja, bumi dan seisinya mendengar apa yang gue ucapkan di hati sekarang. Dan gue berharap mereka akan selalu ngejaga lo dikala gue gak ada disisi lo.

°•°•°•°•°•°•°

"Woi Rez! Kesini dong main, ngapain lo duduk duduk di situ,"

Rezla menatap lawan bicaranya meski jarak yang terpaut sekitar 100 senti meter di depan.

"Gak bisa gue."

"Lo kira gue bisa? Enggak, ini gue juga pernah main sekali waktu kecil diajarin Papa dan Mama. Ini juga buat latihan kita kalau kita suatu saat nanti mau ke Switzerland yang tempatnya bersalju dan ada gunung alpen di sana, jadi kita bisa ice skating sepuasnya tanpa takut jatuh. Karena kita udah belajar di sini."

Rezla mengangguk malas.

Akhirnya Rezla belajar ice skating bersama Irren, meski Irren bukan orang yang tepat untuk mengajarkan seseorang bermain seperti ini.

Jam berganti, menit berganti, detik juga berganti.

Dati pagi hingga sore mereka berada di sini, bibir Irren diam-diam memucat. Badan Irren dingin semua.

"Lo kenapa?" Tanya Rezla.

Irren menggeleng, "gak kok, pokoknya lu latihan sampai jago."

Sampai akhirnya pusing menerjang kepala Irren dan Rezla menggendong Irren ala bride style menuju pinggir arena bermain. Dituangnya minyak untuk menghangatkan tubuhnya di sekitar telapan tangan, kaki, dan dahinya.

Coldgirl And Badboy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang